BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar bekakang
Pembangunan dibidang kesehatan merupakan dari
pembangunan nasional yang diarahkan agar setiap penduduk mempunyai pengetahuan,
kemauan da kemampuan untuk hidup sehat sehingga dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang otipmal.
Salah satu
penyakit infeksi yang masih sering ditemukan adalah penyakit infeksi
saluran pencernaan seperti demam typhoid merupakan penyakit infeksi
bakteri yang mengenai selaput lendir usus dan jika tidak diobati
secara kontinyu ( progresif) dan efektif dapat mengenai jaringan di seluruh
tubuh.
Sampai saat ini demam typhoid masih merupakan masalah
kesehatan. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih yang tidak memenuhi
syarat, kesehatan lingkungan yang kurang memadai, tingkat ekonomi dan tingkat
pendidikan yang rendah.
1
|
Tifus abdominalis dapat menyebabkan kematian dengan
angka kematian pada anak- anakn 2,5% dan pada orang dewasa 7,4 % rata – rata
5,7 %. Dari data yag diperoleh pada Bagian medikal record RSU Sawerigading
Palopo menunjukan bahwa penderita tyfus abdominalis yang dirawat pada tahun Pada
tahun 2005 yaitu dari bulan Januari sampai Agustus sebanyak 123 laki – laki 46
(37,4 %) perempuan (77 (62,6%) keluar hidup 123 (100%). Sedangkan pada tahun
2006 jumlah kasus yang dirawat sebanyak 313 orang terdiri dari laki-laki 136
orang( 43,5 %) dan perempun 177 orang (56,5 %) dengan angka kematian sebanyak 2
orang (6/1000 penduduk).Sedangkan pada tahun 2007 yaitu dari bulan Januari
sampai September sebanyak 123 (laki – laki 46 (37,4 %) perempuan (77 (62,6%)
keluar hidup 123 (100%).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Pencernaan Pada Klien Tn. ML Dengan Typus Abdominalis Di Ruang VIP.
IIB RSU Sawerigading Palopo”
B.
Tujuan penulisan
1
Tujuan umum
Untuk
memperoleh pengalaman pelaksanaan secara nyata dalam mengaplikasikan teori
asuhan keperawatan pada klien Tn. ML dengan gangguan sistem pencernaan typus
Abdominalis
2
Tujuan khusus
a. Untuk melihat adanya kesenjangan antara data yang diperoleh pada kasus dengan
data yang ada sesuai teori pada klien dengan typus abdominalis.
b. Untuk melihat adanya kesenjangan antara diagnosa keperawatan yang ada pada
kasus dengan diagnosa keperawatan
berdasarkan teori pada klien dengan typus Abdominalis
c. Untuk melihat adanya kesenjangan antara
rencana keperawatan yang ada pada kasus dengan rencana keperawatan sesuai
dengan teori pada klien dengan typhus abdominalis.
d. Untuk melihat adanya kesenjangan antara
pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan pada kasus dengan
pelaksanaan rencana keperawatan sesuai
dengan teori pada klien dengan typhus abdominalis.
e. Untuk melihat adanya kesenjangan antara
hasil evaluasi yang ditemukan pada kasus dengan hasil evaluasi sesuai dengan
teori pada klien dengan typhus abdominalis.
C. Manfaat penulisan
1
Bagi
institusi
Karya tulis ilmiah diharapkan dapat
menjadi sumber informasi dan bermanfaat bagi mahasiswa Akademi Perawatan
Sawerigandig Pemda Luwu.
2
Bagi
Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi bagio Rumah Sakit
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan typus abdominalis sehingga mutu pelayanan keperawatan pada masa yang
datang dapat ditingkatkan
3
Bagi
penulis
Memperoleh pengalaman nyata dalam
mengaplikasikan teori yang telah didapat pada proses pembelajaran dan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan : typus abdominalis dan
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program DIII Akademi Perawatan
Sawerigading Pemda Luwu
4
Bagi
klien
Memperoleh asuhan keperawatan yang komprehensif
(bio, psiko, sosial, dan spiritual) yang berkualitas dalam perawatan penyakit
typus abdominalis.
D. Metode penulisan
Untuk
memperoleh data dan bahan penulisan yang dibutuhkan daklam penyusunan karya
tulis ini, maka penulis menggunakan beberapa meode sebagaio berikut :
1
Studi
kepustakaan
Denga mempelajari literatur – literatur
yang berkaitan atau relevan dengan isi karya tulis ini
2
Studi
kasus
Pendekatan yang digunakan dalam kasus ini
adalah proses keperawatan komprehensif yang meliputi pengkajian data, analisa,
penyusunan rencana keperawatan, penempatan diagnosa keperawatan, pelaksanaan
dan evaluasi asuhan keperawatan, penerapan yang dilakukan untuk meengkapi data
dan informasi dalam pengkajian digunakan teknik :
a. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung
pada klien dengan cara melakukan pemeriksaan yang berkaintan dengan
perkembangan keadaan iklim.
b. Interview
Mengadakan wawancara denan
keluarga klien dengan mengadakan pertanyaan langsung
c. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik
langsung pada klien melalui : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
d. Dokumentasi
Dokumenntasi yang berhubungan
dengan klien dan hasil-hasil diagnostic
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Konsep dasar medik
1
Pengertian
Tifus abdominlasi atau demam typoid adalah penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran cerna (usus halus ) dengan gejala demam
lebih dari 1 minggu, atau lebih sering disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
2
Anatomi dan fisiologi system pencernaan
Anatomi sistem pencernaan
1)
Oris ( mulut)
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pecernaan yang terdiri
dari atas 2 bagian. Bagian luar yang sempit atau vestibuli, yaitu ruang di
antara gusi serta gisi dengan bibir dan pipi dan bagian dalam yaitu rongga
mulut yang dibatasi di sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi dan disebalah belakang tegantung
dengan awal s farings
2)
Bibir
Terdiri atas 2 lapisan daging yang membentuk gerbang mulut. Seblh luar
ditutupi oleh kulit dan sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa)
3)
Faring
Faring adalah tekak terletak
dibelakang hidung, mult dan larings (tenggorok) farings berupa saluran
berbentuk kerucut dari bahan membran berotot, dengan bagian terlebar di sebelah
atas dari dasar tengkorak. Di dalam lengkungan farings terdapat tonsil atau
amandel yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit :
merupakan pertahanan tehadap infeksi.
4)
Esophagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung
panjangnya ±
25 cm. mulai dari faring sampai masuk cardiac di bawah lambung. Terletak
dibelakang trachea. Di depan tulang punggung setelah melalui thorax menembus
diafragma untuk masuk ke dalam abdomen dam menyambung dengan lambung
5)
Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling
banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik. Lambung terdiri dari bagian
atas fundus. Batang utama dan bagian bawah yang horizontal yaitu antrium
pilorik. Lambung berhubungan dengan usophagus melalui orifisum atau kardia dan
dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma,
di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
6)
Usus halus
Merupakan tabung kompleks, berlipat lipat. Membentang dari pylorus
sampai katup ileosekal. Pada orang
hidup, panjag usushalus sekitar 12 kaki. Usus ini mengisi bagian tengah dan
bawah rongga abdomen. Ujung proximalnya
bergaris tengah sekitar 38 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis
tenganhnya di daerah umblikus dan
dikelilingi oleh usus besar dibagi menjadi beberapa bagian :
a)
Duodenum, disebut usus 12 jari, panjangnya 25 cm.
berbentuk seperti kuda. Melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas dan bagian kanan
duodenum ini terdapat pankreas dan bagian kanan doudenum ini terdapat selaput
lendir yang membukit disebut papila valeri. Dinding doudenum mempunyai lapisan
mukosa yang banyak mengandung kelenjar ini disebut kelenjar – kelanjar brunner,
berfungsi untuk memproduksi getah intestinum
b)
Jejunum dan ileum. Mempunyai panjang sekitar ± 6 meter, 2/5 bagian atas adalah jejunum dengan panjang
2 – 3 meter , dan 3/5 bagian terminalnya adalah ileum dengan panjang 4 -5 meter. Jejenum terletak diregio
abdominalis. Media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak diregio
abdominalis bawah kanan. Lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding abdomen
porteior dengan perantaraan peritanium yang berbentuk kipas yang dikenal dengan
mesenterium
Dindng usus halus terdiri dari atas 5 lapisan yang sama dengan lambung
yaitu :
(1)
Dinding lapisan luar adalah membran mukosa serosa yaitu
peritoneum yang membalut usus dengan erat
(2)
Dinding lapisan berotot : terdiri atas dua lapisan
serabut. lapisan luar terdiri atas serabut sirkuler. Lapisan serabut berotot
ini terdapat pembuluh darah. pembuluh limfe dengan plexus saraf
(3)
Dinding submukosa. Terdapat antara otot sirkuler dan
lapisan yang terdalam yang merupkan pembatasnya. Dindin submukosa ini terdiri
atas jaringan areolar dan berisi banyak saraf yang disebut plexus meissner.
(4)
Di dalam duodenum terdapat beberapa kelenjar khas yang
dikenal sebagai kelenjar brunner. Kelenjar ini adalah jenis kelenjar tandon
yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang bekerja untuk melapisi
doudenum dari pengaruh isi lambung yang asam.
(5)
Dinding submukosa dan mukosa dipisahkan oleh selapis
otot – otot datar yang disebut mukosa submukolaris. Serabut – serabut berasal
dari sini dan naik ke vili dan dengan berkontraksi membantu mengosongkan semua
lateral. Otot yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan luar terdiri atas
serabut – serabut sirkuler. Penataan demikian membantu gerakan perirtaktik usus
halus. Lapisan submukosa terdiri atas lapisan penyamun sedangkan lapisan mukosa
bagian dalam tebal banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar.
7)
Usus Besar
Usus halus atau colon yang kiran -
kira 1.5 m panjangnya adalah sambungan dari usus halus dan mulai dikatup
ileokolik atau ileosekal yaitu tempat sisa makanan lewat refleks gastrokolit
terjadi ketika akan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus
besar. Refleks ini menyebabkan defekasi atau pembungan air besar.
Kolon mulai sebagai rentang mekar dan padanya terdapat apendiks
verifornis . sekum terletak di daerah iliaka kanan menempel pada otot
iliopsoas. Dari sini baru naik melalui daerah sebelum kanan lumbal yang disebut
kolon assendens di bawah hati berkelok pada tempat yang disebut flexura
hepatika lalu bejalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilikal sebagai
kolon transversus. Di bawah ini membelok seperti flexura sisnistra atau flexura
linialis dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon
desendens. Di daerah kolon iliaka terdapat belokan yang disebut flexus sigmoid
dandisebut colon sigmoideus dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rectum
8)
Rectum
Rectum adalah yang ± 10 cm terbawah dari usus
besar dimulai pada kolon sigmoideus dan
berakhir pada saluran oral yang kira – kira 3 cm panjangnya. Saluran ini
berakhir ke dalam anus yang dijaga otot interna dan eksterna
b.
Fisiologis
Usus halus mempuyai dua fungsi utama pecernaan,
absorbsi bahan – bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau
mempermudah berlangsungnya proses ini. proses pencernaan dimulai dalam mulut
dan lambung oleh kerja ptyalin, asam klorida, pepsin terhadap makanan yang
masuk proses dilanjutkan di dalam doudenum terutama oleh kerja enzim pankreas
yang menghidrolisis Karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat – zat yang yang
lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam secret pankreas membantu menetralkan
asam empedu dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim – enzim sekresi empedu
dari hasil membantu proses pencernaan dasar mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas
bagi kerjanya lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deferen
asam empedu yang dapat melarutkan zar lemak dengan membentuk inti hirofik, sedangkan asam empedu karena
merupakan molekul polar membentuk permukaan inti sel dengan ujung hidrofik mengarah ke dalam ujung hidrofilik menghadap
keluar menuju medium bagian sentramised
juga melarutkan vitamin . vitamin larut dalam lemak dan kolerterol jadi asam basa bebas dari gliserida, vitamn –
vitamin yang larut dalam lemat dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat
diabsorbsi oleh permukaan sel epitel .
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim
dasar getah usus (ulkus entirekus) banyak diantara ini terdapat pada bush,
burder VIII
3
Etiologi
Bakteri
penyebab dari tipus abdominalis adalah salmonella typi atau ebertthella typosa
yang merupakan kuman negatif dan tidak menghasilkan spora. Masa inkubasi 10-14
hari. Salmonella typhosa mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
a.
Antigen O : Ohne Hauch
= somatik antigen (tidak menyebar)
b.
Antigen H : Hauch (menyebar), terdapat pada Flagella
dan bersifat termolabil.
c.
Antigen V I:
Kapsul merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen
terhadap fagositosis
4
Insiden
Typus
Abdominalis terdapat diseluruh dunia terutama di negara berkembang, dengan
kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi
syarat. Di Indonesia demam typoid jarang dijumapai secara endemik, tetapi lebih
sering bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah dan jarang
menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Sumber infeksi S. Typhi selalu menusia baik orang sakit maupun sehat
pembawa kuman.
Infeksi
umumnya terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman yang berasal dari
tinja, kemih atau pus yang positif. Kontaminasi pada susu sangat berbahaya,
karena bacteria dapat berkembang biak dalam media ini. penyebaran umumnya terjadi
melalui air atau kontak langsung oleh karena itu pencegahan harus diusahakan
melalui perbaikan sanitasi lingkungan.
Tidak ada perbedaan antara insidensi demam typoid pada pria
dan wanita, biasanya insidensi tertinggi didapatkan pada anak-anak dewasa sering
mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri. Insidensi pada klien berumur 12
tahun ke atas adalah 70-80 %, klien berumur 12-30 tahun, 10-20%, antara 32 dan
40 tahun hanya 5-10% diatas 40 tahun.
5
Patofisiologi
Kuman Salmonella typosa masuk kedalam tubuh manusia bersama
makanan dan minuman yang tercemar. Kemudian masuk melalui saluran cerna.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung bakteri yang tetap mencapai plak
peyeri, selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah. (disebut bakteria primer) di
tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak
difagosis berkembang biak pada akhir inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke
darah menyebar ke seluruh tubuh (bacteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk
ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu, yang selanjutnya kuman tersebut
dikeluarkan kembali dari kandung empedu kerongga usus dan menyebabkan
terinfeksi di usus besar masa bakterimia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang
susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula
diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala dari demam tifoid.
6
Manifestasi klinis
Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bacteremia
yang mengakibatkan gejala toksik umum seperti latargi, sakit kepala, demam dengan
bradikardia.
Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem
retikuloendotelial umpamanya kelainan hematologi, gangguan faal hati, dan nyeri
diperut.kelompok gejala lainnya disebabkan oleh komplikasi seperti ulserasi di
usus dengan penyulitnya.
Masa tunas biasanya 5-14 hari (rata-rata3-30 hari). Pada
kasus ringan dan sedang penyakit biasanya berlangsung 4 minggu, timbulnya
berangsur-angsur, mulai dengan tanda malaise, anoreksia, nyeri kepala, nyeri
seluruh badan, latergi dan demam. Demam ini tidak selalu khas, kadang mirip
dengan demam influenza.
Pada minggu pertama terdapat demam remitten yang berangsur
makin tinggi dan hampir selalu disertai nyeri kepala, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari, biasanya terdapat batuk
kering dan tidak jarang ditemukan epistaksis,. Konstipasi sering ada tetapi
diare juga ditemukan.
Pada minggu kedua, demam umumnya menetap tinggi (demam
kontinu, dan penderita tampak sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat
gangguan pencernaan. Diare dapat mulai kadang disertai perdarahan saluran
cerna. Keadaan berat ini turun secara berangsur-angsur
Pada minggu ke-3. selain latergi, penderita mengalami
delirium bahkan sampai koma akibat endotoksemia.
Pada minggu ketiga ini tampak gejala fisik lain berupa
bradikardia relatif dengan limfa membesar lunak. Lidah kotor yaitu selaput
kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, kadang disertai tremor. Perbaikan
dapat dimulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu badan menurun dan
keadaan umum tampak membaik.
Typus abdominalis dapat kambuh satu sampai 2 minggu setelah
demam hilang. Kambuhan dapat ringan saja, tetapi dapat berat dan mungkin
terjadi sampai 2 atau 3 kali.
7
Test diagnostik
Pemeriksaan darah tepi penderita memperlihatkan anemia
normokromatik leukopenia dengan hilangnua sel eosinofil dan penurunan jumlah
sel polimorfonuklear. Uji benzidin pada tinja positif pada minggu ketiga dan
keempat. Ada 2
metode yang sampai saat ini dikenal yaitu:
a.
Widal cara tabung (konvensional)
b.
Salmonella slide test (cara slide).
Dari pemeriksaan
widal, titer antibodi terhadap antigen O yang bernilai £1/200
atau peningkatan ³4
kali antara miksi akut dan konvaksers spesies Salmonella typhi. Meskipun dapat
terjadi reaksi silang antara spesies Salmonella. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan menemukan kuman Salmonella typhi
dengan biakan empedu yang diambil dari darah pasien kultur salmonella typhi
dari darah pada minggu I positif kultur salmonella typhi dari darah pada minggu
I positif 90% penderita, sedangkan pada akhir minggu ketiga positif pada 50%
penderita, sedangkan pada akhir minggu ketiga positif pada 50%.
Pada minggu kedua dan minggu ke 3 pembiakan darah menjadi
positif untuk basil usus. Ini menunjukkan adanya ulserasi di ileum. Jika
terjadi perforasi yang diikuti peritonitis terdapt toksemia basil aerob
(E.Coli) dan basil anaerob (B. fragilis).
Untuk dapat memberikan hasil yang akurat, tes widal sebaiknya
tidak dilakukan satu kali saja, melainkan bila hasil tersebut sesuai atau
melewati nilai standar. Tes widal adalah reaksi aglutinasi antara antigen
Salmonella tifosa dengan antibodi yang terdapat pada serum penderita.
Akhir-akhir ini ada beberapa tehnik untuk mendeteksi adanya
antibodi terhadap salmonella tifosa pada serum penderita dan adanya antigen
salmonella typosa di dalam darah dan urine. Antara lain dengan:
1)
Hemaglutination inhibition test
2)
Enzyme linked immunosorbent assay
3)
Complemen fixation test
4)
Staphylococcal protein A Coagulutination assay
8
Penatalaksanaan medik
a.
Pengobatan
b.
Pemberian kuman, antibiotik dapat digunakan :
Kloramfenikol 100 mg / kg BB / hari dibagi dalam 4 dosis hari pertama 4 x
250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari
bebas, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian,
kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000 / Ul, bila
pasien alergi dapat diberikan golongan penilisin dan amoxilin
c.
Ampicillin dan amoxillin
Merupakan derivat penicilin yang digunakan dalam pengobatan demam typoid,
terutama yang resisten terhadap kloramfenikol, ampicillin umumnya lebih lambat
menurunkan demam bila dibandingkan dengan kloramfenikol, tetapi lebih efektif
untuk mengobati karier, serta kurang toksisitas
Amoksilin mempunyai daya antibakteri yang sama dengan ampicillin, tetapi
penyerapan peroral lebih baik.
Dosis yang dianjurkan:
Ampicillin 100-200 ms/kg bb/hari
Amoksilin 100 mg / kg / bb/hari
Diberikan selama 2 minggu
d.
Kotrimoksazol : 2x2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg
sulfame toksazol -80 mg trimetropil, diberikan selama 2 minggu pula)
e.
Sefalospirin generasi II dan III, diberikan pada hari
ke 3 atau menjelang hari ke 4:
1)
Seflriakson 49 / hr selama 3 hari
2)
Norfloksi 2 x 400 mg/hr selama 14 hr
3)
Siproloksasin 2 x 500 mg / hr selama 6 hari
4)
Afloksasin 600 mg / hr selama 7 hari
5)
Perflosasin 400 mg/hr selama 7 hari
B.
Konsep dasar asuhan keperawatan
Tinjauan dasar asuhan
keperawatan melalui proses keperawatan mencakup: pengkajian data, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Sumber data yang dapat digunakan memperoleh informasi adalah
klien sendiri (sumber data primer) dan dari keluarga, perawat dengan tim
kesehatan lainnya (sumber data sekunder). Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis dan spritual dimana data tersebut dikelompokkan atas 2
macam yaitu data subjektif yang diperoleh langsung dari klien sendiri yang
dapat menggambarkan apa yang dirasakan dan data objektif yaitu data yang dapat
diukur dengan alat ukur.
Dalam pengkajian yang dilakukan adalah pengkajian data dasar,
meliputi:
a.
Pengumpulan data
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi
(data-data) dari klien yang meliputi bio, psiko, sosial, spritua; yang
koprehensif, dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik meliputi:
1)
Biodata
a)
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, no.
register, dan diagnosa penyakit.
b)
Identitas penanggung
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, hubungan dengan klien,
alamat.
2)
Riwayat kesehatan
a)
Keluhan utama : keluhan utama merupakan persepsi klien
terhadap penyakitnya yang dikaji dengan PQRST. Keluhan yang lazim ditemukan
antara lain peningkatan suhu tubuh yang berfluktuasi, tubuh lemah, kurang nafsu
makan, konstipasi / diare, nyeri abdomen, mual, muntah, serta lidah kotor.
b)
Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, dan terjadi, apakah
klien pernah dirawat di rumah sakit dan dioperasi
c)
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat masuk RS perjalanan penyakit
sekarang, timbulnya masalah, bentuk serangan dan tanggal timbulnya serta faktor
pencetus.
d)
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat masuk RS perjalanan penyakit
sekarang, timbulnya masalah, bentuk serangan dan tanggal timbulnya serta faktor
pencetus.
e)
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah didalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit
yang sama atau ada keluarga yang menderita penyakit turunan / menular.
3)
Riwayat psikososial
a)
Pola konsep diri
(1)
Gambaran diri : cara klien memandang dirinya secara
realistik, apakah klien dapat menerima keadaan atau perubahan yang terjadi pada
dirinya.
(2)
Ideal diri : persepsi klien tentang harapan dan
keinginan dari klien dengan keadaannnya saat ini dan cita-cita yang akan
datang, biasanya klien mempunyai keinginan cepat sembuh dan atau putus asa
tidak mempunyai cita-cita
(3)
Harga diri : penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh memenuhi ideal diri biasanya klien
nampak ragu-ragu dan ketidakpastian diri membenci atau menolak diri sendiri
(4)
Peran diri : bagaimana peran klien di rumah maupun saat
di rumah sakit sehubungan dengan activitas sehari-hari.
(5)
Identitas diri, pengakuan terhadap jenis kelamin diri
sendiri dan penilaian dari kesadaran klien akan dirinya.
b)
Pola kognitif
Pengetahuan klien tentang penyakitnya yang dideritanya
c)
Pola koping
Cara klien menghadapi masalah serta penanganan yang dilakukan
d)
Pola interaksi
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, orang lain, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
4)
Riwayat spritual
a)
Bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan ibadah
sesuai keyakinan
b)
Bagaiman dukungan keluarga terhadap keyakinan klien
c)
Ritual atau acara keagamaan yang biasa dijalankan klien
5)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menghasilkan data objektif melalui inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi pada klien. Pengkajian fisik melalui pendekatan sistem
tubuh secara terintegrasi, yang merupakan pendekatan simetris yang sistematis
dimulai dari kepala dan diakhiri dengan kaki.
b.
Pengelompokan data
Berdasarkan pemahaman secara garis besar akan gambaran klini yang lazim
ditemukan pada klien typus abdominalis, maka dapat dikelompokkan data
subjektif, data objektif, sebagai berikut:
1)
Data subjektif : keluhan-keluhan yang lazim dikeluhkan
oleh klien antara lain:
a)
Peningkatan suhu tubuh yang berfluktuasi
b)
Tubuh lemah
c)
Mual
d)
Kurang nafsu makan
e)
Konstipasi / diare
f)
Nyeri abdomen
2)
Data objektif
a)
Activity / istirahat
(1)
Kelemahan fisik, malaise, kelelahan
Pembatasan activitas / kerja sehubungan dengan proses penyakitnya.
(2)
Insomnia, perasaan gatal dan ansietas.
b)
Sirkulasi
1)
Bradikardia relatif (frekuensi denyut jantung lambat
bilan dibandingkan dengan tingkat kenaikan suhu tubuh)
2)
Lidah tifoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan
tremor)
3)
Kulit pucat
c)
Eliminasi
Konstipasi / diare
d)
Neurosensori
1)
Nyeri kepala
2)
Letargi
e)
Integritas
Ansietas, ketakutan, perasaan tidak berdaya
f)
Nyeri / kenyamanan
(1)
Nyeri tulang, persendian dan otot
(2)
Nyeri tekan perut
(3)
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali)
g)
Pernapasan
(1)
Epistaksis
(2)
Batuk kering
h)
Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
i)
Makanan / cairan
(1)
Anoreksia, mual, muntah
(2)
Penurunan berat badan
(3)
Membran mukosa pucat
j)
Hygiene
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
k)
Pemeriksaan darah
(1)
Pemeriksaan leukosit
(2)
Kadar Hb dan Ht
(3)
Darah untuk kultur dan widal
2.
Dampak Typus Abdominalis terhadap penyimpangan KDM
yaitu:
Salmonella thipii atau salmonella parathypi
A,B.C,D
|
Sistem pencernaan usus halus
|
Merangsagan pelepasan endogen dan neurtofi
|
Merangsang pusat pengaturan panas oleh suhu
dihipotalamus
|
Respon tubuh
|
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
|
Rangsangan korteks cerebral dan perifer
|
Umpan balik pada RAS
|
RAS aktif
|
REM menurun
|
Sering terjaga
|
Gangguan pola tidur
|
Proses ifeksi pada usus halus
|
Metabolisme meningkat
|
Peningkatan absorbsi cairan pada usus halus
|
Faeses mengeras
|
Gangguan eliminasi
|
Masuknya mikroorganisme ke dalam vilary usus
|
Fungsi usus halus menurun
|
Mempengaruhi rangsangan nervus dalam menyampaikan refleks lokal
|
Sekresi asam lambung meningkat merangsang thalamus
bagian distal sebagai pusat yang menimbulkan mual
|
Nafsu makan menurun
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Metabolisme glukosa meningkat
|
Pembentukan ATP dan ADP terganggu
|
Energi berkurang
|
Kelemahan otot
|
Kebutuhan klien dilayani di tempat tidur
|
Intoleransi aktivitas
|
Bedrest / tirah baring
|
Penekanan yang lama
|
Sirkulasi darah tidak lancar
|
Gangguan integritas kulit
|
Aktivitas / diet
tidak sesuai
|
Potensial terjadi komplikasi
|
Mengiritasi mukosa lambung
|
Nyeri
|
Perubahan status kesehatan
|
Pengetahua tentang penyakit kurang
|
Informasi
kurang
|
Sering terjaga
|
Kopin tidak efektif
|
Kecemasan
|
Metabolisme anaerob meningkat melalui pernapasan
keringat, urine
|
Tubuh menkompensasi cairan yang hilang mlalui proses
absorbsi internal
|
Out put lebih besar dari input
|
Balance cairan terganggu
|
Kurangnya volume cairan
|
3.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang mungkin dijumapai pada klien dengan typus abdominalis, yaitu:
a.
Hipetermi b/d infeksi salmonella typhi
b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksi, gangguan digesti dan absorbsi nutrient
c.
Intoleran activitas b/d kelemahan fisik, penurunan
kesadaran, dan bedrest
d.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
e.
Kurangnya volume cairan b/d haluaran lebih besar dari
asupan
f.
Gangguan integritas kulit b/d tirah baring yang lama
g.
Konstipasi atau diare b/d inflamasi usus, penurunan
masukan diet
h.
Kurang pengetahuan s/d tak mengenal informasi tentang
kondisinya
i.
Potensial terjadi komplikasi (perdarahan, perforasi)
b/d perlukaan ulkus intestinal.
3.
Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Hipertermi
b/d infeksi salmonella typhi
Tujuan : Peningkatan suhu tubuh dapat terkontrol selama
proses infeksi berlangsung
Intevensi
|
Rasional
|
1
Monitor suhu tubuh setiap jam
2
Upayakan penurunan suhu tubuh dengan berbagai cara :
optimalkan proses konveksi, konduksi dan evaporasi
3
Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
4
Klien bedrest total di tempat tidur
5
Pemberian obat oral sesuai dengan jadwal, dosis,
pemberian obat pilihan adalah kloramfenikol, tambah obat lain sesuai program.
6
Kolaborasi pemberian obat analgetik
|
1
Suhu tubuh yang meningkat memberi gambaran keadaan
penyakit
2
Berbagai cara yang dilakukan berguna untuk menurunkan
suhu tubuh klien agar kembali normal
3
Membantu meningkatkan penguapan tubuh akibat dari
peningkatan suhu tubuh dan dapat terjadi proses konduksi dan evaporasi.
4
Bedrest total dapat mempercepat pemulihan kesehatan
dan mencegah timbulnya komplikasi
5
Pemberian obat sesuai dengan jadwal dan dosisinya
dapat mempercepat proses penyembuhan dan mencegah peningkatan suhu yang
tinggi
6
Pemberian analgetik dilakukan jika intervensi
keperawatan, suhu tubuh tidak turun analgetik membantu memblok rasa nyeri.
|
Diagnosa
II
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia, gangguan digesti dan absorbsi
nutrient
Tujuan : Mempertahankan nutrisi yang optimal, berat
badan dan kadar hemoglobin dalam batas normal
Intevensi
|
Rasional
|
1
Siapkan makanan yang merangsang keinginan untuk makan
dan meningkatkan konsumsi kalori
2
Pertahankan hygiene oral yang baik sebelum makan
3
Berikan makan sedikit tapi sering
4
Tentukan saat kapan dalam sehari klien mempunyai
nafsu makan paling baik dan rencanakan makanan bergizi untuk waktu ini.
5
Jelaskan tentang pentingnya diit karbohidrat tinggi,
rendah protein , dan rendah lemak
6
Jelaskan pentingnya untuk menghindari alkohol,
kafein, dan pembentuk gas dan makanan dengan banyak bumbu
|
1
Nafsu makan secara negatif dipengaruhi oleh mual dan
rasa takut terhadap nyeri yang berhubungan dengan makan
2
Ini menurunkan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
rasa kecap tak enak dan bau, menghambat rasa nafsu makan
3
Makan sedikit dan sering dapat mengurangi malabsorbsi
dan distensi dengan menurunkan jumlah protein yang metabolisme pda satu
perbaikan
4
Ini dapat membatu memastikan masukan nutrien yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan sel –sel
5
Diet rendah protein dan lemak yang mengurangi selresi
sekretinm outodigosidan destruksi sel pankreas
6
Alkohol menyebabka hipersekresi protein dala sekresi
pankreas yang menyebabkan plak protein dan menyumbar duktus pakreas, kafein
dan makanan gurih meningkatjkan sekresi asam lambung dan pankreas makanan
pembentuk gas meningkatkan distensilambung (Brown 1991)
|
Diagnosa
III
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, bedrest
Tujuan
: kebutahan aktivitas sehari – hari terpenuhi : kebersihan siti , moblisasi ,
eliminasi
Intevensi
|
Rasional
|
1
Tingkatkan aktivitas klien setiap hari
a.
Biarkan tugkai klien terjuntai pertama kali : sokong
klien dari samping
b.
Tingkatkan waktu turun dari tempat tidur sampai 15
menit tiap shif
c.
Biarkan klien menyusun frekuensi ambulasi mereka
berikan periode istirahat adekuat
d.
Susun tujuan peningkatan jarak ambulasi untuk setiap
shif sesuai persetujuan klien
e.
Tingkarkan aktivitas bila nyeri menimal atau setelah
tindakan pengurangan nyeri memberi efek
f.
Tingkatkan aktivitas perawatan diri parsial dari
klien komplet, sesuai indikasi
2
Pantau tanda – tanda vital
a.
Sebelum aktivitas (ambulasi, perawatan pagi)
b.
Segera setelah aktivitas
c.
Setelah klien beristirahat selama 3 menit
3
Kaji respon abnormal terhadap peningkatan aktivitas
seperti yang berikut :
a.
Takikardia > 120 kali/menit
b.
Penurunan atau tak ada perubahan pada tekanan darah
sistolik
c.
Peningkatan atau penurunan berlebihan pada frekuensi
pernapasan
d.
Nadi tidak berhasil unuk kembali pada frekuensi
perdekat nadi istirahat
e.
Kusut, pikir, vertigo, gerakan tak terkoordinasi
f.
Terjai nyeri dada
g.
Perubahan irama / pada EKG
h.
Pusing / sinkope
4
Rencanakan periode istirahat adekuat sesuai jadwal
hariang klien
5
Idetifikasi dan terapi kemajuan klien
6
Lakukan langkah – langkah untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas periode tidur dan istirahat klien. Buat ketetapan sedikitnya 2 jam tidur malam tanpa ada
gangguan
7
Instruksikan klien cara terhadap pasca –pemulangan
8
Ajarkan klien tentang bagaimana menhemat eergi, slama
AKS saat kerja, dan selama aktivitas reaksi
|
1
Kemajuan aktivitas bertahap – tahap melalui toleransi
klien, meningkatkan fungsi fisiologi dan menirinkan fungis fisilogis dan menurunkan hipoksi ajaringan
2
Toleransi terhada peningkatan aktivitas tergantung
pada kemampuan klien untuk beradaptasi pada kebutuhan fisiologis dari pengningkatan aktivitas adaptasi
memerlukan fungsi memerlukan fungsi kardivasuler , neurologis, dan muskuloskeletal optimal respon
fusuologis segera terhadap aktivitas yang diperkirakan mencakup :
a.
Pningkatan frekuensi dan kekuatan
b.
Peningkatan tekanan darah sistolik
c.
Pingkatan frekuensi dan ke dalaman pernapasan
d.
Setelah 3 menint adi jarus kembali 10 kali / menit
ari frekuensi nai istirahat klien
3
Respon abnormal mengindikasikan intoleransi terhadap
peningkatan aktivitas
4
Periode istirahat memberikan tubuh untuk penggunaan
energi yang rendah
5
Memberikan pujian dapat membantu meningkatkan
[erilaku positif dan mengurangi masa frustasi klien karena ketrgantungan
6
Merasa segar seseorang menyelesaikan sat siklus tidur
lengkap
7
Pemantauan mandiri ini dapat menduga tanda – tanda
dini
8
Penghematan energi mecegah kebutuhan oksige melebihi
tingkat yang dapat dipenuhi jantung
|
Diagnosa
IV
Gagguan
istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan
: dapat istirahat dan tidur dengan tenanag
Intevensi
|
Rasional
|
1
Buat hadwal pengkajian atau intervensi untuk memungkinkan
waktu tidur lebih lama
2
Diskusikan alasan untuk membedakan kebutuhan tidur
individu, meliputi usia, gaya
hidup tingkat aktvitas, dan memungkinkan faktor lain
3
Lakukan tindakan untuk meingkatkan relaksasi
a.
Mempertahankan lingkungan gekap dan tenang
b.
Membiarkan klien untuk memilih bantal, linea, dan
selimut sesuai kebutuhan
c.
Berukan ritual waktu tidur reguler
d.
Memastikan ventilasi ruangan yang baik
e.
Tutup pintu bila dinginkan
4
Jadwalkan posedur untuk meminimalkan waktu yang ada
perlukan untuk membangun klien pada malam hari ; bila mungkin rencanakan
untuk sedikitnya 2 jam periode tidur tanpa gangguan
5
Jelaskan pentingnya untuk menghindari obat – obatan
sedatif dan hipnotik
6
Bantu dalam rutinitas waktu tidur yang biasa sesuai
kebutuhan ( misalnya : hygiene personal, kudapan, dan musik untuk relaksasi
7
Ajarkan klien tindakan peningkatan tidur :
a.
Makanan kudapan tingi protein (keju, dan susu)
sebelum tidur
b.
Hindari kafein
c.
Upayakan untuk tidur hanya bila merasa mengantuk
d.
Mencoba untuk mempertahankan kebiasaan tidur malam
yang konsisten
|
1
Gangguan tidur terjadi dengan gangguan psikologis dan
fisiologis
2
Meskipun banyak orang percaya bahwa seseorang
memerlukan tidur 8 jam setiap malam, tak ada bkti ilmiah mendukung keyakinan
ini kebutuhan tidur individual sangat bervariasi umum orang yang dapat rileks
dan istirahat dengan mudah memerlukan lebih sedikit tidur untuk kembali
merasa segar. Sejalan pertambahan usia, waktu tidur total biasanya menurun
khususnya tidur tahap IV da peningkatan tidur tahap I
3
Tidur akan sulit tanpa relaksasi lingkungan rumah
sakit uamh tak kenal dapat menghalangi relaksasi
4
Merasa segar, seseorang biasanya haris
menyelesaikan seluruh siklus tidurnya
(70 – 100 menit) empat sampai lima
kali semalam
5
Obat ini mulai kehilangan efekivitasya setelah
penggunaan seminggu, memerlukan peningkatan dosis dan menimbulkan resiko ketergantunga
6
Ritual waktu tidur yang dikenal dapat meningkatkan
relaksasi dan tidur
7
Praktek ini dapat embantu meningkatkan tidur
a.
Mencerna protein akan menghasilkan tirptofan, yang
mempunyai efek edatif
b.
Kafein merangsang metabolisme dan mengganggu
relaksasi
c.
Frustasi dapat terjadi bila klien tidak mengantuk
atau tak rileks
d.
Pola tidur tak teratur dapat mengganggu irama
sirkadian normal , kemungkinan menimbulkan kesulitan tidur
|
Diagnosa
V
Kurang
volume cairan berhubungan dengan haluaran lebih besar
Tujuan
: mempertahankan perubahan keseimbangan cairan yang dibutuhkan untuk haluaran
urine adekuat, TTV stabil, membran mukosa lembab, tugor kulit baik
Intevensi
|
Rasional
|
1
Awasi tanda – tanda vital , membran mukosa , turgor
kulit
2
Awasi jumlah datiper masuknya cairan, ukur haluaran
urine, dengan adekuat
3
Mendorong meningkatkan cairan perooral
4
Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral
|
1
Indikator keadekuatan , volume cairan dan elektrolit
2
Katidak seimbangan antara intake dan out put cairan dapat menyebabkan tejadinya
dehidrasi
3
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh yang
hilang
4
Sebagai pengganti pemberian cairan peroral yang sulit
|
Diagnosa
VI
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
Tujuan
: klien akan mengidentifikasikan dan menunjukkan prilaku untuk mempertahankan
kulti halus, kenyal dan lembut
Intevensi
|
Rasional
|
1
Observasi adanya tanda radang (bengkak, merahm nyeri
dan lain – lain )
2
Lakukan pijatan pada daerah yang tertekan
3
Diskusikan pentingnya perubahan posisi setiap dua jam
4
Tekankan pentingnya masukan nutisi atau cairan
adekuat
5
Pertahankan sprei bersih dan rapi
|
1
Merupakan resiko untuk terjadinya kerusakan kulit dan
menentukan pengobatan yang lebih intensif
2
Memperlancar sikulasi darah
3
Meningkatkan sirkulasi dan persepsi kulit denga mencegah tekanan
darah pada jaringan
4
Perbaikan nutisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi
kulit
5
Seprei yang kusut , basah, kotor, dapat menyebabka
terjadinya lecet pada kulit
|
Diagnosa
VII
Konstipasi
berhubungan denga innformasi usus, penurunan masukan diet
Tujuan
: pola eliminasi BAB klien normal
Intevensi
|
Rasional
|
1
Kaji hal berikut :
a.
Penurunan jumlah faeses
b.
Poningkatan konsistensi faeses
c.
Penurunan urgensi BAB
2
Pertahankan lingkungan bebas bau busuk untuk klien :
a.
Pispot
kosongkan dengan segera
b.
Ganti linen yang basah
c.
Berikan pengharum ruangan
3
Lakukan perawatan perineal
Yang baik.
4
Turunkan aktivitas fisik selama episode akut diare
5
Tentukan hubungan antara episode diare dan mencerna
makanan khusus
6
Observasi tanda da gejala ketikdaseimbangan
elektrolit
a.
Penurunan kalium serum
b.
Penurunan natrium serum
7
Gantikan cairan dan elektrolit dengan cairan peroral
yang mengandung elektrolit yang tepat
a.
Gatorade, sedian komersial larutan glokusa - elektrolit
b.
Jus apel, yang mengandung kalium tinggi tetapi
natrium endah
c.
Cola, rood beer
da air jahe yang mengandung natrium
tetapi sedikit kandungan kalium
|
1
pengkajian faeses membantu mengevaluasi efektivitas
agen antibiotik dan pembatasan diet
2
Bau fekal dapat menyebabkan rasa malu dan kesadaran
diri dan dapat meningkatkan stress hidup.
3
Iritasi perineal karena sering BAB berair harus
dicegah.
4
Penuurunan aktivitas fisik menurunan peristaktik usus
5
Mengidenifikasi makanan yang dapat mengiritsi dapat
menurunkan episode diare
6
.
a.
Pada diare osmotik keruskan absorbsi cairan oleh usus
disebabkan oleh pecernaan larutan yang tak dapat di cerna atau oleh peurunan
absorbsi usus. Air dan elektrolit masuk dalam usus dalam jumlah yang lebih
besar dari pada yang dapat diabsorbsi dan diae cair mengandung kalium ringgi
b.
Diare yang mengandung sekret terjadi bila dinding
usus terinflamasi atau membengkokkan atau bila dirangsang oleh garam empedu
megakibatkan diare faeses tinggi natrium
7
Tipe cairan pengganti tergantung pada kebutuhan
elektrolit
|
Diagnosa
VIII
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan tak mengenal informasi tentang kondinya
Tujuan
: klien akan mengidentifikasi tanda dan gejalan penyakit serta mencegah
kekambuhan
Intevensi
|
Rasional
|
1
Menentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan bekajar
2
Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor resiko
terjadinya penyakit
3
Jelaskan dan diskusikan peran klien dalam mengontrol
faktor – faktor resiko
4
Beri kesempatan dalam megngkapkan perasaannya
5
Beri doronga spiritual sesuai dengan agama dan
kepercayaannya
|
1
Belajar lebih mudah bila mulai dari pengetahuan
peserta belajar
2
Faktor – faktor resiko ini menunjukkan hubungan
terjadinya penyakit
3
Menambah kerangka pengetahuan ; memungkinkan klien
untuk membuat keputusan berdasarkan informasi sampai dengan kontrol kondisi
sampai mencegah berulang oleh komplikasi
4
Klien merasa diperhatikan oleh perawat untuk
mengetahui perasaan / permasalahn klien di saat menderita penyakit tersebut
5
Menigkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat memeperbaiki dan
meningkatkan kematangan fisik, mental
sosial klien
|
4.
Implementasi
Implementasi sesuai dengan rencana intervensi keperawatan
yang telah ditetapkan dengan mempertahankan kondisi pasien.
5.
Evaluasi
Tahap evaluasi dalamproses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah berhasil atau tidak dan apabila tidak berhasil perlu
dikaji, direncanakan dan dilaksanakan kembali sampai tujuan tercapai. Tahap ini
dapat dilaksanakan dalam waktu panjang dan pendek tergantung respon klien.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A.
Pengkajian
1.
Biodata
a.
Identitas klien
1)
Nama :
Tn. ML
2)
Umur :
60 tahun
3)
Jenis kelamin :
Laki-laki
4)
Alamat :
Lambatu Kec. Walenrang
5)
Agama :
Kristen
6)
Pendidikan :
SMA
7)
Pekerjaan :
Pensiunan
8)
Dx. Medis :
Typoid Abdominalis
9)
Tanggal masuk RS :
11 September 2007
10) Ruangan : Ruang VIP. IIB
11) No.MR : 105343
b.
Identitas penanggung
Biaya pengobatan dan perawatan selama di RS ditanggung oleh ASKES
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama :
Nyeri pada ulu hati (epigastrium)
Riwayat keluhan utama:
1)
Faktor / penyebab pencetus : Bertahap
2)
Sifat keluhan :
hilang timbul
3)
Lokasi dan penyebarannya : Sekitar abdomen bagian
atas
4)
Skala keluhan :
Sedang
5)
Mulai dan lamanya keluhan : Satu minggu yang lalu
6)
Hal-hal yang memperingan : Bila duduk sebentar dan istirahat
7)
Hal-hal yang memperberat : Makan makanan yang keras
b.
Riwayat kesehatan masa lalu
Klien sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit Wlenrang dengan keluhan
yang sama, yaitu sekitar 3 tahun yang lalu
Klien tidak pernah mengalami operasi
c.
Riwayat kesehatan sekarang
Klien dirawat di RS dengan keluhan nyeri pada abdomen.
Sakit kepala, nafsu makan menurun dan susah tidur
d.
Riwayat kesehatan keluarga
640
|
45
|
40
|
35
|
38
|
28
|
32
|
Keterangan :
1)
1) Tipe keluarga : Nuclear famili
2)
Orang tua suami sudah meninggal tidak diketahui
penyakitnya
3)
Bapak mertua klien mengalami hipertensi
4)
Saudara klien sehat
5)
Saudara istri klien sehat
6)
Anak-anak klien tidak ada yang menderita sakit
3.
Riwayat Psikososial
a.
Pola konsep diri
1)
Identitas klien: klien menyadari dirinya laki-laki
2)
Body image :
Klien mau menerima keadaannya. Meskipun belum mampu melakukan activitas
3)
Harga diri :
Klien berharap menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, bangsa dan negara
4)
Idela diri :
Klien berharap cepat sembuh dari penyakitnya.
b.
Pola kognitif
Klien merasa dirinya sakit, walaupun merasa cemas, namun klien mau
bekerjasama.
c.
Pola koping
Bila klien merasa sakit ata ada masalah, klien selalu berdoa.
d.
Pola interaksi
Klien dapat berkomunikasi dengan perawat, keluarga dan pasien lain, namun
bicara klien kurang lancar.
4.
Riwayat Spiritual
a.
Kegiatan klien beribadah
Selama sakit klien selalu berdoa,
agar sakitnya cepat sembuh
b.
Dukungan keluarga
Dalam hal menjalankan ibadah keluarga sangat membantu sepenuhnya
c.
Ritual yang biasa dilakukan oleh klien
Klien biasa melakukan Kebaktian digereja
5.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum klien : lemah
a)
Kesadaran :
Composmentis / kesadaran penuh, karena klien masih bisa diajak bicara.
b)
Tanda-tanda distres
: Klien nampak lemah
c)
Penampilan fisik sesuai dengan tingkat usia
d)
Ekspresi wajah meringis, bicara pelan, mood cemas
e)
TB : 157 cm
BB : 51 kg
Gaya
berjalan dibantu oleh keluarga / dipapah.
b.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Suhu tubuh : 39,2 0C
Nadi :
60 x/menit
Pernapasan : 16 x/menit
c.
Sistem pernapasan
1)
Hidung
a)
Inspeksi
(1)
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan
(2)
Tidak nampak adanya sekret
(3)
Tidak nampak adanya pernafasan cuping hidung
(4)
Tidak nampak adanya polip
(5)
Tidak tamapak adanya epistaxis
b)
Palpasi :
(1)
Tidak teraba adanya benjolan
(2)
Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis,
etmoidalis, parietalis
2)
Leher
a)
Inspeksi
(1)
Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
(2)
Tidak nampak adanya tumor
(3)
Tidak ada distensi vena jugularis
b)
Palpasi :
(1)
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
(2)
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe
(3)
Tidak teraba peningkatan denyut arteri carotis
(4)
Tidak teraba peningkatan denyut vena jugularis
(5)
Tidak ada nyeri tekan
3)
Dada
a)
Inspeksi
(1)
Bentuk dada simetris kiri dan kanan
(2)
Gerakan dada mengikuti irama pernapasan
(3)
Nampak ictus cordis pada iga ke 5 midclavikularis kiri
b)
Palpasi
(1)
Vokal premitus seimbang kiri dan kanan, makin ke bawah
makin melemah
(2)
Thorasix excurtion : pengembangan diafragma pada saat
ekspirasi dengan jarak 3 cm
(3)
Tidak ada nyeri tekan
(4)
Tidak teraba adanya massa
c)
Perkusi :
(1)
Bunyi sonor pada area paru
(2)
Bunyi pekak pada area jantung dan hati
d)
Auskultasi :
(1)
Bunyi napas vesikuler terdengar lembut, terletak di
seluruh lapang paru , inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi.
(2)
Bronkhovesikuler karakteristik agak kasar, terdengar
pada percabangan bronchus dan trakea. Inspirasi dan ekspirasi sama
(3)
Bronkhial karakteristik suara kasar. Pada trakea dan suprasternal, inspirasi
pendek dan ekspirasi panjang
(4)
Tidak terdengar suara napas tambahan
d.
Sistem kardiovaskuler
1)
Raut muka
a)
Inspeksi
(1)
Bentuk muka lonjong
(2)
Ekspresi wajah meringis
(3)
Warna pucat
b)
Palpasi
(1)
Tidak ada nyeri tekan
(2)
Tidak teraba adanya benjolan
c)
Auskultasi
Bising kelenjang tyroid tidak terdengar
2)
Mata
a)
Inspeksi
(1)
Bola mata simetris kiri dan kanan
(2)
Konjugtiva tidak pucat
(3)
Sklera tidak ikterus
3)
Bibir
a)
Inspeksi
(1)
Bibir nampak kering
(2)
Lidah nampak tremor saat dijulurkan
(3)
Gigi luar nampak merah
4)
Leher
a)
Inspeksi
a)
Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid
b)
Tidak nampak adanya massa
b)
Palpasi :
a)
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid
b)
Posisi trachea berada di tengah
5)
Pembuluh darah perifer
a)
Palpasi denyut nadi
Frekuensi : 60/menit
Irama : teratur
Ciri denyutan : Kuat
Isi nadi : berisi
b)
Auskultasi
(1)
Sistolik :
110 mmHg
(2)
Diastolik : 70 mmHg
6)
Pemeriksaan jantung dan aorta
a)
Inspeksi
(1)
Nampak ictus cordis pada iga ke 5 midklavikula kiri
(2)
Tidak nampak pembesaran jantung
b)
Palpasi
(1)
Ictus cordis teraba pada iga ke 5 midklavikula kiri
(2)
Arteri carotis teraba kuat
c)
Perkusi
Suara pekak pada daerah jantung
a) Batas atas : iga ke-2
kiri dan kanan
b) Batas bawah : iga ke-5 dan 6
kiri
c) Batas kiri :
midklavikula kiri
d) Batas kanan : Parsternalis
kanan
d)
Auskultasi
(1)
Bunyi jantung I pada intercosta ke 5 kiri pada
penutupan katup aorta dan pulmonal
(2)
Bunyi jantung II pada intercosta ke 2 kiri dan kanan,
pada penutupan katup trikus dan bikuspidalis
(3)
Tidak ada bunyi napas tambahan
e.
Sistem pencernaan
1)
Sklera tidak ikterus
2)
Bibir
a) Kering
b) Tidak terdapat labioskisis, palatoskisis,
stomatitis, jumlah gigi lengkap.
3)
Gaster
a)
Tidak Kembung
b)
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
c)
Perkusi
Terdengar bunyi hipertympani
4)
Abdomen
a)
Inspeksi
1)
Abdomen datar
2)
Pergerakan mengikuti irama pernapasan
b)
Palpasi
1)
Tidak ada pembesaran hepar
2)
Tidak teraba pembesaran ginjal
3)
Terdapat nyeri tekan pada ulu hati
c)
Perkusi
Bunyi hypertimpani
d)
Auskultasi
1)
Peristaltik usus (+) 20x/menit
2)
Kesan menurun
5)
Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan karena klien menolak
f.
Sistem indra
1)
Mata
a)
Inspeksi
(1)
Kelopak mata simetris kiri dan kanan
(2)
Bulu mata tidak rontok
(3)
Alis mata merata dan tebal
(4)
Visus ketajaman penglihatan baik
(5)
Lapang pandang baik, dapat melihat kekiri dan kekanan
2)
Hidung
a)
Inspeksi
(1)
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan
(2)
Tidak ada pernapasan cuping hidung
(3)
Tidak nampak adanya polip
(4)
Nampak adanya sekret
b)
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
3)
Telinga
a)
Inspeksi
(1)
Simetris kanan dan kiri
(2)
Tidak nampak adanya serumen
b)
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
g.
Sistem persyarafan
1)
Fungsi cerebral
a)
Status mental
(1)
Klien dapat berorientasi terhadap orang, waktu dan
tempat
(2)
Daya ingat baik (klien dapat mengingat kejadian sebelum
dirawat dan setelah dirawat di RS
(3)
Klien dapat menghitung dan mengenal benda yang
disodorkan
(4)
Klien dapat berbahasa dengan baik dan benar
b)
Kesadaran : komposmentis
(1)
Eyes : dapat membuka mata dengan spontan = 4
(2)
Motorik : dapat berespon terhadap perintah dengan baik
= 6
(3)
Verbal : klien mampu berbicara dengan baik dan jelas= 5
Nilai GCS : 15
c)
Bicara
Bicara dengan suara pelan namun jelas
2)
Fungsi cranial
a)
Nervus I ( Olfactorius ) : Klien dapat
membedakan bebauan
b)
Nervus II ( Optikus ) : Visus baik, lapang pandang baik, dapat melihat
kesegala arah
c)
Nervus III (Okulomotorius) : Klien dapat menggerakkan
bola mata
d)
Nervus IV ( Trochlearis ) : Pupil isokhor, refleks
pupil mengecil bila ada cahaya.
e)
Nervus V ( Trigeminus ) : Sensorik :
Klien dapat merasakan sentuhan kapas
Motorik : Klien dapat menutup rahang
f)
Nervus VI ( Abdusen ) : Klien dapat menggerakkan bola mata ke lateral
g)
Nervus VII ( Facialis ) : Sensorik :
Kklien dapat membedakan rasa manis dan asin
: Motorik :
Klien dapat tersenyum
h)
Nervus VIII ( Acustik ) : Klien dapat mendengar detik arloji dengan baik
i)
Nervus IX (Glosapharingeal): Refleks muntah baik
j)
Nervus X ( Vagus ) : Ovula dapat bergetar bila klien mengucapkan
kata “ah”
k)
Nervus XI ( Assesorius ) : Klien dapat
menggerakkan bahu dan lengan
l)
Nervus XII ( Hipoglasus ) : klien dapat menggerakkan
lidah ke segala arah
3)
Fungsi motorik
a)
Massa
otot : baik
b)
Tonus otot : baik
c)
Kekuatan otot : baik
4)
Fungsi sensorik
Klien dapat merasakan panas, dingin, dan nyeri
5)
Fungsi cerebellum
Koordinasi baik
Fungsi keseimbangan baik
6)
Refleks
a)
Refleks fisiologis
(1)
Bisep (+) :
fleksi lengan bawah
(2)
Trisep (+) :
ekstensi lengan bawah
(3)
Patella (+) :
ekstensi lengan bawah
b)
Refleks patologis
Babinski (-)
7)
Iritasi meningen
Tidak ada kaku kuduk
h.
Sistem muskuloskletal
1)
Kepala
a)
Inspeksi
(1)
Bentuk kepala lonjong
(2)
Dapat digerakkan
2)
Vertebra
a)
Inspeksi
Tidak ada kelainan bentuk dada
b)
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
3)
Pelvis
Simetris kiri dan kanan
4)
Lutut
a)
Inspeksi
(1)
ROM penuh
(2)
Dapat digerakkan
b)
Palpasi
(1)
Tidak ada pembengkakan
(2)
Dapat digerakkan
5)
Lutut
a)
Tidak ada pembengkakan
b)
Dapat digerakkan
6)
Kaki
a)
Tidak ada pembengkakan
b)
Tidak kaku
c)
Klien dapat berjalan dengan baik
i.
Sistem integumen
1)
Rambut
a)
Inspeksi
(1)
Warna hitam
(2)
Tidak mudah tercabut
(3)
Penyebaran merata
2)
Kulit
a)
Inspeksi
(1)
Warna kulit sawo matang
(2)
Kulit nampak kering
3)
Kuku
a)
Warna merah muda
b)
Kebersihan kuku kurang
c)
Permukaan kuku datar
j.
Sistem endokrin
1)
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2)
Klien tidak mengalami eksresi urin berlebihan
3)
Klien tidak mengalami keringat berlebihan
4)
Klien tidak mengalami polidipisi dan polipagia
5)
Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut
k.
Sistem perkemihan
1)
Tidak ada oedema anaska
2)
Tidak ada moon face
3)
Tidak oedema palpebra
4)
Klien tidak pernah mengalami kencing batu
5)
Tidak mengalami penyakit yang bersangkutan dengan
seksual
l.
Sistem reproduksi
1)
Tidak dilakukan pemeriksaan pada penis, karena pasien
menolak,
2)
Terdapat pertumbuhan rambut, jenggot serta kumis
3)
Pertumbuhan jakun normal, suara normal, tidak ada
perubahan
m.
Sistem imun
1)
Klien tidak riwayat alergi terhadap cuaca, debu, bulu
binatang, dan zat kimia
2)
Tidak ada riwayat transfusi darah\
6.
Pola kegiatan sehari-hari
a.
Nutrisi
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Selera makan
Menu makanan
Frekuensi makanan Makanan yang disukai
Makanan
pantangan
Pembatasan
pola makan
Cara makan
Porsi makan
|
Baik
Nasi
+ lauk + sayur
3
x / hari
Apel
Tidak
ada
Tidak
ada
Mandiri
Dihabidkan
|
Kurang
Bubur,
biskuit
2
x/hr
Roti
Makanan
keras
Tidak
ada
Disuap
Tidak
dihabiskan
|
b.
Cairan
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
3.
4.
|
Jenis
Frekuensi
Kebutuhan
cairan
Cara pemenuhan
|
Air
putih + teh + susu
± 7-8
gelas/hari
2500
cc/hr
Mandiri
|
Air
putih + susu
± 6-7 gls / hr
2500
cc/hr
Dibantu
keluarga
|
c.
Eliminasi
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
|
BAB
Tempat
Frekuensi
Konsistensi
|
WC
1
x /hr
½
padat
|
WC
1
x/hari
Padat
|
2.
|
BAK
Tempat
pembuangan
Frekuensi
Warna
|
WC
Teratur,
6-8 x/mnt
Kuning
muda
|
Pispot
4-5
x/hr
|
d.
Istirahat dan tidur
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
|
Jam tidur
- Siang
- Malam
Kebiasaan
sebelum tidur
|
10.00
– 12.00 WITA
21.00
– 19.00 WITA
Nonton
TV, membaca majalah
|
–
Tidur malam hanya 2 jam
|
e.
Personal Hygiene
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
3.
|
Mandi
Cara
Frekuensi
Alat mandi
Cuci rambut
Frekuensi
Cara
Gunting kuku
Frekuensi
Cara
|
–
Guyur
–
1 x/hr
–
Sabun, spatel
–
2 x / minggu
–
Guyur / pakai shampo
–
1 x minggu
–
Gunting kuku
|
-
-
-
-
Belum
pernah
|
f.
Olah raga
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
|
Program olah
raga
Lama dan
jenisnya
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
-
|
g.
Aktivitas / mobilitas fisik
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
3.
4.
|
Kegiatan
sehari-hari
Penentuan
jadwal harian
Pemakaian alat
bantu untuk aktivitas
Kesulitan
pergerakan tubuh
|
–
Nonton, bertani
–
Tidak ada
–
Klien tidak menggunakan alat bantu
–
Tidak ada
|
–
Membaca
–
-
–
Dipapah oleh keluarga
–
Keterbatasan gerak
|
h.
Rekreasi
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
3.
|
Perasaan saat
bekerja
Waktu luang
Waktu senggang
|
–
Senang
–
Berkumpul bersama keluarga
|
–
Klien tidak melakukan kegiatan selama di rawat
di Rumah Sakit
|
i.
Rokok, alkohol dan obat-obatan
No
|
Jenis
|
Sebelum
Sakit
|
Saat
Sakit
|
1.
2.
3.
4.
|
Apakah merokok
Minuman keras
Kecanduan kopi
Mengkonsumsi
obat dari dokter
|
–
Klien tidak merokok
–
Minum-minuman keras 6 tahun yang lalu
–
-
–
Obat dari dokter
|
7.
Test Diagnostik Normal
Widal
OD 1/160 1/80
8.
Therapy saat ini
a.
Perawatan
Klien beristirahat di tempat tidur
b.
Pengobatan
1)
Infus RL 28 tts/menit
2)
Chloramex 1 gr /
8 jam
3)
Dexa 1 amp / IV
/ 8 jam
4)
Ulsikur 1 amp /
IV / 8 jam
Tablet:
1)
Paracetamol 3
x 1
2)
Ranitidin 3
x 1
3)
Chloramex 2
x 1
TABULASI DATA
|
|
1.
Klien
mengeluh nyeri pada abdomen
2.
Wajah tampak meringis
3.
Nafsu makan menurun
4.
Klien mengeluh susah tidur
5.
Tidur klien hanya 5-6 jam / hr
6.
Bicara klien pelan
7.
Aktivitas klien dibantu oleh keluarga / dipapah
8.
Klien terlihat cemas
9.
Klien mengatakan merasa cemas
10. Porsi
makan tidak dihabiskan
11. Kuku
klien nampak panjang dan kotor
12. Lidah
tampak kotor
13. Klien
makan dengan cara di suap
|
14. Kebersihan
kurang
15. Keterbatasan
gerak
16. Klien
nempak lemah
17. Nyeri
tekan pada abdomen
18. Bibir
kering
19. Kuku
klien nampak panjang dan kotor
20. Klien
mengatakan sulit bergerak
21. TTV
:
TD : 110/70
mmHg
S : 39,20C
N : 60 x/menit
P : 36,2
x/menit
22. Klien
sering bertanya tentang penyakitnya
|
DATA
FOKUS
(CP.
1 A)
DATA SUBJEKTIF |
DATA OBJEKTIF
|
1.
Klien mengeluh nyeri pada abdomen
2.
Nafsu makan menurun
3.
Klien mengeluh susah tidur
4.
Klien mengatakan merasa cemas
5.
Klien mengatakan sulit bergerak
6.
Klien sering bertanya tentang penyakitnya
|
1.
Wajah tampak meringis
2.
Nafsu makan menurun
3.
Tidur klien hanya 5-6 jam / hr
4.
Kuku klien nampak panjang dan kotor
5.
Lidah tampak kotor
6.
Klien makan dengan cara di suap
7.
Kebersihan kurang
8.
Keterbatasan gerak
9.
Bicara klien pelan
10. Aktivitas
klien dibantu oleh keluarga / dipapah
11. Klien
terlihat cemas
12. Porsi
makan tidak dihabiskan
13. Klien
nempak lemah
14. Nyeri
tekan pada abdomen
15. Bibir
kering
16. Kuku
klien nampak panjang dan kotor
17. Klien
mengatakan sulit bergerak
18. TTV
:
TD : 110/70
mmHg
S : 36,20C
N : 60 x/menit
P :
36,2 x/menit
|
ANALISA
DATA
(CP. 1 B)
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS :
-
Klien mengeluh nyeri pada abdomen
-
Klien mengeluh sakit kepala
DO:
-
Wajah nampak meringis
-
Nyeri tekan pada abdomen
-
TTV:
TD : 110/70
mmHg
S : 39,20C
N : 60 x/menit
P : 16 x/menit
|
Invasi
salmonella typhosa
¯
masuk
ke saluran pencernaan
¯
Diserap
oleh usus halus
¯
Melepaskan
endotoksin
¯
Reksi
peradangan pada usus halus
¯
Kerusakan
mukosa usus halus
¯
Hipothalamus
¯
Korteks
cerebri
¯
Merangsang
reseptor nyeri
¯
Nyeri
|
Nyeri
|
3
|
Data
subjkekti
-
Klien mengatakan sulit bergerak
Data
objektif
-
Keterbatasan gerakans
-
Aktivitas klien dibantu oleh klien
-
Bicara klien lambat
-
Kesimbangan kurang
|
Proses Peyakit
¯
Intake
nutrisi kurang
¯
Kelemahan
otot
¯
Aktivitas
terbatas
¯
Intoleransi
aktivitas
|
Intoleransi aktivitas
|
4
|
DS :
-
Klien mengeluh susah tidur
DO:
-
Tidur klien hanya 5-6 jam/hr
-
Tidur malam hanya 2 jam
-
Wajah pucat
|
Adanya
stimulus nyeri
¯
Merangsang
saraf otonom
¯
Umpan
balik pada RAS
¯
REM
menurun
¯
Sering
terjaga
¯
Gangguan
pola tidur
|
Gangguan
pola tidur
|
5.
|
DS :
-
Klien mengatakan belum pernah mandi selama di RS
-
Klien mengatakan belum pernah potong kuku
DO:
-
Kulit klien nampak kotor
-
Kuku nampak kotor dan panjang
-
Kebersihan kurang
|
Typus
¯
Otot-otot
lemah
¯
Kelemahan
fisik
¯
Tidak
mampu memenuhi kebutuhannya
¯
Personal
hygiene tidak terpenuhi
|
Personal
hygiene kurang
|
6.
|
DS :
-
Klien mengatakan merasa cemas
DO:
-
Klien terlihat cemas
-
Klien sering bertanya tentang penyakitnya
|
Perubahan
status kesehatan
¯
Pengetahuan
tentang penyakitnya kurang
¯
Informasi
kurang
¯
Sering
bertanya
¯
Koping
tidak adekuat
¯
Cemas
|
Cemas
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(
CP. 2 )
NO
|
Masalah/Diagnosa
|
Tanggal
ditemukan
|
Tanggal
teratasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
6
|
Nyeri s/d invasi kuman
Nutrisi kurang dari kebutuhan s/d intake tidak adekuat
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisk
Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya
stimulus nyeri
Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik
Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan
|
18 September 2007
18 September 2007
18 September 2007
18 September 2007
18 September 2007
18 September 2007
|
Belum teratasi
20 September 2007
19 September 2007
20
September 2007
19 September 2007
20 September 2007
|
RENCANA
KEPERAWATAN
(CP.
3)
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Nyeri s/d
invasi kuman ditandai dnegan
DS :
-
Klien mengeluh nyeri pada abdomen
-
Klien mengeluh sakit kepala
DO:
-
Wajah nampak meringis
-
Nyeri tekan pada abdomen
-
TTV:
TD : 110/70 mmHg
: 39,20C
N:60 x/menit
P 16 x/menit
|
Nyeri dapat
teratasi dengan kriteria:
-
Klien tiadak mengeluh nyeri laghi
-
Wajahh nampak
ceria
-
Tidak ada nyeri tekan
|
1.
Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan penyebarannya
2.
Observasi tanda-tanda vital
3.
Anjurkan klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
4.
Beri posisi yang nyaman
5.
Berikan tekhnik distraksi (pengalihan perhatian)
6.
Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Ulsikur 1 amp / IV / 8 jam
|
1.
Meberikan informasi s/d intervensi selanjutnya
2.
TTV dapat berubah akibat nyeri dan merupakan
indikator untuk menilai perkembangan selanjutnya
3.
Tekhnik relaksasi dapat meningkatkan supaly O2 ke
jaringan sehingga nyeri tidak dipersepsikan
4.
Mengurangi rasa nyeri
5.
Mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri tidak
terfokua
6.
Analgetik akan segera mencapai pusat rasa sakit
sehingga proses penyembuhan lebih efektif
|
2
|
Nutrisi kurang
dari kebutuhan s/d intake tidak adekuat ditanndai dengan:
DS :
-
Klien mengatakan kurang nafsu makan
DO:
-
Porsi makan tidak dihabiskan
-
Bibir nampak kering
-
Lidah nampak kotor
-
Klien disuap
|
Nutrisi
terpenuhi
|
1.
Kaji kemampuan nutrisi pada klien
2.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
sesuai indikasi
3.
Sajikan makanan hangat dan bervariasi
4.
Berikan diet TKTP dan rendah selulosa
|
1.
Mengetahui sejauh mana jumlah intake yang dikonsumsi
2.
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien dan mencegah
distensi gaster
3.
Membantu meningkatkan selera makan klien
4.
Memenuhi kebutuhan kalori dan memudahkan usus
mencerna makanan
|
3
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan :
Data
subjkekti
-
Klien mengatakan sulit bergerak
Data
objektif
-
Keterbatasan gerakans
-
Aktivitas klien dibantu oleh klien
-
Bicara klien lambat
-
Kesimbangan kurang
|
Aktivitas
terpenuhi
|
1
Kaji kemampuan klien dalammemenui perawatan dirinya
2
Anjurkan kepada klien untuk melaukan aktifitas
semampunya
3
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan diri
klien
|
1
Mengetah tingkat kemampuan dan keergarungan klien
dalam merawat dirinya
2
Membantu \menumbuhkan kemadnirian klien
3
Klien merasa tenang da tentram dalam memenuhi
kebutuhannya
|
4.
|
Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya
stimulus nyeri ditandai dengan :
DS :
-
Klien mengeluh susah tidur
DO:
-
Tidur klien hanya 5-6 jam/hr
-
Tidur malam hanya 2 jam
-
Wajah pucat
|
Aktifitas terpenuhi
|
1.
Kaji frekuensi lamanya istirahat tidur
2.
Ciptakan lingkungan yang tenang
3.
Anjurkan klien untuk tidur tepat waktu
4.
Atur posisi yang nyaman
|
1.
Mengetahui sejauh mana klien mengalami gangguan tidur
2.
Memberikan kesempatan kepada klien waktu tidur dan
istirahat sesuai frekuensi tidur normal
3.
Memenuhi kebutuhan istirahat tidur
4.
Posisi yang nyaman dapat membantu klien beristirahat
dengan tenang dan nyaman
|
5.
|
Gangguan
personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik
Ditandai
dengan:
DS :
-
Klien mengatakan belum pernah mandi selama di RS
-
Klien mengatakan belum pernah potong kuku
DO:
-
Kulit klien nampak kotor
-
Kuku nampak kotor dan panjang
-
Kebersihan kurang
|
Pola tidur
terpenuhi
|
1.
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya
2.
Anjurkan kepada keluarga untuk mempertahankan hygiene
klien setiap hari seperti mandi lap di tempat tidur
3.
Mememotong kuku
|
1.
Mengetahui tingkat perkembangan dan ketergantungan
klien dalam merawat dirinya
2.
Meningkatkan rasa percaya diri klien memperbaiki
penampilan serta meningkatkan rasa nyaman dan kesegaran
3.
Membantu mempertahankan kebersihan kuk
|
6
|
Kecemasan
berhubungan dengan status kesehatan ditandi dengan
DS :
-
Klien mengatakan merasa cemas
DO:
-
Klien terlihat cemas
-
Klien sering bertanya tentang penyakitnya
|
Kecemasan
teratasi
|
1.
Kaji tingkat kecemasan yang dirasakan klien
2.
Beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3.
Jelaskan dan diskusikan peran klien dalam mengontrol
faktor resiko
4.
Beri dorongan spritual kepada klie
|
1.
Melanjutkan intervensi selanjutnya
2.
Membantu mengidentifikasi penyebab stress
3.
Memungkinkan klien untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi sesuai dengan control kondisi dan mencegah berulang
komplikasi
4.
Klien dapat menyadari bahwa berusaha dan berdoa
kepada Tuhan YME adalah jalan untuk memperoleh kesembuhan
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
(
CP. 4 )
No |
No.
Dx
|
Jam
|
Implementasi
|
1
|
I
02-09-2007
|
08.00
09.10
09.30
09.00
10.35
10.40
|
1.
Mengkaji
tingkat nyeri, durasi, lokasi dan penyebarannya
Hasil : nyeri tingkat sedang, klien mengeluh nyeri pada ulu hati
2.
Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : TD 110/70 mmHg
P : 16 x/menit
N : 80x/menit
S : 39,2 oC
3.
Menganjurkan klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
Hasil : klien dianjurkan napas dalam bila nyeri datang
4.
Memberi posisi yang nyaman
Hasil : mengajarka kepada klien posisi semi fowler dengan kepala leih
tiggi dari badan dengan memakai bantal
5.
Mengajarkan kepada klien tekhnik distraksi
(pengalihan perhatian)
Hasil : klien dianjurkan untuk membaca koran atau berinteraksi dengan
keluarga agar klien tidak terfokus dengan nyerinya
6.
Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Ulsikur 1 amp / IV / 8 jam
|
2
|
II
18-09-07
|
08.00
09.30
09.00
|
1.
Mengkaji kemampuan nutrisi pada klien
Hasil : klien malas makan, makan hanya 2 kali sehari, porsi makan tidak
dihabiskan
2.
Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
sesuai indikasi
Hasil : klien makan makanan ringan : seperti roti tiap 3 - 4 jam dengan
porsi sedikit
3.
Menganjurkan kepada keluarga untuk menyajikan makanan
hangat dan bervariasi
Hasil : keluarga klien hanya memberikan dengan lauk yang tidak beruba
seperti tempe,
|
3
|
III
02-09-07
|
08.00
09.00
09.20
|
1.
Mengkaji kemampuan klien dalam memenuhi perawatan
dirinya
Hasil : klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri hanya dibantu
oleh keluarga
2.
Menganjurkan kepada klien untuk melakukan aktifitas
semampunya
Hasil : klien belajar makan tampa
disuap
3.
Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan diri
klien
Hasil : keluargan mau bekerjasa masa
|
4
|
02-09-07
IV
|
08.00
09.00
09.20
09.30
|
1.
Mengkaji frekuensi lamanya istirahat tidur
Hasil : tidur klien hanya 5 – 6 jam / hari, klien sulit tidur dan mudah
terbangun
2.
Menciptakan
lingkungan yang tenang
Hasil : membatasi jumlah pengunjung
3.
Menganjurkan klien untuk tidur tepat waktu
Hasil : klien tidak dapat tidur tepat waktu
4.
Mengatur posisi yang nyaman
Hasil : klien mencoba untuk istirahat
|
5
|
02-09-07
V
|
09.07
09.10
09.30
|
1.
Mengkaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan
dirinya
Hasil : klien mengatakan belum pernah mandi , potong kuku, selama di rumah
sakit
2.
Menganjurkan kepada keluarga untuk mempertahankan
hygiene klien setiap hari seperti mandi lap di tempat tidur
Hasil : keluarga mau bekerja sama
3.
Mememotong kuku
Hasil : kuku nampak kotor dan panjang
|
6
|
02-09-07
VI
|
08.00
09.20
10.00
10.20
|
1.
Mengkaju
tingkat kecemasan yang dirasakan klien
Hasil : kecemasan dalam tingkat sedang,
2.
Memberi dorongan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
Hasil : klien mau diajak berkomunikasi
3.
Menjelaskan dan diskusikan peran klien dalam
mengontrol faktor resiko
Hasil : hati – hri dala begerak
4.
Memberi dorongan spritual kepada klien
Hasil : klien selalu berdoa agar cepat sembugh
|
CATATAN PERKEMBANGAN
(CP. 5)
No |
Ndx
|
Hari
/ Tanggal
|
Evaluasi
|
1
|
I
|
18-09-2007
15.00
|
S : - Klien mengeluh nyeri pada abdomen
- Klien mengeluh sakit kepala
O : - Wajah nampek meringis
–
Nyeri tekan pada abdomen
–
TTV:
TD : 110/80 mmHg
N
: 60 x/menit
S : 36.70C
P : 16x/menit
A : Nyeri belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
|
2
|
II
|
18-09-2007
|
S :- Klien mengatakan nafsu makan masih kurang
O : - Porsi makan tidak dihabiskan
- Lidah nampak kotor
- Klien tidak disuap lagi
- Bibir masih nampak kering
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
|
3
|
III
|
18-09-2007
|
S :- Klien
mengatakan tidak sulit bergerak
O : - tidak
ada keterbatasan gerak
- Aktivitas klien tidak dibantu
keluarga
- Bicara klien mulai lancar
- Keseimbangan mulai baik
A : Masalah teratasi
P : ---
|
4.
|
IV
|
18-09-2007
|
S : -
Klien mengatakan masih susah tidur
O :- tidur
klien masih 5 - 6 jam /hari
- Klien masih sering terjaga
- Wajah nampak pucat
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
|
5
|
V
|
18-09-2007
|
S : - Klien mengatakan telah dimandikan oleh
keluarganya
O : - Kulit klien nampak bersih
- Kuku nmpak bersih dan pendek
- Kebersihan baik
A : - Masalah teratasi
P : ---
|
6
|
VI
|
18-09-2007
|
S : - Klien mengatakan sudah tidak cemas
- Klien mulai mengerti
tentang penyakitanya
O : - Klien nampak tidak cemas lagi
-
Klien tidak bertanya lagi tentang
penyakitnya
A : Masalah teratasi
P : -
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
(
CP. 4 )
No |
No.
Dx
|
Jam
|
Implementasi
|
1
|
I
19-09-2007
|
09.00
09.10
09.30
09.00
10.35
10.40
|
1.
Mengkaji
tingkat nyeri, durasi, lokasi dan penyebarannya
Hasil : nyeri ringan, klien masih sakit uluh hati
2.
Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil : TD 110/80 mmHg
P : 16 x/menit
N : 80x/menit
S : 39,2 oC
3.
Menganjurkan klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
Hasil : mengajar napas dalam bila nyeri datang
4.
Memberi posisi yang nyaman
Hasil : mengajarkan kepada klien posisi semi fowler dengan kepala lebih
tinggi dari badan dengan memakai bantal
5.
Mengajarkan kepada klien tekhnik distraksi
(pengalihan perhatian)
Hasil : klien dianjurkan untuk membaca koran atau berinteraksi dengan
keluarga agar klien tidak terfokus dengan nyerinya
6.
Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
2.
Ulsikur 1 amp / IV / 8 jam
|
2
|
II
19-09-2007
|
09.00
09.30
09.00
|
1.
Mengkaji kemampuan nutrisi pada klien
Hasil : klien malas makan, makan hanya 2 kali sehari, porsi makan tidak
dihabiskan
2.
Memberikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
sesuai indikasi
Hasil : klien makan makanan ringan : seperti roti tiap 3 - 4 jam dengan
porsi sedikit
3.
Menganjurkan kepada keluarga untuk menyajikan makanan
hangat dan bervariasi
Hasil : keluarga klien hanya memberikan dengan lauk yang tidak beruba
seperti tempe,
|
4
|
19-09-2007
IV
|
09.00
09.00
09.20
09.30
|
1.
Mengkaji frekuensi lamanya istirahat tidur
Hasil : tidur
klien hanya 5 – 6 jam / hari, klien sulit tidur dan mudah terbangun
2.
Menciptakan
lingkungan yang tenang
Hasil :
membatasi jumlah pengunjung
3.
Menganjurkan klien untuk tidur tepat waktu
Hasil : klien
tidak dapat tidur tepat waktu
4.
Mengatur posisi yang nyaman
Hasil : klien
mencoba untuk istirahat
|
CATATAN PERKEMBANGAN
(CP. 5)
No |
Ndx
|
Hari
/ Tanggal
|
Evaluasi
|
1
|
I
|
20-09-2007
15.00
|
S : - Klien mengeluh nyeri pada abdomen
- Klien mengeluh sakit kepala
O : - Wajah nampak meringis
–
Nyeri tekan pada abdomen
–
TTV:
TD : 110/80 mmHg N
: 60 x/menit
S : 36.70C P
: 16x/menit
A : Nyeri belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
|
2
|
II
|
20-09-2007
|
S :- Klien mengatakan nafsu makan mulai bertambah
O : - Porsi makan mulai dihabiskan
- Lidah nampak bersih
- Bibir masih sudah tidak
kering lagi
- Klien tidak disuapi lagi
A : Masalah teratasi
P : ---
|
4.
|
IV
|
20-09-2007
|
S : -
Klien mengatakan tidak mengeluh susah tidur
O :- tidur
klien bertambah 6 – 7 jam /hari
- Klien tidak terjaga
- Wajah nampak carah
A : Masalah teratasi
P
: ---
|
RESUME KEPERAWATAN
(CP. 6)
A.
Pengkajian
DATA SUBJEKTIF |
DATA OBJEKTIF
|
1.
Klien mengeluh nyeri pada abdomen
2.
Nafsu makan menurun
3.
Klien mengeluh susah tidur
4.
Klien mengatakan merasa cemas
5.
Klien mengatakan sulit bergerak
6.
Klien sering bertanya tentang penyakitnya
|
1.
Wajah tampak meringis
2.
Nafsu makan menurun
3.
Tidur klien hanya 5-6 jam / hr
4.
Kuku klien nampak panjang dan kotor
5.
Lidah tampak kotor
6.
Klien makan dengan cara di suap
7.
Kebersihan kurang
8.
Keterbatasan gerak
9.
Bicara klien pelan
10. Aktivitas
klien dibantu oleh keluarga / dipapah
11. Klien
terlihat cemas
12. Porsi
makan tidak dihabiskan
13. Klien
nempak lemah
14. Nyeri
tekan pada abdomen
15. Bibir
kering
16. Kuku
klien nampak panjang dan kotor
17. Klien
mengatakan sulit bergerak
18. TTV
:
19. TD
: 110/70 mmHg
S
: 36,20C
N
: 60 x/menit
P
: 36,2 x/menit
|
B.
Diagnosa Keperawatan
- Nyeri s/d invasi kuman
- Nutrisi kurang dari kebutuhan s/d intake tidak adekuat
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisk
- Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya stimulus nyeri
- Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik
- Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan
C.
Rencana keperawatan :
1.
Diagnosa I :
a.
Kaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan penyebarannya
b.
Observasi tanda-tanda vital
c.
Anjurkan klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
d.
Beri posisi yang nyaman
e.
Berikan tekhnik distraksi (pengalihan perhatian)
f.
Penatalaksanaan pemberian obat analgetik Ulsikur 1 amp
/ IV / 8 jam
2.
Diagnosa II
a.
Kaji kemampuan nutrisi pada klien
b.
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering sesuai
indikasi
c.
Sajikan makanan hangat dan bervariasi
d.
Berikan diet TKTP dan rendah selulosa
3.
Diagnosa III
a.
Kaji kemampuan klien dalammemenui perawatan dirinya
b.
Anjurkan kepada klien untuk melaukan aktifitas
semampunya
c.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan diri klien
4.
Diagnosa IV
a.
Kaji kemampuan klien dalammemenui perawatan dirinya
b.
Anjurkan kepada klien untuk melaukan aktifitas
semampunya
c.
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan diri klien
5.
Diagnosa V
a.
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya
b.
Anjurkan kepada keluarga untuk mempertahankan hygiene
klien setiap hari seperti mandi lap di tempat tidur
c.
Mememotong kuku
6.
Diagnosa VI
a.
Kaji tingkat kecemasan yang dirasakan klien
b.
Beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
c.
Jelaskan dan diskusikan peran klien dalam mengontrol
faktor resiko
d.
Beri dorongan spritual kepada klie
C. Evaluasi / tindak lanjut
1.
Diagnosa I :
Belum teratasi
2.
Diagnosa II :
Teratasi
3.
Diagnosa III :
Teratasi
4.
Diagnosa IV :
Teratasi
5.
Diagnosa V : Teratasi
6.
Diagnosa VI : Teratasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan membahas permasalahn yang ditemukan dari hasil
tinjauan kasus dan upaya yang dilakukan sesuai dengan implementasi dalam
memberikan asuhan keperawatan untuk membantu masalah oleh klien dengan tyfus
abdominalis yang dirawat di ruang perawatan interna RSU Sawerigading Palopo.
Asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi pengkajian,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berikut ini penulis akan menguraikan pembahasan – pembahasan asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada klien dengan tyfus abdominalis sesuai
dengan urutan dari tahap – tahap proses keperawatan
A.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan, pada tahap ini semua data informasi dibutuhkan, dikumpulkan, untuk
menentukan masalah keperawatan.
Pada waktu penulis melakukan pengkajan terhadap klien Tn..ML. ditemukan data :
nyeri, kurang nafsu makan, susah tidur, kebutuhan klien dibantu oleh keluarga,
cemas, kuku nampak kotor, TTV : TD 110 / 70 mmHg
Sedangkan menurut teori pada kasus, masalah yang sering
dihadapi adalah ; nyeri kepala, demam, kurang nafsu makan, intoleransi
aktivitas, konstipasi,/ diare/ klien merasa cemas
Dari pengkajian di atas penulis mendapat 6 masalah
sebagai berikut :
- Nyeri s/d invasi kuman
- Nutrisi kurang dari kebutuhan s/d intake tidak adekuat
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisk
- Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya stimulus nyeri
- Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik
- Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Sedangkan pada teori didapatkan 9 masalah keperawatan sering muncul
adalah :
1.
Hipetermi b/d infeksi salmonella typhi
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksi, gangguan digesti dan absorbsi nutrient
3.
Intoleran activitas b/d kelemahan fisik, penurunan
kesadaran, dan bedrest
4.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
5.
Kurangnya volume cairan b/d haluaran lebih besar dari
asupan
6.
Gangguan integritas kulit b/d tirah baring yang lama
7.
Konstipasi atau diare b/d inflamasi usus, penurunan
masukan diet
8.
Kurang pengetahuan s/d tak mengenal informasi tentang
kondisinya
9.
Potensial terjadi komplikasi (perdarahan, perforasi)
b/d perlukaan ulkus intestinal.
Kesenjangan yang ditemukan yaitu pada temuan kasus ditemukan data
pendukung untuk masalah keperawatan pada toeri yaitu :
1
Hipertermi
berhubungan dengan invasi sallmonella thypii
2
Kurangnya volume cairan berhubungan dengan
haluaran lebih besar dri asupan
3
Potensial terjadi komplikasi (perdarahan, perforasi)
berhubungan dengan perlukaan ulkus intestinal.
Kesenjangan ini dapat diakibatkan karena rumusan
masalah dialami teori disusun berdasarkan tanda dan gejala . berdasarkan teori
di beberapa tahapan gejala yang dapat
muncul dari typoid abdominalis, sedangkan pada temuan kasus dikaji setelah 2
hari mendapat perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit sehingga tidak semua
respon kebutuhan klien akibat penyakit ditemukan.
Pada temuan kasus ditemukan masalah keperawatan yang
tidak terdapat pada teori yaitu : nyeri berhubungan dengan peningkatan asam
lambung,
Pada diagnosa teori itemukan fakta data yang mendukung
karena klien mengalami anoreksia, dan intake yang tidak adekuat yang dapat
memicu terjadinya pengosongan isi lambung sehingga asam lambung dapat
meningkat.
Pada situasi tertentu prioritas keperawatan berbeda
berdasarkan kebutuhan khusus klien : dan dapat beragam dari menit ke menit. Diagnosa keperawatan yang
merupakan prioritas hari ini, mungkin menjadi kurang prioritas hingga tergantung pada fluktuasi ,
kondisi fisik, dan spikososial klien atau respon perubahan klien terhadap
kondisi yang ada
B.
Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah yang
akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan dengan temuan terpenuhinya
kebutuhan klien. perencanaan keperawatan pada klien Tn. ML
C.
Implementasi
Implemenetasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
telah ditentukan dengn maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.
Pada tahap implementasi. Penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan hal
– hal yang telah direncanakan sebelunya yaitu :
1
Pada hari pertama : mengkaji tingjat nyeri,
mengobservasi TTV, mengajurkan melakukan teknik distraksi dan relaksasi,
memberi posisi yang nyaman, mengkaji tingkat nutrisi (pola maka), menyajian
makanan dengan porsi kecil sedikit tapi
sering, menyajikan makanan hangat dan bervariasi, mengkaju kemampuan dalam
perawatan diri, menganjurkan kepada klien untuk melakukan aktivitas semampunya,
melibatkan keluarganya dalam pemenuhan kebutuhan diri klien, mengkaji
istirahat, menciptakan lingkungan yang tenang,
menganjurkan kepada keluarga untuk yidur tetap waktu, mendiskusikan
peran klien dalam mengontrol faktor resiko, mengkaji kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan dirinya, menganjurkan kepada keluarga untuk memperhatikan
hygiene setiap hari. Membersihan dan memotong kuku klien, mengkaji tingkat
kecemasan yang dirasakan klien, memberi dorongn kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya, memberikan informasi tentang penyakitnya, memberikan
dorongan spiritual kepada klien.
2
Pada hati kedua, mengidentifikasi kebutuhan akan
kebersihan diri, memberikan bantuan sessuai perawatan kebersihan diri yaitu :
membersihkan dan memotong kuku di tempat
tidur, serta memberi HE tentang pentingnya personal hygiene dengan hasil klien
dan keluarga mengerti tentang pentingnya HE selama perawatan di Rumah Sakit
maupun di rumah.
Faktor
penghambat dari pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien Tn. ML yaitu
kondisi klien yang lemah.
Faktor
pendukung adalah klien dan keluarga mau diajak bekerjasama / kooperatif
sehingga penulis dapat memberikan tindakan
D.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan
untuk menilai tujuan yang telah dicapai atau tidak
1
Masalah teratasi
a.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
b.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
c.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan
adanya stimulasi nyeri
d.
Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan
fisik
e.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan
2
Masalah yang belum teratasi.
Nyeri
berhubungan dengan invasi kuman
BAB V
PENUTUP
Setelah
menguraikan kasus klien dengan typoid abdominalis di ruang perawatan bangsal
interna RSU Sawerigading Palopo, maka dapat diambil kesimpulan dan beberapa saran antara lain sebagai beikut
:
A.
Kesimpulan
1
Untuk menerapaka proses keperawatan perlu diperhatikan
langkah – langkah pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
perawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi. Di mana hal ini dapat dicapai
melalui pendekatan secata bio, psiko, sosial, spiritual.
2
Dalam pengkajian data didapatkan data – data gejala
pada kasus typoid abdominalis yaitu
nyeri abdomen (epigastrium), nyeri kepala, klien nampak lemah.
3
Dalam perencanaan keperawatan klien dengan typoid
abdominalis yang perlu diperhatikan
adalah prioritas dari kebutuhan klien pada saat itu yang harus dipenuhi.
4
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ada lima masalah yang akan diatasi yaitu : nyeri, gangguan
pemenuhan nutrisi, intoleransi aktifitas, ganggua kebutuhan istirahat/ tidur
dan kecemasan
5
Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan
typoid abdominalis selalu mengacu pada
tujuan pemenuhan kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang dilakukan selama dua hari
ada enam masalah yang teratasi yaitu pemenuhan kebutuhan
nutrisi, intoleransi aktifitas, gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur,
personal hygiene dan kecemasan.
Sedangkan masalah yang belum teratasi yaitu nyeri
B.
Saran – saran
1
Di dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah Sakit
perlu kiranya ditingkatkan peran klien dan keluarga agar tidak menimbulkan
ketergantungan pada perawat dalam hal – hal yang dapat ditoleransi dan di
samping itu mereka akan mendapat keterampilan dan ilmu keperawatan.
2
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hambatan –
hambatan yang akan terjadi pada implementasi pada proses keperawatan di lahan
praktek , hendaknya perawat lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilam
khususnya tentang teori asuhan keperawatan.
3
Penerapan proses keperawatan perlu kiranya
didokumentasikan dan dilaksanakan secara sistematis mulai dat pengkajian,
diagnosa keperawatan, perecanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hak ini beguna
menjadi bahan pembelajaran bagi tenaga kesehatan, utamanya bagi perawat guna
meningkatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
4
Pelayanan keperawatan hendaknya dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang tetap yang telah ditentukan dengan memperhatikan keadaan
umum dan privasi klien
5
Untuk institusi penulis mengharapkan agar lebih
meningkatkan mutu dan kualitas dalam pendidikan.
6
Dan untuk Rumah Sakit perlunya peningkatan faslitas
kesehatan dan peningkatan pengetahuan serta pengalaman perawat melalui seminar
, pertemuan ilmiah maupun dengan penyediaan buku – buku bacaan agar dalam
pelaksanaan dapat terealisasi secara optimal
A.
Identitas
Nama lengkap :
HAMDANA
Nama panggilan :
A n d a
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/ Tgl Lahir :
Palopo, 10 Juni 1972
Agama :
Islam
Alamat : Jl.
Kel Baliase Kec. Angsa no. 3 Masamba
B.
Identitas orang tua :
Nama ayah :
TANGKE
Nama ibu :
Hj.SAIRA
C.
Riwayat pendidikan :
1. SD Negeri Lindu Tahun 1986
2. SLTP Negeri 2 masamba
Tahun 1989
3. SPK Pemda Luwu Palopo Tahun 1992
4. AKPER Sawerigading Pemda Luwu Tahun 2019 (
Progsus Puskesmas )
Typus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya menyerang / mengenai
saluran cerna / usus halus dengan gejala lebih dari 1 minggu atau lebih dengan
atau tanpa gangguan. Typus abdominalis disebakan oleh baktei salmonella thypii.
gejala yang biasa ditimbulkan letargi, sakit kepala , demam, dan kadang terjadi
konstipasi atau diare.
Penatalaksanaan
Typus abdominalis adalah tirah baring total selama demam sampai dengan 2 minggu
normal kembali, kemudian boleh duduk dan selajutnya berdiri dan berjalan.
Makanan harus megandung cukup cairan kalori dan tinggi proetein , tidak
merangsang dan tidak mengandug gas.
Pada penerapan
asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien Tn “ ML “ ditemukan adanya
kesenjangan data dan masalah keperawatan bila dibandingkan dengan apa yang ada
dalam teori tentang kasus penderita typhus abdominalis dan pada hasil evaluasi
ada masalah yang belum dapat diatasi.
Karya tulis ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan klien tentang penyakit Typus abdominalis,terhadap gambaran
asuhan keperawatannya.
Karya tulis ini
menggunakan studi kasus dengan sampel terhadap klien yang mengalami penyakit
Typus abdominalis di RSU Sawerigading Palopo.
vii
|
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.
Pokok bahasan :
Pentingnya personal hygiene
2.
Sub pokok bahasan :
Memotong kuku
Sasaran : klien dan
keluarga
Hari/ tanggal : Rabu / 19 September 2007
Waktu : 08.00 WITA
Tempat dan ruang : VIP. IIB
Tujuan
instruksional umum
Setelah penyuluhan diharapkan mampu mengerti dan memahami tentang pentingnya perdonal hygiene
3.
Tujuan instruksonal khusus
Setelah
penyuluhan diharapkan klien/ keluarga mengerti
a.
Menjelaskan tentang pengertian memotong kuku
b.
Menjelaskan tujuan memotong kuku
c.
Mejnjelaskan tentang posedur memotong kuku
d.
Melakukan demonstrasi memotongkuku
4.
Metode
a.
Ceramah
b.
Diskusi
c.
Demonstrasi
5.
Evaluasi
LEMBAR
PENYULUHAN
Materi memotong kuku
1
Pengertian
Memotong kuku
yaitu suatu bagian pada klien yang mampu mrawat kuku secara mandiri
2
Tujuan
a.
Menjaga kebersihan kuku : mencegah timbulnya luka atau infeksi
akibat kuku yang kotor dan panjang.
3
Indikasi
a.
Kuku yang panjang dan kotor
b.
Pasien yang tidak bisa memotong kukunnya sendiri
4
Persiapan
a.
Pasien
1)
Memberikan informasi ./ jelaskan prosedur pada klien
2)
Memberikan komunikasi terapeutik
b.
Alat dan bahan : baki berisi
1)
Alat pemotong kuku
2)
Handuk kecil
3)
Kom yang berisi air hangat
5
Prosedur kerja
1)
Jelaskan prosedur kepada klien
2)
Cuci tangan
3)
Atur posisi klien
4)
Tentuan kuku yang dipotong
5)
Rendam kuku
dalam air hangat kiar kira 3 menit
6)
Keringkan kuku
dengan handuk
7)
Letakkan tangan di atas bengkok
8)
Lakukan pemotongan kuku
9)
Stelah dilakukan pemotongan kuku, kuku yang terlepas
kemudian dikumpulkan dan dibuang
10) Cuci
tangan
11) Alat - alat dirapikan
12) Pasien
dirapikan.
KATA
PENGANTAR
Assalamu Alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillah …. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan petunjukNya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan Pada Klien Tn. ML Dengan Typus Abdominalis
Di Ruang VIP. IIB RSU Sawerigading Palopo” dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan secara khusus
anakda ungkapkan terima kasih kepada Ayahanda “
Tangke“ dan ibunda tercinta “Hj.Saira“
yang telah melahirkan ananda serta suami tercinta “ Marsam, S.Sos “ yang selama ini membesarkan hati
penulis hingga kami dapat menyelesaikan pendidikan di Program Khusus Puskemas
Luwu Utara dengan segala cita dan cinta kasih
sayang serta memberikan nasehat, semangat yang tulus tiada henti-hentinya kepada
penulis sejak memulai perkuliahan hingga
hari ini dan semoga selalu tetap hadir dalam keluarga kami.
Karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, olehnya itu melalui pengantar
ini pernulis menghaturkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
Ibu Hj. Zaimah Lajeppu, SKM ,MM . selaku direktur
Akademi Keperawatan Sawerigading Pemda Luwu atas segala bimbingan dan
perhatiannya dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di Akper Sawerigading Pemda
Luwu.
2.
Drg. Andi Simpurusiang selaku Direktur RSU Sawerigading Palopo yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan ujian akhir program pendidikan D III Keperawatan di RSU Sawerigading
PALOPO.
3.
Bapak. H. Latif Madjang, SKM. selaku wakil Ketua
Program Khusus Luwu Utara atas segala bimbingan dan perhatiannya dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan di Akper Sawerigading Pemda Luwu.
4.
Bapak Azwar Sjarief, A.Kep, selaku penguji I sekaligus
sebagai pembimbimg karya tulis ilmiah
ini telah meluangkan waktu kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
5.
Bapak Subadir, SST. Selaku penguji II pada karya tulis
ilmiah ini.
6.
Bapak Milias S. Paelongan,SST. Selaku penguji III pada
karya tulis ilmiah ini.
7.
Ibu Nurcaya, AMK, selaku penguji lahang yang telah banyak membantu penulis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini
8.
Bapak dan Ibu dosen Akper Sawerigading Pemda Luwu yang
selama dalam pendidikan telah banyak
memberikan bimbingan dan petunjukkan
9.
Kepada Tn. “ ML “ dan keluarga atas kerjasama yang
telah memberikan informasi kepada penulis
10. Seluruh
rekan-rekan dan Sahabat Mahasiswa AKPER Sawerigading Program khusus luwu utara terima
kasih atas motivasi dan doanya kepada penulis.
11. Khusus
buah hatiku tercinta yang rela memberikan dukungannya ibunda sayang sama kalian Nak…?
12. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi
segala apa yang telah dikerjakan dan diupayakan HambaNya dan memberikan pahala
yang tak terhingga. Amiiiin …………
Maros, September 2007
Penulis
No comments:
Post a Comment