BAB I
SEJARAH SASTRA INDONESIA
PENGANTAR DAN SEJARAH SASTRA INDONESIA
SEBAGAI SUB ILMU SASTRA
A.
Pemahaman Peristilahan
Makna
kata sejarah secara substansial yaitu kejadian dan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau (KBBI, 1988: 74). Namun sejarah sastra di sini sebagai
sebuah disiplin ilmu membicarakan tentang tokoh-tokoh sastra,
sastrawan-sastrawati, para ahli sastra, proses dan hasil kreativitas, dan
produktivitas mereka
Karya
sastra Indonesia adalah segenap cipta sastra yang ditulis dalam bahasa Indonesia,
disertai adanya nafas dan ruh keindonesiaan, sarta mengandung aspirasi dan
kultur Indonesia. karya-karya tersebut tetap diwarnai oleh pandangan hidup,
sikap batin dan prrsepsi-persepsi sang pengarang. Jiwa pengarang yang memiliki
budaya Indonesia, dengan jatidiri dan kepribadian yang khas, tetap
tercermin meski pengaruh budaya asing
tidak pula kita pungkiri adanya.
Sementara
itu, meskipun karya sastra itu sangat kuat dan kental oleh nasionalisme
Indonesia, karya sastra Indonesia itu tidak boleh dimasukkan kr dalam warga
sastra Indonesia, apabila karya sastra itu tidak ditulis dalam bahasa
Indonesia. misalnya surat-surat R.A. Kartini yang kemudian dialihbahasakan
menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang,
yang judul aslinya Door Duisternist Tor
Licht.
B.
Sejarah Sastra sebagai Bagian dari
Ilmu Sastra
Ilmu
sastra adalah segenap perbincangan mengenai kesusastraan diteropong dari sudut
keilmuan, dengan penalaran ilmiah, metodologis, sistematika, lengkap dengan
bukti-bukti empiris. Sejarah sastra lahir setelah adanya teori sastra, namun
bisa muncul bersamaan dengan bagian dari ilmu sastra yang banyak mengdirkan
istilah-istilah dan rumusan-rumusan tentang sastra. Dibandingkan dengan kritik
sastra, keberadaan keduanya selalu lebih kemudian daripada munculnya cipta
sastra. Kritik sastra selalu metupakan hasil responsi analitik, interpretasi
kreatif dan penilaian objektif kualitas karya sastra, sedangkan karya sastra
dirumuskan berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan karya sastra yang merebak
dan dipublikasikan di tengah masyarakat luas.
Oleh
Ayip Rosidin dan ahli sastra lainnya membagi sastra dalam dua dekade yaitu,
Masa Kelahiran atau Masa Penjadian dan Masa Perkembangan. Yang termasuk dalam
Masa Kelahiran yaiti:
1. Angkatan Balai Pustaka (1920 – 1933)
2.
Angkatan
Pujangga Baru (1933 – 1942)
3. Angkatan Masa Jepang (1942 -1945)
Angkatan
kesusastraan yang termasuk Masa Perkembangan bisa kita bagi menjadi lima bagian
yaitu:
1. Angkatan ’45 (1945 – 1953)
2.
Angkatan
’50 an (Generasi Kisah 1953 – 1961)
3.
Angkatan
’66 (Generasi Menifes Kebugayaan 1961 – 1970)
4.
Angkatan
’80 an
5. Generasi Sastra Mutakhir (1990 –
sekarang)
Keberadaan sejarah sastra dimaksudkan
memberikan gambaran yang lebih konkret tentang kiprah para sastrawa-sastrawati,
merupakan dokumentasi karya-karya sastra yang pernah hadir menyemaraki
kehidupan ini.
C.
Tujuan Mempelajari Sejarah Sastra
mempelajari
teori sastra dan kritik sastra serta membaca banyak dan beraneka ragam karya
sastra dalam rangka menggalang apresiasi sastra. Adapun tujuan kita mengkaji
lebih dalam sejarah sastra Indonesia yaitu:
1. Mengenal secara baik kelahiran,
pertumbuhan dan perkembangan dunia sastra Indonesia dari masa ke masa;
2.
Mengetahui
pasang-surut dan liku-liku penciptaan karya sastra yang menghiasi langit sastra
Indonesia dari decade 20-an hingga awal abad XXI;
3.
Memiliki
pemahaman mengenai tokoh sastra Indonesia;
4.
Mengetahui
kronologi penerbitan buah-buah kesusastraan dari decade 20-an hingga awal abad
XXI;
5. Memilih keluasan wawasan dunia
sastra, melalui pengenalan bermacam-macam corak karya sastra dari berbagai
angkatan yang memiliki karakter dan jatidiri yang spesifik,serta diresapi
aliran sastra-sastra tertentu.
BAB II
ANGKATAN BALAI PUSTAKA DAN PUJANGGA BARU
A. Masa Awal
Lahirnya
kesusastraan Indonesia modern serta perkembangan dalam kurung waktu yang awal
begitu erat hubungannya dengan sejarah kebangkitan nasional, sehingga
hamper-hampir tak mungkin membicarakan yang satu tanpa menyinggung yang lain.
Pada umumnya para pengamat sastra bersepakat bahwa kesusastraan Indonesia
Modern berawal di sekitar 1920. Kalau kita bandingkan judul-judul sastra Melayu
Lama dengan judul-judul sastra Indonesia Modern hal itu sudah terlihat.
Ternyata ada syair dalam bentuk tradisional yang ditulis jauh setelah zaman
itu, akan tetapi yang berbeda ialah nafas kesusastraan yang baru yang terutama
mencerminkan masalah-masalah yang dialami oleh manusia Indonesia pada zaman
itu, termasuk kebangkitan kesadaran nasionalnya, yang seperti kita ketahui dengan
berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908.
Timbulnya
majalah Poejangga Baroe erat
hubungannya dengan peranan Sutan takdir Alisyahbana dan Armin Pane dalam
perkembangan karang-mengarang. Pada tahun tiga puluhan masalah bahasa Indonesia
senantiasa merupakan pokok pembicaraan yang banyak menguras emosi dan energi
karena keanekaan pendapat, baik yang konservatif maupun yang menghendaki
kemajuan yang lebih pesat. Sebagai media pengungkap masalah-masalah kebudayaan
dan social Poejangga Baroe telah mencatat berbagai buah pikiran penting di
bidang tersebut. Walaupun jika dipandang dengan masa kini kesusastraan Pujangga
Baru mempunyai corak agak sempit dan local, hadirnya majalah tersebut telah
memberi kesempatan terbit pada sejumlah karya yang merupakan titik puncak dalam
kesusastraan Indonesia Modern.
B.
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan
Balai Pustaka adalah nama kelompok sastrawan dan karya-karyanya berdasarkan
cirri-cirinya yang didomonasi sifat-sifat kemelayuan dalam bahasanya, adanya
potret sosial yang menjunjung tinggi tradisi dengan tema-tema pertentangan
adapt dan kawin paksa, kecenderungan didaktis, serta bebas dari unsure politik
dan agama. Adapun syarat bagi karya-karya sastra agar dapat terbit dalam
penerbit Balai Pustaka yaitu:
1.
Netral
dari misi dan ajaran agama.
2.
Netral
dari percaturan/propaganda politik.
3.
Memiliki
nilai didik/bersifat edukatif.
Penamaan
Angkatan Balai Pustaka terjadi karena karya-karya mereka mg dimuat dan
diterbitkan oleh Balai Pustaka. Di bawah ini beberapa sastrawan Angkatan Balai
Pustaka dan karya-karyanya yaitu:
1.
Merari
Siregar, dilahirkan di Siporok, Sumatera Utara, 13 Juni 1896, meninggal di Kali
Anget, Madura, 23 April 1940, terkenal dengan bukunya :
a.
Azab
dan Sengsara (roman)
b.
Si
Jamin dan Si Johan (cerita saduran dari Uit het Volk karya Justus van Maurik,
1918)
2.
Marah
Rusli, kelahiran Padang, 7 Agustus 1889, meninggal di Bandung, 17 Januari 1968.
Kakek musikus tersohor almarhum Harry Rusli. Terkenal dengan karya
monumentalnya siti nurbaya (roman 1922). Mendapatkan hadiah dari
pemerintah R.I.1968. Karya-karyanya yang lain
La Hami (roman, 1952). Anak dan Kemenakan ( novel, 1956 ), Memang
Jodoh,serta terjemahan Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922)
3.
Rustam Efendi, lahir di Padang,13 Mei 1930,
meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1979. Terkenal dengan bukunya :
a. Percikan Permenungan (kumpulan
bersajak,1926)
b. Bebassari (drama bersajak, 1926 ),
drama pertama sastra Indonesia moderen.
4.
Muhammad
Yamin, dilahirkan di Sawahlunto,Sumatera Barat, 23 Agustus 1903, meninggal di
Jakarta17 Oktober 1968. Tersohor dengan karya-karyanya :
a.
Tanah
Air ( kumpulan sanjak,1822)
b.
Gajah
Mada (roman sejarah)
c.
Enam
Ratus Tahun Sang Merah Putih (karya ilmiah)
d.
Menantikan
Surat dari Raja (drama terjemahan karya Rahindranath tagore.1828)
e.
Indonesia
Tumpah Daraku (kumpulan puisi, 1928)
f.
Kalau
Dewi Sudah Brtahta (drama,1934)
g.
Ken
Arok dan Ken Dedes (drama, 1934)
h.
Di
dalam dan diluar Lingkungan Rumah Tangga (terjemahan drama Rabindranath
Tagore,1933)
i.
Julius
Caesar (terjemahan drama William Shakespeare, 1951)
Mr. Muhammad yamin
adalah salah seorang di antara Nine Founding Father (Sembilan Bapak Pendiri )
Republik Indonesia, pengupas sila-sila Pancasila sebelum pidato hari Lahirnya
Pancasila 1 Juni 1945 oleh Bung Karno. Bersama Rustam Effendi, Muhammad yamin di
juluki Bapak Soneta Indonesia.
5.
Abdul Muis , dilahirkan di Solok, Sumatera Barat,
1886, meninggal di Bandung, 17 Juli 1959, terkenal dengan romannya Salah Asuhan
(1928), yang kemudian di filmkn oleh Asrul Sani pada tahun 1952. Karya-karyanya
yang lain: Suropati (1950) dan Robert Anak Suropati (1953), keduanya roman
sejarah, novel Pertemuan Jodoh (1933).
Abdul Muis yang perna menjadi tokoh dalam Perhimpunan Indonesia dan juga
mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional ini pernah aktif sebagai penerjemah.
Buku-buku terjemahannya antara lain: novel Don Kisot (Karya Cervantes, 1923),
Sebatang Kara (karya Hector Melot, 1932), Tom, Sawywer Anak Amerika (karya Mark
Twain, 1928), Tanah Airku (karya C. Swaan korpman,1950 )
6.
Muhammad Kasim, kelahiran Muara Sipongi, Sumatera
Utara, 1988. Terkenal dengan buku kumpulan cerpenya Teman Duduk (1936) serta Si
Saminyang mendapat hadiah dalam Sayembara Buku balai Anak-Anak Balai Pustaka
tahun 1924. Pada tahun 1928, Buku ini terbit lagi dengan judul Pemandangan
dalam dunia Kanak-kanak.
Ia dianggap
sebagai pelopor penulisan cerpen Indonesia, Muhammad kasim juga menulis
kumpulan buku cerpen Bertengkar Berbisik dan Buah di Kebun Kopi. Ia juga
menulis novel Muda Teruna (1922), serta menerjemahkan Niki Bahtera (1920), dan
Pageran Hindi (1931)
7.
Aman Datuk Madjoindo, lahir di Solok, Sumatera Barat,1896, meninggal
di Jakarta, 16 September 1969. Aman menulis roamn Si Doel Anak Betawi (1956),
difilmkan oleh Symanjaya tahun 1972 dan Si Cebol Rindukan Bulan (1934).
Karya-karyanya yang lain antara lain, novel Menembus Dosa (1932), Sampaikan
Salamku Padanya(1935), Cindur Mata(1951), Sejarah melayu (1959).
8.
Jamaluddin Adinugoro, dilahirkan di Tawali, Sumatera Barat
14 Agustus 1904, meninggal di Jakarta 8 Januari 1967, Terkenal Sebagai Bapak
wartawan Indonesia (oleh karena itu penghargaan untuk prestasi bidang
jurnalistik disebut Pamenang Adinegoro), mengarang kisah melawat ke Barat
(1930). Sebagai cendikiawan, ia menulis karya ilmiah Revolusi dan kebudayaan
(1954),Ensiklopedi Umum dalam Bahasa Indonesia (1954) Ilmu Karang-Mengarang, dan
falsafah Ratu Dunia.
9.
Tulis Sutan Sati, lahir di Bukit Tinggi, 1989, maneninggal
di Jakarta 1942, menceritakan kembali Sabai nan Aluih (1929), dan menulis roman
Sangsara membawah Nikmat(1928) dan Memutuskan Pertalian (1932). Karya-karyanya
yang lain : novel Tak Disangka (1929), Tidak Membalas Guna (1933), Syair Sitti
Murhumah yang Saleh (1930).
10. Nur Sutan Iskandar, dilahirkan di Sungai Batang Maninjau, Sumatera Barat, 3 November 1893,
meninggal di Jakarta, 28 November 1975. Di samping pengarang, juga direktur
Balai Pustaka dan Penerjemah. Buku-buku yang di tulisnya antara lain :
a.
Karena Mertua ( roman adapt, 1932)
b.
Katak Hendak Jadi Lembu ( roman sombotik, 1934)
c.
Hulubalang Raja ( roman sejarah,1934)
d.
Apa Dayaku Karena Aku Perempuan ( roman social, 1922)
e.
Neraka Dunia (roman sosial, 1937)
f.
Salah Pilih ( roman adapt, 1928)
g.
Mutiara, (novel, 1946)
h.
Jagir Bali (novel, 1946)
i.
Ujian Masa (1932)
Bersama
pengarang-pengarang lain Nur Sutan Iskandar menulis roman :
a.
Tubah
Dibalas dengan Air Susu ( bersama Asmaradewi, 1933)
b.
Dewi
Rimba (bersama M. Dahlan, 1935)
c.
Cinta
dan Kewajiban ( bersama L. Wairata, 1944)
Sebagai
penerjemah , Nur Nur Sutan Iskandar meluncurkan buku :
a.
Abu
Nawas
b.
Belut
Kna Rajau ( karya Barones Orczy,1928)
c.
Tiga
Panglima Perang (karya Rider Hanggord)
Lantaran produktivitasnya yang sangat tinggi, untuk ukuran
masa itu, Nur Sutan Iskandar di beri julukan “Raja Pengarang Angkatan balai
Pustaka.”
C.
Angkatan
Pujangga Baru
Terciptanya
suatu angkatan di dalam kesusastraan selalu mendukung karakteristik tertentu.
Demikianlah terjadi dalam dalam perjalanan kesusastraan kita. Berdiri dan
berkembangnya Angkatan Balai Pustaka ternyata
disambung dengan berdiri dan berkembangnya Angkatan Pujangga Baru.
Kalau Angkatan Balai Pustaka pada umumnya mengambil
tema pertentangan adat dan kawin paksa, lain halnya dengan Angkatan Pujangga
Baru, dalam sastra Angkatan Pujangga Baru
semangat kebangsaan yang menyala-nyala, gairah juang, dan
kerinduan-kerinduan yang baru, dan cita-cita yang baru serta tidak lagi
bersifat modern. Angkatan pujangga baru bercorak romantis idealistis, artinya
kesusastraan diwujudkan sebagai buah kreatifitas yang penuh keindahan dan sarat
idealisme. Angkatan Pujangga Baru
berdiri pada tahun 1933, di mana Amrin Pane, Sutan Alisyahbana, dan amir
Hamzah lalu diperkuat oleh Sanusi Pane, Y.E. tatengkeng Asmara Hadi, dua
pengarang wanita Selasih dan Fatimah H. sepakat menerbitkan sebuah majalah
sastra yang dinamakan majalah Pujangga Baru. Pujangga Baru merupakan nama dari:
a. Majalah yang terbit pada sekitar
tahun 1933-1942.
b.
Kelompok
sastrawan yang berkarya pada periode di atas
c. Nama salah satu angkatan sastra
Indonesia yang penuh semangat baru dalam memajukan kebudayaan, mampermantap
penggunaan dan eksistensi bahasa Indonesia.
D. Sastrawan-Sastrawati Angkatan
Pujangga Baru
1. Sutan Takdir Alisyahbana, kelahiran Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908,
meninggal di Jakarta, 17 Juli 1986. Beliau terkenal dengan roman Layar Terkembang (1936). Roman-roman
yang lain antara lain: Dian nan Tak
Kunjung Padam (1932), Anak Perawan Di
Sarang Penyamun (1940). Tebaran Mega
(1935) merupakan kumpulan sajak yang menandai kepenyairannya. Pascakemerdekaan
beliaupun masih menciptakan karyanya yaitu roman Gruta Azura (1970-1971), Kalah
dan Menang (1978) serta kumpulan sajak Lagu
Pemacu Ombak (1978). Sebagai ilmuan beliau pun menulis:
a.
Tata
Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936)
b.
Puisi
Lama (bunga rampai, 1941)
c.
Puisi
Baru (bunga rampai, 1946)
2.
Amir Hamzah, dilahirkan di Tanjungpura, Langkat,
Sumatera Utara, 28 Februari 1911, gugur dalam suatu revolusi sosial di Sumatera
Utara Maret 1946. Beliau dijuluki “Raja Penyair Pujangga Baru” oleh H.B. Jassin
dan “Pangeran Dari Seberang” oleh N.H. Dini . adapun kumpulan sajaknya yaitu: Buah Rindu, Nyanyi Sunyi, dan Setanggi Timur: (sajak terjemahan
penyair-penyair Asia tempo dulu) serta
Sastra Melayu Dan Raja-rajanya. Beliau memperoleh satya Lencana Kebudayaan
pada tahun 1969 atas antologi puisinya Nyanyian
Sunyi, beliau juga diangkat sebagai Pahlawan Nasional karena jasanya
menentang penjajah Belanda pada tanggal 10 November 1975.
3.
Sanusi Pane, dilahirkan di Muara Sipongi Sumatera
Utara, 14 November 1905, meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968. Beliau menulis
naskah-naskah drama Sandyakalaning
Majapahit, Kartadjaya dan cerita bersetting negerinya Rabindranath Tagore Manusia Baru sebagai penyair beliau menilis antologi sajak Madah
Kelana dan Puspa Mega karya-karyanya
yang lain yaitu: Pancaran Cinta (1926), Airlangga (dalam bahasa Belanda 1928),
Sejarah Indonesia (1942), Indonesia Sepanjang Masa (1952), Bunga Rampai Dari
Hikayat Lama(1946).
4. Armjin Pane, adik
kandung Sanusi Pane,dilahirkan di Muara Sipongi, 18 Agustus 1908, meninggal di
Jakarta , 11 Februari,1970. Ia terkenal dengan roman Psikologinya yang sempat
mencengengkan masyarakat yang moralis dan perna terpalang Nota Rinkes
karena terlalu beraninya.berjudul
Belenggu Armijn juga menulis
Jinak-jinak Merpati (Kumpulan
cerpen),Gamelan Jiwa dan Jiwa Berjiwa keduanya Kumpulan puisi. Ia juga menulis
kumpulan cerpen Kisah antara Manusia (1953), serta menerjemahkan Surat-surat
R.A. Kartini untuk Ny, Abendanon dan sahabat kartini yang lain, menjadi Habis
Gelap Terbitlah Terang (1968) dan novel Membagun Hari Kedua (1956, dari karya
IIya Ehrenburg)
Sastrawan-sastrawati yang seangkatan
dengan mereka adalah:
5.
Yan Engelbert Tatengkeng, dilahirkan di Sangihe, Sulawesi, 19
Oktober 1907, meninggal di Makassar, 6 Maret 1968. Ia terkenal dengan Kumpulan
sanjaknya Rindu Dendam. Sama dengan salah satu judul puisi dalam buku tersebut.
Kebanyakan puisinya bernafaskan religius Kristiani.
6.
Selasih/Sariamin, dilahirkan di Sumatra Barat, 13 Juli
1909, Daia tersohor dengan roman-roman sosialnya Pengaruh Keadaan dan Kalau Tak
Untung, Selain roman-roman tersebut, ditulisnya pula: Rangkaian Sastra (1952),
cerita-cerita anak Renca Juara (1981) Cerita Kak Murai (1984), Nahkoda Lancang
(1982), serta novel kembali ke pangkuan Ayah (1986).
7.
I Gusti Nyoman Anak Pani Tisna, lahir di Singaraja, 8 Februari 1908.
Meninggal di Singaraja 1976, terkenal dengan romannya Sukreni Gadis Bali, I Swasta Setahuin Di Bedahulu. Karya-karyanya
yang lain: Ni Rawit Ceti Penjual
Orang(1935), Dewi Karuna (1938), I Made Widiadi/Kembali Kepada Tuhan(1954).
8.
Hanidah/Fatimah Hasan Delais, dilahirkan di Bangka, 8 Juni 1914,
meninggal disana, Mei 1953, terkenal dengan novel sosialnya berjudul Kehilangan Mestika;
9.
Suman Hs. (Hasibuan), dilahirkan di Bengkalis 1905,
meninggal di Pekan baru, 8 Mei 1999, karya novel terkenal: percobaan setia, Kasih Tak Terlerai, Mencari Pencuri Anak Perawan,
Kasih Tersesat(1932), Tebusan Darah(1939) dan kumpulan cerpen Bergelut.
10. Marius Ramis Dayoh, dilahirkan di Airmadidi, Minahasa 1909, meninggal di Bandung, 15 Mei
1975. Ia menulis roman sejarah Pahlawan
Minahasa, Peperangan Orang Minahasa Dengan Orang Spanyol(1931), antologi
puisi syair untuk ASIB(1935), Putera
Budiman (1941), Ratna Rakyat(1951), Koobangan (1953), dan Mamanua (1969).
11. Saadah Alim, dilahirkan
di Padang, 9 Juni 1897 meninggal di Jakarta 18 Agustus 1968. Karya-karyanya
drama Pembalasannya(1940), Marga Tidak
Tegak Sendir(1941)i, dan Zulaeka Menyinsingkan Lengan Bajunya.
BAB III
ANGKATAN MASA JEPANG DAN ANGKATTAN ‘45
A. Perkembangan Sastra Sejak Tahun 1942
Menilik
namanya, angkatan Masa Jepang jelas terjadi ketika berlangsung penjajahan
Jepang di Indonesia. masa berlakunya pun menunjuk pada angka yang tiada berbeda
(1942-1945). Pada saat itu penggunaan bahasa Indonesia mengalami perkembangan
pesat karena penggunaan bahasa Belanda tidak boleh digunakan, olek karena itu
karya-karya sastra Indonesia tumbuh dengan subur.para sastrawan yang pada
mulanya bersimpati kepada Jepang karena menganggap Asia Timur iti baik hati.
Tapi
Para
kritikus sastra umumnya berpendapat bahwa dengan runtuhnya pemerintahan Belanda
dimulai suatu periode kesusastraan baru, mencapai kedewasaan dan melepaskan
diri dari arah yang selama ini dirintis oleh Balai Pustaka maupun Pujangga
Baru.
B. Sastrawan-sastrawayi Masa Jepang
1. Usman Ismail, dilahirkan
di Bukit Tinggi, 20 Maret 1921, meninggal di Jakarta, 2 Januari 1971. Karya
yang terkenal yaitu: Citra Api, Liburan
Seniman, Mutiara dari Nusa Laut, Mekar Melati(1945) merupakan teks drama.
2.
Dr. Abu Hanifah/El Hakim, dilahirkan di Padangpanjang , 6
Desember1906, meninggal di Jakarta, 1979 , terkenal dengan dramanya: Taufan di Atas Asia, Intelek Istimewa, Insan
Kamil, Dewi Rini, serta roman Dokter
Rimbu.
3. Maria Amin,
dilahirkan di Bengkulu, 15 JUni 1920, terkenal dengan fiksi-fiksinya: Dengar Keluhan Pohon Mangga, Tinjaulah Dunia Sana, Penuh
Rahasia, Tuan, Turunlah Merasakan.
4. Nursyamsu, lahir
di Lintau Sumatera Barat, 6 Oktober 1921. Karya yang terkenal yaitu: takkan Ketinggalan, Pandai Besi, Lagu
Perpisahan, dan banyak menulis buku cerita anak diantaranya Si Penyayang Binatang.
5. Anas Ma’ruf,
lahir di Bukit Tinggi, 27 Oktober 1922, karya terkenal yaitu:Nyalakan Terus, Tabah Berjihad, Zaman Baru,
Di Balik Sana……….Zaman Bahagia.
6. Amal Hamzah, lahir di Binjai, Sumatera Utara, 31
Agustus 1922, karya-karyanya : drama Seniman
Pengkhianat, cerpen Bingkai Retak.
7. Bung Usman,
dengan sajak-sajaknya: Bedug Juga Nan
Kudengar, Tak Tahu Aku,Awas Penangkis Serangan Udara, Tikus dan Perangkap.
C. Sastra Angkatan ‘45
Penamaan
Angkaran ’45 dikaitkan dengan perjuangan revolusi fisik karena disadari eratnya
hubungan antara sastra dengan nilai patriotisme. Sebelum angkatan ’45,
dinamakan Surat Pernyataan Gelanggang. Surat Pernyataan Gelanggang adalah suatu
deklarasi yang berisi konsep pemikiran para seniman yang tergabung dalam
Gelanggang Seniman Merdeka. Proses Gelanggang ke Angkatan ’45 baru didapat pada
tahun 1948 oleh Rosihan Anwar dalam uraian majalah siasat tanggal 9 Januari 1948. Nama-nama sebelum muncul Angkatan
’45 yaitu:
1. Angkatan Chairil Anwar
2. Angkatan Kemerdekaan
3. Angkatan perang
4. Angkatan Gelanggang
5. Angkatan sesudah Pujangga Baru
6. Angkatan Pembebasan
D. Sastrawan sastrawati Angkatan ‘45
1.
Chairil Anwar, dilahirkan di Medan, 26 Juli 1922,
meninggal di Jakarta, 28 April 1949,, Penyair legendaries ini terkenal dengan
antologi puisinya Deru Campur Debu,
Kerikil Tajam, dan Yang Terampas dan Yang Putus. Dalam kumpulan-kumpulan
tersebut bisa kita baca
sanjak-sanjak yang menjadi hafalan anak - anak sekolah berjudul: Aku, Diponegoro,
Cintaku Jauh di Pulau, Senja di Pelabuhan Kecil, Catatan 1946, Kepada Kawan ,
1943, Cerita Buat Dien Tamaela, Kerawang-Bekasi: Isa dan Lain-lain. Seluruh puisi
Chairil Anwar kemudian dihimpun oleh Pemasuk Eneste di bawah j udul Aku ini
Binatang jalang. Oleh Kriktus sastra H.B. jassin, Chairil Anwar dinobatkan
sebagai tokoh yang sangat penting di zamannya, melalui bukti karya H.B. Jassin
berjudul Chairil Anwar Pelopor Angkatan ’45. Bersama dua sahabatnya, Asrul Sani
dan Rivai Apin, Chairil Anwar menerbitkan buku bertajuk Tiga Menguak Takdir,
yang ditengarai merupakan pemberontakan mereka terhadap kemapanan dan dominasi
Angkatan Pujangga Baru yang di motori oleh S.T.A. hanya berpendidikan MULO
(setingkat SMP), namun punya penguasaan bahasa asing yang bagus dan banyak
membaca, Chairil Anwar juga dikenal sebagai penerjemah yang piawai. Hasil
terjemahannya antara lain: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (karya Andre Gide,1948)
Kena Gempur ( karya John Steinbeck), Tempat
yang Bersih dan lampunya Terang ( karya Ernest hemingway ): Datang Dara Hilang
Dara (karya penyair Cina).
2.
Idrus, dilahirkan di Padang, 21 September
1921, meninggal di Padang juga, pada tanggal 10 Mei 1979. Ia tersohor dengan kumpulan
cerpenya Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948), novel Aki (1949), cerpen
kisah Sebuah Celana Pendek, serta drama Kejahatan Membalas Dendam (1945),
jibahku Aceh (1945), Dokter Bisma (1945), Keluarga Surono (1948).
3.
Asrul Sani, dilahirkan di Rao, Sumatera Barat, 10 Januari
1926, meninggal di Jakarta, tahun 2004. Di awal kiprah kesastrawananya, ia
hadir dengan cerpen-cerpennya Beri Aku Rumah, Bola Lampu, Sahabat Saya Cordiaz,
Musium, Serta Sanjak-sanjak, Surat dari Ibu, Pengakuan, Orang Dalam Perahu,
Elang Laut, Sebuah Kumpulan Puisi berjudul Tiga Menguak Takdir ditulisnya
bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin.
4.
Rosihan Anwar, dilahirkan di Kubang Nan Dua Sumatera
Barat, 10 Mei 1922. Sastrawan yang sekaligus jurnalis ini perna menjadi
wartawan Asia Raya, Merdeka, Siasat, pendiri harian pedoman, koresponden Hindustan
Time (New Delhi), World Forum Features (London), The Age (Melbourne), Straits
Time (Singapura). Rosihan juga perna menjadi Ketua Umum PWI Pusat,anggota MPR
anggota Dewan Film nasional, konsultan UNESCO.
Karya-karyanya: cerpen Radio Masyarakat; Raja Kecil Bajak laut Selat Malaka,(novel, 1967), Kisah-kisah Revolusi(memori,1973).
Karya-karyanya: cerpen Radio Masyarakat; Raja Kecil Bajak laut Selat Malaka,(novel, 1967), Kisah-kisah Revolusi(memori,1973).
5.
H.B. Jassin, dilahirkan di Gorontalo, Sulawesi
Utara, ( sekarang provinsi Baru ), 31 Juli 1917, meninggal di Jakarta, 11 Maret
2000, Figur yang sangat berjasa bagi pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia, juru Bicara, Kritikus, dan
maesenan sastra yang kemudian mewafatkan Dokumntasi Sastra H.B. Jassin di Taman
Ismail Marzuki (TIM) Jakarta untuk kejayaan masa depan sastra Indonesia dan
Studi tentangnya.
6.
Pramudya Ananta Toer, dilahirkan di Blora, 6 Februari 1925,
meninggal di Jakarta, 29 April 2006, seorang maestro yang bekali-kali menjadi
nominator Nobel Sastra, satu-satunya dari Indonesia, yang merupakan novelis
Indonesia yang sangat tekemuka, hingga sekarang.
7.
Achdiat Kartamihardja, dilahirkan di Garut, Jawa Barat, 6
Maret 1911, Sastrawan cendikiawan yangmenekuni tasauf ini berpendidikan AMS
sastra Timur di Solo, juga berkuliah di Universitas Indonesia, University
Sydney, Australian Nasiolan University Canberra.
8.
Aoh K. Hadimadja, dilahirkan di Bandung, 15 September 1911, meninggal di
Jakarta 17 Maret 1973, Penerima Anugerah Seni RI 1972 perna aktif di BBC London
seksi Indonesia dan penerbit Pustaka Jaya ini menulis sanjak-sanjak religus
Pecahan Ratna(1952) dan Di Bawah kaki Kebesaran-Mu.
9.
Trisno Sumardjo, dilahirkan di Surabaya, 6 Desember
1916, meninggal di Jakarta, 21 April 1969,karya yang terkenal: Kata Hati dan Perbuatan, dan Wajah-wajah
Yang Berubah.
10. Rusman Sutiasumarta,lahir di Subang 5 Juli 1917, karya yang terkenal: Gadis Bekasi, Yang Terampas dan Yang Terkandas, Kurban Romantik,
Kalung, dll.
11. MH. Rustandi Kartakusuma, lahir di Ciamis, 21 Juli 1921. Karya yang terkenal yaitu: Prabu dan Putri, Merah Semua Putih Semua,
Lagu Kian Menjauh, dll.
12. Suwarsih Djojopuspito, lahir di Bogor, 20 April 1912, karya yang terkenal yaitu: Manusia Bebes, Arlina, dan Maryani Dan
Kawan-kawannya, dll
13. Bahrum Rangkuti, lahir di Tagor Galang, 7 Agustus 1919, karya yang terkenal yaitu: Laila dan Majnun, Sinar Memancar dari Jab
Ennur, dll.
BAB IV
GENERASI KISAH DAN MANIFES KEBUDAYAAN, DEKADE 50-AN DAN ANGKATAN ‘66
A. Generasi Kisah
penyebutan
“Generasi Kisah” bertolak dari kondisi menyuburnya penciptaan cerita pendek,
dan pada waktu itu, majalah khusus/memberi peluang sangat luas ialah Majalah
Kisah di bawah Pimpinan H.B. Jassin. Majalah Kisah hanya bertahan 5 tahun dari
tahun 1953-1956. Hal ini disebabkan karena banyaknya persaingan dan menjamurnya
bacaan hiburan yang bersifat cabul. Sebelum Majalah Kisah dibubarkan muncul
Lembaga Kebudayaan Rakyat (lakra),karena dianggap berhaluan komunis maka lakra
dianggap bertentangan, sampai akhirnya menimbulkan reaksi dalam bentuk
parnyataan bersama pengarang nonlekra yang disebut Manifes Kebudayaan yang
dimuat dalam surat kabar Berita Republik tanggal 19 Maret 1963 dan majalah Sastra jilid 3 edisi 9 dan 10.
B.
Sastrawan- Sastrawati Generasi
Kisah/Dekade 50-an
1. Ayip Rosidi, lahir
di Jatiwangi, 31 Januari 1938, karya yang terkenal yaitu: pesta, Cari MUatan, Surat Cinta Enday Rasidin, Jeram, antologi cerpen
Tahun-tahun Kematian, Di Tengah Keluarga, Sebuah Rumah Untuk hari Tua,dll.
2.
Muchtar Lubis, lahir di Padang 7 Maret 1922.
Menulis novel terkenal yaitu: Jalan Tak
Ada Ujung, Tak Ada Esok, Senja di Jakarta. Kumpulan Cerpen Si Jamal dan Cerita-cerita Lain, dan
Perempuan.
3.
Toto Sudarto Bachtiar, lahir di Cerebon, 12 Oktober 1929,
sajak yang terkenal yaitu: Suara Etsa,
Pahlawan Tak Dikenal, Ibukota Senja, Gadis Peminta-minta, Tentang Kemerdekaan,
dll.
4.
Toha Muchtar, lahir di Kediri, 17 September 1926.
Karya yang terkenal yaitu: Pulang, Daerah
Tidak bertuan, Bukan Karena Kau Dan Kabut Rendah,dll.
5.
Utuy Tatang Sontani, lahir di Cianjur, 31 Mei 1920. Karya
yang terkenal yaitu: Tambera, Suling,
Bunga Rumah Makan, Awal Dan Mira, Manusia Iseng, Sayang Ada Orang Lain, Si
Kabayang, dll.
6.
Sitor Sitomorang, lahir di Tapanuli, 2 Oktober 1924.
Karya yang terkenal yaitu: Surat Kertas
Hijau, Dalam Sajak, Wajah Tak Bernama, Zaman Baru, Ia Juga Manusia Jalan Mutiara,
Pertempuran Dan Salju di Paris, Pangeran, Bunga di Atas Batu, dll.
7.
Kirjomulyo, lahir di Yogya 1930, dan meninggal
di sana 19 Januari2000. Karya terkenal yaiti: Romance Perjalanan, Nona Maryam, Penggali Kapur, Puisi Rumah Bambu,
Dusta Yang Manis, puisi Di Langit Merah serta cerpen Cahaya di Mata Emi, Di
Saat rambutnya Terurai serta Dari Lembah Pualam.
8.
A. A. Navis, lahir di Padangpanjang, 17 November
1924. Karya yang terkenal yaitu: Robohnya
Surau, Bianglala, hujan panas, serta kumpulan novel Kemarau, Gerhana, dll.
9.
Muhammad Ali, lahir di Surabaya,23 April 1927.
Karya yang terkenal yaitu: Lapar; Hitam
atas Putih, Buku Harian Seorang Penganggur, Ibu Kita Raminten, dll
10. Nasyah jamin, lahir
di Perbaungan, 24 Desember 1924, karya yang terkenal yaitu: Sekelumit Nyanyian Sunda, Titik-titik
HItam, Jembatan Gendolayu, Hilanglah Si
Anak hilang, Gairah Untuk Hidup dan untuk Mati, dan Hari-hari Terakhir Sang
Penyair.
11. Riyono Pratikto, lahir di Ambarawa, 27 Agustus 1932.karya yang terkenal yaitu: Api dan Cerpen Lain, Si rangka dan Cerpen
Lain, Dalam Kereta Api Perjalanan Hidup, dll.
12. Ali Audah,
lahir di Bondowoso, 14 Juli 1924, karya yang terkenal yaitu: Malam Bintang , Suasana Bergemah, Di Bawah
Jembatan Gantung, dll.
13. Nugroho Notosusanto, lahir di Rembang, 15 Juli 1931, karya yang terkenal yaiti: Tiga Kota, Rasa Sayang, Hujan Kepagian,
dll.
14. Trisno Yuwono, lahir
di yogyakarta, karya yang terkenal yaitu: Laki-laki
dan Mesiu, Di Medan Perang, DI Bawah Kawat Berduri, dll.
15. Matenggo Boesye, lahir di Kupangkota, 21 November1937, karya yang terkenal yaitu: Malam Jahanam, Malam Pengantin Di Bukit
Kera, Matahari Dalam Kelam, Keberanian Manusia, Perempuan Itu Bernama Barabah,
dll.
16. Iwan Simatupang, lahir di Sibolga 18 Juni1928, karya yang terkenal yaitu: Bulan Bujur Sangkar, Petang Di Taman, RT 0
RW 0, Lebih Hitam Dari Hitam, Tegak Lurus Dari Langit, dll.
17. S. Rukiyah, lahir
di Purwakarta, 25 April 1927, karya yang terkenal yaitu: Kejatuhan dan Hati, Tandus, Kisah Perjalanan Si Apin; Jaka Tingkir, Tuku Hasan Johan Pahlawan,
Dongeng-dongeng Kutilang, dan Taman Sanjak Si Kancil.
18. N.H. Dini, lahir
di Semarang 29 September 1936, masih aktif hingga kini, karya yang terkenal
yaitu: Dua Dunia, Hati Yang Damai, Namaku
Hiroko, Pada Sebuah Kapal, La Barka, Keberangkatan, Langit dan Bumi Sahabat
Kami, Sebuah Lorong di Kotaku, Biografi Amir Hamzah; Pangeran Dari
Seberang,dll.
19. W.S. Rendra, lahir di Solo, 7 November 1935.
Karya yang terkenal yaitu: Empat Kumpulan Sajak; Kakawin-kawin, Malam Stansa, Nyanyian Dari Jalanan, dan Sajak-sajak
Duabelas Perak, kumpulan puisi; Balada orang-orang Tercinta, Sajak-sajak
Sepatu tua, Blues Untuk Bonnie, Potret Pembangunan Dalam Puisi. Kumpulan
Cerpen ia Sudah Bertualang, dll.
Beliau juga dijuluki Si Burung Merak.
C.
Sastra Periode ‘66/Manifes Kebudayaan
Penamaan
Angkatan ’66 diberikan oleh H.B. Jassin, memperkuat pendapatnya , bahwa
pada sekitar tahun1966, di dalam
kesusastraan Indonesia telah lahir sebuah generasi kesusatraan. Angkatan 66
adalah istilah politik. H.B Jssin mentransfernya dalam dunia sastra sehingga
menjadi suatu istilah sastrakarna ia melihat adanya kaitan yang erat antara
sastra dengan perjuangan politik. Dalam manifest kebudayaan dirumuskan bahwa
kebudayaan, termasuk di dalamnya kesusastraan merupakan perjuangan untuk menyempurnakan
hidup manusia.
Penandatanganan
dan pendukung manifest Kebudayaan beriktiar kreatif dengan kesungguhan yang
sejujur-jujurnya, sebagai perjuangan untuk mempertahankan dan mengembangkan
martabat diri sebagai bangsa Indonesia di tengah masyarakat bangsa-bangsa
dengan pancasila sebagai falsafah hidup dan kebudayaannya,.
D.
Para Pengarang dan Penyair Angkatan
‘66
1.
Taufiq Ismail, lahir di Bukittinggi, 25 Juni1937,
terkenal dengan kumpulan sajak Tirani,
Benteng, Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya, Karangan Bunga, Sebua Jaket
Berlumur Darah, Kami adalah Pemilik Sah Republik ini, Yang Kami Minta
Hanyalah………dll. Analogi puisi Malu
Aku Jadi Orang Indonesia, dan masih banyak karya beliau yang lainnya.
2.
Bur Rasuanto, lahir di Palembang, 6 April 1937.karya
yang terkenal yaitu: Bumi Yang Berpeluh,
Mereka Akan Bangkit, Sang Ayah, Manusia Tanah Air, dan novel Tuyet.
3.
Goenawan Muhamad, lahir di Batang, 29 Juni 1941. Karya
yang terkenal yaitu: Intelude, Parikesit,
kumpulan esai Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malingkundang , Catatan Pinggir 1,
Catatan Pinggir 2, Catatnan Pinggir 3, dll.
4.
Subagyo Sastrawardoyo, lahir di Madiun, 1 Februari 1924,
karya yang terkenak yaitu: Daerah
Perbatasan, Kroncong Matenggo, kumpulan esais Bakat Alam dan Intelektualisme, dll.
5.
Supardi Joko Damono, lahir di Solo, 20 Maret 1940, karya
yang terkenal yaitu: Duka-Mu Abadi,Akwarium, Mata Pisau, Perahu
Kertas, Suddenly The Night, dll.
6.
Titie Said Sadikun, lahir di Bojonegoro, 11 juli 1934.
Karya yang terkenal yaitu: Perjuangan dan
Hati Perempuan, Jangan Ambil Nyawaku, Lembah Duka, Fatimah yang difilmkan
menjadi Budak Nafsu, Rainkarnasi, Langit
Hitam Di Atas Ambarawa.
7.
Arifin. C. Noer, lahir di cirebon 10 Maret 1941, karya
yang terkenal yaitu: Dalam Langgar, Dalam
Langgar Purwadinatan, Telah Datang Ia, Telah Pergi Ia, dll.
8.
Hartoyo Andangjaya, lahir diSolo 4 Juli 1930, karya yang
terkenal yaitu: Perempuan-perempuan
Perkasa, Rakyat, Sebuah Lok Hitam, Buat Saudara Kandung, dll.
9.
Slamet Sukirnanto, lahir diSolo 3 Mareit1941, karya yang
terkenal yaitu: Kidung Putih, Gema Otak
Terbanting, Jaket Kuning, Bunga Batu,dll.
10. Muhammad Diponegoro lahir di Yogya 28 Juni 1928, karya yang terkenal: Ksah Seorang Prajurit,Sirkus, dll
11. Haryadi Sulaiman Hartowardoyo, lahir di Prambanan 18 Maret 1930 karya yang terkenal yaitu: Orang Buangan, Perjanjian Dengan Maut, dll.
12. Satyagraha Hurip, lahir di Lamongan 7 April 1934, karya yang terkenal yaitu: Pada
Titik Kulminasi, Tentang Delapan Orang, dll.
13. Titis Basini PI, lahir di Magelang 17 Januari 1937,
karya yang terkenal yaitu: Rumah Darah,
Pelabuhan Hati, Di Bumi Aku Bersua DI Langit Aku Bertemu, Bukan Rumahku,dll.
14. Bambang Sularto, lahir di Purwarejo 11 September 1934, karya yang terkenal yaitu: Domba-domba Revolusi, Tanpa Nama, Enam Jam
Di Jogja, dll.
15. Jamil Suherman, lahir di Surabaya 24 April 1924, karya yang terkenal
yaitu: Perjalanan ke Akhirat, Ummu Kalsum, dll.
16. Umar Kayam, lahir
di Ngawi 30 Maret 1932, karya yang terkenal yaitu: Seribu Kunang-kunang Di Manhattan, Sri Sumarah dan Bawuk,dll.
17. Budiman S. haryoto, lahir di Solo 5 Desember 1938,
karya yang terkenal yaitu: Limabelas
Puisi, Sebelum Tidur,dll.
18. Gerson Poyk, lahir
di Pulau Rote Timur 16 Juni 1931, karya yang terkenal yaitu: Sang Guru, Matias Anankari, Surat Cinta
Rajagukguk,dll.
19. Ramadan K.H. lahir
di Bandung 15 Maret 1927, karya yang terkrnal yaitu: Priangan Si Jelita, Royan Revolusi, Kemelut Hidup,dll.
20. Muhammad Saribin Afn, lahir di Klaten 15
Desember 1936, karya yang terkenal yaitu: Gema
Lembah Cahaya, Di Panji Masyarakat, Yang Paling Manis Ialah Kata, dll.
21. Mansyur Samin, lahir
di Batangturo 29 April 1930, karya yang terkenal yaitu: Perlawanan, Tanah Air, dll.
22. Rahmat Joko Pradopo, lahir di Klaten 3 November 1939, karya yang terkenal yaitu: Matahari Pagi Di Tanah Air, Hutan Bunga Jendela
Terbuka,dll. Sebagai ahli sastra Rahmat menulis buku berjudul Pengkajian Puisi,Bahasa Puisi Nyanyi Sunyi
dan Deru Campur Deru, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya.
BAB V
SASTRA ANGKATAN 1970/1980
A.
Sastra Angkatan 80-An
Penamaan Angkatan 1980 bertolak dari suatu
pemikiran, bahwa pada decade 1980, terjadi berbagai inovasi dalam kehidupan
sastra kita, terhadap angkatan-angkatan sebelumnya. Periode 1970-1979 kita
satukan dengan sastra periode 1980 karena konsepsi ide mereka memiliki banyak
kesamaan.
Dalam banyak hal,
misalnya dalam ide, diksi (ketepatan pemilihan kata), dan tehnik pengungkapan,
sastra periode 1980 lebih berpijat pada suasana. Sastra periode 1980 juga acap
disebut dengan istilah”Sastra Angkatan Masa Kini” atau “Sastra Generasi
Mutakhir”.
Sebagai suatu angkatan
kesusastraan, ia memiliki karakterisasi sebagai berikut: 1). Menampilkan
berbagai inovasi(pembaharuan) dalam soal ide; 2). Mengetengahkan berbagai
bentuk inovasi dalam ekspresi/teknik ungkap; 3). Memberikan penghayatan yang
lebih intens pada masalah agama, filsafat, social, hukum,dll.
B.
Puisi-puisi Dekade 70-an/80-an
Dari zaman dahulu
puisi merupakan suatu bentuk ekspresi yang penting bagi seniman Indonesia.
kenyataan ini terus dapat diamati dalam kesusastraan modern dan mencapai
pertumbuhan yang luar biasa dari tahun 1966 hingga kini. Dalam waktu sebelum
Orde Baru banyak timbul puisi yang disebut puisi perjuangan. Penyair-penyair
yan terkemuka yaitu Taufiq Ismail,
Mansyur Samin dan Bur Rasuanto dengan judul seperti Tirani, Mereka telah Bangkit,
pembebasan dan sebagainya jelas menggambarkan isi sajak-sajak ini,tetapi
ternyata kehidupan tidak begitu lama karena modalnya hanya semangat belaka.
Dalam ruang yang
terbatas ini tidak mungkin penyair-penyair tersebut diuraikan satu demi satu.
Diantara penyair-penyair yang menonjol adalah Subagyo Sastrawardoyo, W.S Rendra, Ajib Rosidi, Goenawan Mohamad,
Sapardi Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bachri, Darmanto Jt dan Abdul Hadi W.M.
Suatu pembicaraan secara umum tentang karya mereka memberikan kesimpulan bahwa
masalah-masalah spiritual menjadi pokok pembicaraan utama yang paling menarik.
Juga ketuhanan, hubungan Tuhan dengan manusia, kematian, hakikat manusia, cinta
tanah air, tetapi hal-hal yang lebih konkret seperti ketegangan antar desa dan
kota, perjuangan untuk rakyat yang menderita mendapat tempat dalam renungan
penyair muthakir.
C.
Warna dan Tema Puisi Indonesia Dekade
70-an Sampai 80-an Pemandangan Umum
Mengamati karya-karya
sastra berbentuk puisi yang diciptakan para penyair kita pada dekade 70-80-an,
kita akan menemukan serangkaian bentuk kreativitas perpuisian yang mencerminkan
usaha maksimal penyairan dalam mengedepankan kemungkinan-kemungkinan baru,
makna-makna baru, cakrawala estesis baru.
Dunia penulisan puisi
periode 70-80-an terus melaju karena setiap minggu, Koran-koran memuat puisi
dalam jumlah lumayan. Tidak jarang dalam pemunculannya, kita bisa membaca 3
sampai 6 judul puisi. Masa subur kepenyairan periode 70-80-an ditandai dengan
munculnya ratusan penyair baru diantaranya Dr
Toety Hartati, Dr . Ariel Heryanto, T Mulya Lubis, M.L., Dr. Hendrawan Nadesul,
dr Faisal Baraas, Ir Irwan Dewanto, Ir. Darwis Khudori, Dra. Rayani Sriwidodo,
Dr. Dami M Toda, Dr Rahmat JokoPradodo, Drs. Suminto A Suyuti, Dra. Dorothea Rosa
Herliani, Drs. Kriapur, Dr. Andrik Purwarsito, Drs. Wahyu Wibowo, Sutarji C.B.,
Abdul Hadi W.M.,Afrisal Malna, Emha Ainun Najib, Korrie Layun Rampan, Linus Suryadi
Ag.,Leon Agusta, Yudhistira Ardi Nugraha, Noorca Marendra, Agnes Arswendo, Sony
Farid Maulana, Agus Darmawan T., Acep Zamzam Noer, K.H. A. Mustafa Basri, Hajar
Tutty Alawiyah A.S., Ardi Darmaji Woko, Hamdy Salad, Hamid Jabbar, dan
seterusnya.
Telah terjadi
perkembangan yang sangat berarti kalau kita membandingkan dan menderetkan
puisi-puisi decade 70-80-an ini dengan puisi sebelumnya,maka dapat kita lihat
kompleksitas persoalan, kehidupan yang lebih multidimensional, hadirnya wawasan
estetik dan nilai-nilai baru, serta berbagai kemungkinan kreativitas yang
benar-benar dihayati dan diterjemahkan oleh para penyair
Pada decade 70-80-an
nama-nama yang memiliki pesona kuat ialah Sutardji Calzoum Bachri, Abd Hadi W.M., Leon Agusta.
D.
Struktur Fisik Puisi Idonesia Periode
70-80-an
Dibandingkan dengan
puisi-puisi periodw’66 dan sebelumnya, puisi-puisi decade 70-80-an memiliki
struktur lahir yang beraneka ragam. Di bawah ini beberapa struktur puisi
Indonesia mutakhir:
Puisi Konvensianal
Puisi yang memiliki
struktur lahir demikian, memiliki berpuluh baris yang dibagi dalam beberapa
bait. Larik-larik dalam bait itu ditulis selalu dari tepi, terdiri dari
beberapa kata yang ditata secara harmonis,selalu ditemui keserasian, persamaan
bunyi, yang menciptakan kemerduan dan persajakan.
Semi Konvensional
Penataan
barisan-barisan tidak selalu di tepi, akan tetapi barisan-barisan tertentu
ditulis lebih ke kanan,kata yang seharusnya ditulis berderet dalam satu baris
dibuat beberapa baris, tetapi dengan cara disusun vertical ke kanan. Terkadang
ada perhentian di tengah baris, lalu kata berikutnya dimulai dengan huruf capital.
Contohnya bisa kita lihat Cita-cita
Simbok bagi Indonesia.
Puisi yang Prosais dan seperti Paragraf
Puisi jenis ini dibuat
atas larik-larik yang membentuk bait, tetapi atas kalimat-kalimat yang
membentuk paragraph, padat dan lebih puitis, serta makna yang ditampilkan
kebanyakan simbolik. Contohnya dalam buku perahu
Kertas karya Sapardi Joko Damono.
Puisi Simetri
Pembarisan sajak yang
dimaksud tidak dimulai dari tepi yang sama, tetapi dari bagian yang berbeda
pada tiap barisan, tergantung dari panjang pendeknya baris itu., baris dibuat
berada di tengah,barisan dibagi secara vertical, bagian sebelah kiri sama
dengan bagian kanan. Contohnya kumpulan puisi 99 Untuk Tuhanku.
Kata yang Membentuk Lukisan
Puisi ini biasa juga disebut puisi
konkret. Contohnya Viva Pancasila oleh Jaihan Suskmantoro.
Judul Puisi Sangat Panjang
Padahal puisi ini yang
judulnya termasuk pendek. Ada kesan, ini tidak imbang, tetapi persoalannya
bukanlah masalah imbang dan tidak imbnag. Di sini pun kita bisa temukan
citraan-citraan baru. Contoh : sanjak-sanjak Adri Darmaji Woko berjudul Cerita
Tentang Bapak Tua yang Meninggal Dunia di Pagi Tadi Disampaikan oleh Seorang
Teman yang katanya Mau Jai Penyair,dan lain-lain juga karya-karya Hendrawan
Nadesul Akan jadi Bagaimana Nasib Anak-anakku kalau nanti Juga Hanya Ada
Semangkok Bubur Jagung untuknya.
Puisi dengan Bahasa Multilingual
Secara resmi,
puisi-puisi itu disebut puisi Indonesia, namn ternyata kosakata yang digunakan terdiri
atas berbagai bahasa. Conoh: karya-karya Darmanto Jatman berjudul Main Cinta
Model Kwang Wung, Marto Klungsu dari Leiden, Anak ,Ki Blakasuta Bla Bla.
Puisi dengan Kata Main-main
Di sini penyair
menggunakan kata secara seenaknya, spontan, sehingga yang muncul adalah
kata-kata yang yang terasa banal,kotor, lucu atau aneh. Penyair yang menulis
sanjak-sanjak demikian tidak mengakui adanya moral kata. Contoh : Biarin Karya
Yudhistira Ardi Noegraha, Pot, Sang Hai Karya Linus Suryadi A.G., kumpulan
puisi Sumpah WTS, dan Catatan Harian Sang Koruptor karya F. Rahardi.
Puisi Berbentuk Bujur Sangkar dan Segi Delapan
Beberapa sanjak karya
Afrizal Malna dan Sutarji C.B. mengacu pada bentuk ini. Juga sanjak-sanjak Dari
Al Mubarri dan Ibrahim Sattah.
Puisi Pendek Seperti Haiku
Puisi yang sangat
hemat dalam menggunakan kata disebut Haiku. Contohnya : Harapan dan Pertemuan Karya Leon Agusta,
beberapa nomor karya Yudhistira, Hendarawan Nadesul, Jawahir Muhammad.
Puisi dengan Pemenggalan Suku Kata
Kata kata dipenggal atau suku katanya secara
sengaja, sedangkan penggalan lanjutan diletakkan pada baris berikutnya.
Puisi dengan Penyebaran Kata Secara Bebas
Kata kata seolah
ditabur secara bebas, tanpa judul, tanpa
pembarisan dan pembaitan. Sutarji C.B. perna menulis puisi yang demikian.
Penyair penyair daerah seperti D. Zawawi Imron, Umbu Landu Paranggi,I Made
Swantha, Mukti Sutarman Espe, banyak menulis lirik-lirik yang halus tentang
keindahan semesta. Contoh lain sanjak lengkap: Langit di Desa dan Lengkap Pagi
karya LinusbSuryadi, Seekor Burung Kedasih Menunggu Sepi di Satu Senja olen
Joss Sarhadi.
Nilai Keagamaan
Melalui kata-kata yang
puitis dapat tersusun doa, kasidah, himne, sebagai wujud kepasrahan dan
kecintaan mereka terhadap Sang Pencipta. Mereka meletakkan nilai-nilai religi
yang sacral dan mata air penulisan, menjadikan kegiatan kesenian sebagai sentra
untuk beribadah. Mereka membawa iman, cahaya, cinta kasih di dalam sanjak-sanjak.
Contohnya Aku Cukup dengan Engkau Saja karya
Ahmadun Y. Herfanda.
Puisi Tasauf
Tasauf menanamkan
kesadaran jiwa akan kehadiran Allah dalam diri kita, serta pelaburan kita ke
dalam Allah. Contohnya 99 untuk Tuhanku karya
Emha Ainun Najib. Problem Kehidupan
Hidup dan
persoalan-persoalan bukan untuk mereka angina-lalukan. Ada saatnya kita
menghayati apa yang terasa dan terjadi dalam diri kita.
Kritik Terhadap Modernitas
Menghayati modernitas
, mereka tidak bersikap pasif atau hanyut oleh pesona-pesonanya yang penuh
gebyar. Mereka bahkan mampu menangkap kenyataan-kenyataan transenden di balik
kemegahan duniawi bahwa kehidupan modern yang tidak diimbangi oleh kekuatan
spiritualitas agamawi akan membawa kearah kebangkrutan nilai-nilai kemanusiaan.
Puisi Humor
Tidak jarang dalam kelucuan atau nada
kocak ada kritik-kritik halus yang berdimensi social politik.
Puisi dengan Warna Daerah dan Atavisme
Ada kecenderungan untuk menghidupkan
akar budaya tradisi dalam cerita rakyat. Contohnya Pariksit, Penangkapan Sukra karya Goenawan Mohamad.
E.
Sastrawan-Sastrawati Dekade 70-80-an
1.
Putu Wijaya, lahir di Tabanan, Bali, 11 April
1944. Karya-karuanya yaitu: Bila Malam
Bertambah Malam(1971), Telegram (1972), Stasiun (1977), Gress (1982), Lautan
Bernyanyi (1967), Anu (1974), Dag Dig Dug (1976), Edan, Zat,dll.
2.
Emha Ainun Najib, lahir di Jombang, 27 Mei 1953,
karya-karyanya yang terkenal; Sajak-sajak
Sepanjang Jalan, M Frustasi, Nyanyian Gelandangan. Fiksi; Gerakan
Punakawan Atawa Arus bawah, dll. Puisi; Cahaya Maha Cahaya,dll.
3.
Sutarji Calzoum Bachri, lahir di Riau, 24 Juni 1944, karya
yang terkenal yaitu: O, Anak ,Kapak,
Kucing, Ah, Shang Hai, Mari Mesin Kawin, dll.
4.
Y.B. Mangunwijaya, lahir di Ambarawa 6 Mei 1929. Karya yang
terkenal yaitu: Burung-burung Manyar,
Rara Mendut, Puntung-puntung Rara Mendut, Genduk Duku, Sastra dan Religiositas,
dll.
5.
Abdul Hadi W.M, lahir di Sumenep 24 juni 1946, karya
yang terkenal yaitu: Riwayat, Laut Belum
Pasang, Cermin,Potret panjang,dll.
6.
Danarta, lahir di Sragen 27 Juni 1940. Karya
yang terkenal yaitu: Dinding Ibu, Dinding
Anak, Dinding Waktu, Setangkai Merpati Di Sayap Jibril,dll.
7.
Yudhistira Ardi Noegraha, lahir di Subang 28 February 1954.
Karya yang terkenal yaitu: Mencoba Tidak
Mmenyerah, Arjuna Mencari Cinta, Ding Dong, Oblada Obladi, Yudhistira Duda,
dll.
8.
Noorca Marendra Massardi, lahir di Subang 28 February 1954.
Karya yang terkenal yaitu: Sekuntum Duri,
Mereka Berdua Perjalanan Kehilangan.
9.
Leon Agusta, lahir di Maninjau 5 Agustus1938.
Karya yang terkenal yaiti: Catatan Putih,
Hukla, Di Bawah Bayangan Sang Kekasih,dll
10. Darmanto Jatman,. Lahir di Jakarta 16 Agustus 1942, karya yang terkenal
yaitu: Bangsat, Sang Darmanto, Ki
Balakasuka Bla Bla,dll.
11. Abdul Hamid Jabbar, lahir di Kotagadang, 27 Juli 1949. Katya yang terkenal yaitu: Poco-poco, Dua Warna, Indonesia Hamba, Laila
majenun,dll.
12. Budi Darma, lahir
di Rembang 25 April1937. Karya yang terkenal yaitu: Olenka, Madelun, Ny. Talis, Orang-orang Bloomington,dll.
13. Korrie Layun Rampan, lahir di Samarinda 17 Agustus 1953. Karya yang terkenal yaitu: Suara Pancaran Sastra, Sawan, Nyanyian
Kekasih, Upacara,dll.
14. Arswendo Atmowiloto, lahir di Solo, 26 November 1951. Karya yang terkenal yaitu: Imung, Kiki dan Komplotannya, Semesra
Merpati-Merbabu, Dua Ibu , Canting, Keluarga Cemara, Aku Cinta Indonesia, dll
15. Pamusuk Eneste, lahir di Sipirok, 19 September 1951. Karya yang terkenal yaitu: Memehami Sajak-sajak Rendra, Leksikon
Kesusastraan Indonesia, Pengadilan Puisa,dll.
16. Hamsad Rangkuti, lahir di Medan 7 Mei 1943. Karya yang terkenal yaitu: Klamono, Panggilan Rasul, Uang Logam,
Ketupat Gulai Paku,dll.
17. Wisran Hadi,
lahir di Padang Jili 1945. Karyanya: Anggun Nan Tongga, Putri Bungsu,dll.
18. Ayatrohadi, lahir
di Jatiwangi 5 Desember 1939. Karyanya: Pabila
Dan Di Mana, Panji Segala Raja,dll.
19. Parakitri T. Simbolon,lahir di Simosir, 28 Desember 1947.
Karyanya Ibu, KusniKasdut,dll.
20. Marianne Katoppo, lahir di Tomohon 9 Juni 1943. Karyanya Raumannen, Terbangnya Punai,dll.
21. Sindhunata, lahir
di Malang 12 Mei 1952. Karyanya Anak
Bajang Menggiring Angin, Bharathayuda,dll.
22. Ahmad Tohari, lahir
di Banyumas 13 Juni 1948. Karyanya Di
Kaki Bukit Cibalak, Kubah, Ronggeng Dukuh Paruk,dll.
23. K.H. Ahmad Mustafa Bisri, lahir di Rembang, 10 Agustus 1944.
Karyanya Ohoi, Puisi-puisi Balsem, Dajjal,
Orang-orang Kaya Bersatulah.dll.
24. Muhammad Fudoli Zaini, lahir di Sumenep 8 Juli 1942. Karyanya Lagu Dari Jalanan, Potret Manusia, Burung-burung kembali ke Sarang,dll.
25. Kuntowijoyo,
lahir di yogyakarta, 1944. Karyanya Khotbah
di Atas Bukit, Pasar, Ada Pencuri Di Dalam Rumah,dll.
26. Linus Suryadi Agustinus, lahir di Wonosari 5 Maret 1953, karyanya Langit Kelabu, Perkutut Manggung,dll.
27. Wildam Yatim,
lahir di Padangsidengpuang 11Juli 1933. Karyanya yaitu Saat Orang Berterusterang, Jalur Membenam,dll.
28. Mayn Sutrisna, lahir
di Temanggung 1958. Karyanya Emas Kawin
Musuh-musuh Kelahiran,dll.
29. Eka Budianta, lahir
di Ngimbang 1 February 1956. Karyanya Sejuta
Milyar Satu,dll.
30. Ashadi Siregar, karyanya Cintaku Di Kampus Biru,
Kugapai Cintamu,dll.
31. Ika Supomo, karyanya
Kabut Sutra Ungu, Kembang Padang
Kelabu,dll.
32. Eddy D Iskandar, karyanya Gita Cinta Dari SMA, Puspa Indah Taman Hati,dll.
33. Pipiet Senja, karyanya
Firdauzi, Meniti Hidayah di Rembang
Petang,dll.
34. Mira W, karyanya
Dari Jendela SMP, Benteng Kasih,dll.
35. La Rose, karyanya
Wajah-wajah Cinta, Takdir,dll.
36.
Marga T, karyanya Sonata Masa Lalu, Untuku Nana, Ranjau-ranjau Cinta,dll.
BAB VI
DEKADE 90-AN DAN ANGKATAN 2000
A.
Sastra Angkatan 2000
Menurut Korrie Layun
Rampe, sastrawan produktif decade 80-an yang terus aktif berkarya hingga saat
ini, sastra angkatan 2000 memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Pilihan kata diambil dari bahasa
sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat
jelataan”;
2. Mengandung revolusi tipografi araub
tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret;
3. Penggunaan estetika baru yang
disebut”antroforisme” (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai
“aku Lirik” dengan benda-benda;
4. Penciptaan interaksi masal dan
hal-hal yang bersifat individual;
5. Komposisi dibangun dalam pengaturan
partisipasi benda-benda, peristiwa, pertanyaan aku lirik, dalam perspeksi yang
sejajar dan objektif;
6. Puisi-puisi profetik
(keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan penggambaran yang lebih
konkret melalui alam,rumput atau daun-daun;
7. Kritik social masih muncul dengan
lebih keras karena kekuatan orde baru dan ketidakmenentuan situasi tahun
2000-an;
8. Selaras dengan bentuk tifografi baru,
banyak diciptakkan puisi dengan corak bait “nirbait” (tidak menggunakan system
pembuatan bait-bait);
9. Penggunaan citraan alam benda;
10. Pergeseran “aktivisme”
(cerita/dongeng kuno) dengan pelukisan berifat terasing, bercirikan warna lokal
dengan inovasi sehingga menghilangkan sifat keterasingan;
11. Penggantian aku lirik luaran (aku
lirik yang bersifat seperti puisi-puisi Chairil Anwar dan penyair sezamannya)
ke aku lirik dalaman(lebih bersifat batin).Rampan dalam Waluyo(2003:hal
164-165)
B.
Sastrawan-Sastrawati Dekade 90-an dan
Angkatan 2000
1.
Afrisal Malna, lahir di Jakarta 7 Juni 1957.
Karyanya Abad yang Berlari, Meditasi Sapi
Betina, Yang Berdiam dalam Nikrofon,dll.
2.
Remi Sylado (Yapi Tambayong), lahir di Ujung Pandang 12 juni 1945,
karyanya Setia-Kawan Asia Afrika, Kembang
Jepun, Sam Po Kong,dll.
3.
D. zawawi Imron, lahir di Sumenep, 19 September 1946,
karya yang terkenal yaitu: Madura, Akulah
Lautmu, Bulan Tertusuk Lalang,dll.
4.
Pander Kelana, lahir di Banjarnegara, 4 April 1925.
Karya yang terkenal yaitu: Tusuk Sanggul Pudak Wangi, Kereta api Terakhir,dll.
5.
F. Rahardi, lahir di Ambarawa 10 Juni 1951, karya
yang terkenal yaitu: Buku Harian Sang
Koruptor, Sumpah WTS,dll.
6.
N. Riantiarno, lahir di Cirebon, 6 Juni 1949. Karya
yang terkenal yaitu: Opera Kecoa, Opera
Julini, Banci Gugat,dll.
7.
Ayu Utami, lahir di Bogor 21 November 1968.
Karya yang terkenal yaitu: Saman; Laila
tidak Mampir di Mew York, Larung,dll.
8.
Agus R Sarjono, lahir di Bandung 27 Juli
1962.karyanya Suatu Cerita di Negeri Angin,dll.
9.
Ahmadun Yosi Herfanda, lahir di Kendal 7 Januari 1956.
Karyanya Sang Matahari,dll.
10.
Acep Zamzan Noer, lahir di Tasikmalaya 28 Februari
1960. Karyanya Tamparlah Mukaku,dll.
11.
Abidah al Khalieqy, lahi di Jombang, 1 Maret 1965.
Karyanya Ibuku Laut Berkobar,dll.
12.
Dorathea rosa Herliany, lahir di Magelang 20 Oktober 1963.
Karyanya Nyanyian Gaduh, Matahari yang
Mengalir,dll.
13.
Gus TF Sakai, lahir di Payahkumbu, 13 Agustus
1965.karyanya Sangkar Daging,Istana
Ketinisan,dll.
14.
Helvy Tiana Rosa, lahir di Medan 2 April 1970.karyanya Aminah dan Palestina, Negeri Para
Pesulap,dll.
15.
Isbedi Stiawan Z.S, lahir di Tanjungkarang 5 Juni 1958.
Karyanya Darah, Badri,dll.
16.
Jamal D. rahman, karyanya Air mata Dewa,dll.
17.
Joko Pinurb, karyanya Celana,dll.
18.
Kusprhiyanto Namma, karyanya Labirin,dll.
19.
Nenden Lilis A, karyanya Negeri Sihir,dll.
20.
Oka Rusmini, karyanya Tarian Bumi, Doa Bali Tercinta,dll.
21.
Seno Gumira Ajidarma, karyanya Mati Mati Mati, Baya Mati,dll.
22.
Sitok Srengenge, karyanya Persetubuhan Liar
23.
Soni Farid Maulana, karyanya Bunga Kecubung, Dunia Tanpa Peta,dll.
24.
Wiji Thukul Wijaya, karyanya Peringatan
25.
Yanusa Nugroho, karyanya Kunang-kunang Kuning, BulanBugil Bulat,dll.
26.
Yusrisal K.W, karyanya Interior Kelahiran, Perempuan dalam Perempuan,dll.
BAB VII
KRISTAL KARYA-KARYA TERPENTING
SASTRA INDONESIA DARI MASA KE MASA
A.
Karya Sastra Terpenting pada Tiap
Periode dan Ciri-ciri Masing-masing Angkatan
1.
Angkatan Balai Pustaka
Tokoh-tokoh
Angkatan Balai Pustaka yaiti: Marah Rusli (Siti
Nurbaya), Muhammad Yamin (kumpulan puisi Tanah Air), Abdul Muis (roman Salah
Asuhan), Rustam Efendi (kumpulan puisi Percikan
Permenungan) dan Nur Sutan Iskandar (roman Kotak Hendak Jadi Lembu). Cirri-ciri Angkatan Balai Pustaka yaitu;
1.
Tentang
pertentangan dan kawi paksa
2.
Terpengaruh
ole sastra Melayu yang mendayu-dayu
3.
Masih
menggunakan pribahasa dan pepatah
4.
Karya
harus memenuhi Nota Rinkes
2.
Angkatan Pujangga Baru/ Dekade 30-an
Tokoh-tokoh Angkatan Pujangga Baru
yaitu; Sutan Takdir Alisyahbana (Layar
Terkembang), Amir Hamzah (Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi), Armin Pane (Belenggu), Sunusi Pane (Manusia Baru), Y,E. Tatengkeng (Rindu Dendam), HAMKA (Tenggelamnya Kapal Van der Wijck). Ciri-ciri angkatan pujangga
baru, menampilkan nasionalisme Indonesia, memasuki kehidupan modern,
menampakkan kebangkitan kaum muda, puisi-puisinya banyak yang berbentuk sonata.
3. Kesusastraan Masa Jepang dan Angkatan 45
Tokoh-tokoh masa
Jepang dan Angkatan 45 yaitu: Chairil Anwar, dengan puisinya (Deru Campur
Debu), Usman Ismail dengan dramanya (Citra), El Hakim dengan dramanya (Taufan
di Atas Asia), Achdiat Kartamihardja dengan romannya (Atheis), Pramudya Ananta
Toer dengan kumpulan cerpen (Percikan Revolusi). Ciri-cirinya bicara tentang
kegetiran nasib di tengah penjajahan Jepang, menampilkan cita-cita merdeka dan
perjuangan revolusi fisik.
4. Angkatan Pujangga Baru Periode 50-an
Tokoh-tokoh
periode 50-an yaitu: Aip Rosidi(Sebuah Rumah Buat Hri Tua), Matinggo Boesye
(Malam Jahanam), Nh. Dini (Hati yang Damai), W.S Rendra (Balada Orang-orang
Tercinta), Mochtar Lubis (Jalan Tak Ada Ujung).
Tokoh-tokoh
periode 66 (Tirani dan benteng), sapadijoko damono (dukamu abadi), Hartoyo
Andangjaya (buku puisi), Bur Raswnto (mereka telah bangkit), Ramadhan KH (Royan
revolusi)
5.
Periode 70-80 – an
Tokoh-tokoh periode
70-80-an, Sutarji Calzoum Bachri (kumpulan puisi o amuk kapal), Iwan Simatupang
(ziarah), Danarto (cerpennya Godlob), Y.B Mangunwijaya (Burung-burung Manyar),
Putu Wijaya (Telegram, dan drama Dag Dig Dug), Kuntowijoyo (Khotbah di atas
bukit), yudhistira Ardi Noegraha (Mencoba tidak menyerah), Arifin C.Noer
(Mega-Mega),Umar Kayam (Para Priyayi) Ahmad Tohari (Ronggeng Dukuh
Paruk,Lintang Kemukus Sini Hari,Jentera Bianglala).
6.
Periode 90-an dan Periode 2000
Tokoh-tokoh perriode 90-an dan
periode 2000, Emha Ainun Najib (Sesobek Buku Harian Indonesia,Lautan Jilbab),
Seno Gumira Ajidarma(Iblis Tidak Pernah Mati), Ayu Utami (Saman dan Larung),
Jenar Mahesa Ayu (Mereka Bilang Saya Monyet), N.Riantiarno (Opera
Kecoa,Republik Bagong) Yanusa Nugraha (Segulung Cerita Tua), Afrisal Malna
(Abad Yang Berlari), Ahmadun Y.Herfanda (Sembahyan Rumputan),D.Zawawi Imron
(Bantalku Ombak,Selimutku Angin),K.H.Ahmad Mustofa Bisri(Ohoi Puisi-Puisi
Balsem,Gandrung).
BAB VIII
PROFIL PUISI-PUISI INDONESIA DARI ANGKATAN BALAI PUSTAKA SAMPAI ANGKATAN 2000
Profil Puisi-puisi pada Tiap
Periode
a.
Muhammad Yamin (Angkatan Balai Pustaka)
Indonesia Tumpah Darahku
Bersatu kita
teguh
Bercerai kita
runtuh
Duduk
dipantai tanah yang permai
Tempat
gelombang pecah berderai
Berbuih putih
dipasir terderai
Tampaklah
pulau dilautan hijau
Gunung-Geraunung
bagus rupanya
Dilingkari
air mulia tampaknya
Tumpah
darahku Indonesia namanya
Lihatlah
kelapa melambai-lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di
pantai bercerai-cerai
Memagar
daratan aman kelihatan
Dengarlah
ombak datang berlalu
Mengejar bumi
ayah dan ibu
Indonesia
namanya. Tanah airku
Tanahku
bercerai seberang-menyeberang
Merapung di
air, malam dan siang
Sebagai
telaga dihiasi kiambang
Sejak malam
diberi kelam
Sampai
purnama terang-menderang
Di sanalah
bangsaku gerangan menompang
Selama
berteduh di alam nan lapang
Tumpah darah
nusa India
Dalam hatiku
selalu mulia
Dijunjung
tinggi atas kepala
Semenjak diri
lahir ke bumi
Sampai
bercerai badan dan nyawa
Karena kita
sedarah-sebangsa
Bertanah air
di Indonesia
b.
Sanusi Pane (Angkatan Pujangga Baru)
TERATAI
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum
bunga teratai
Tersembunyi kembang
indah permai
Tidak terlihat orang
yang lalu
Akarnya tumbuh di hati
dunia
Daun berseri Laksmi
mengarang
Biarpun dia diabaikan
orang
Seroja kembang gemilang
mulia
Teruslah O teratai
bahagia
Berseri dikebun
Indonesia
Biar sedikit penjaga
taman
Biarpun engkau tidak
dilihat
Biarpun engkau tidak
diminat
Engkaupun turut menjaga
zaman
c. Chairil Anwar (Angkatan 45)
AKU
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorangpun kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa lari
Berlari
Hingga bilang pedih-peri
Dan aku lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
d.
Rendra (Dekade ’50-an)
GERILYA
Tubuh biru
Tatpan mata biru
Lelaki terguling di jalan
Angina tergantung
Terkecap pahitnya tembakau
Bendungan keluh dan bencana.
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Leleki terguling di jalan
Dengan tujuh lubang pelor
Diketuk gerbang langit
Dan menyala mentari muda
Melepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merah
Dengan sayur-mayur di punggung
Melihatnya pertama
Ia beri jerita manis
Dan duka daun wortel
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki terguling di jalan.
Anak janda berambut ombak
Ditimba air bergantang-gantang
Disiram atas tubuhnya
Tubuh biru
Tatapan mata biru
Lelaki terguling di jalan
Lewat gardu belanda denga berani
Berlindung warna malam
Sendiri masuk kota
Ingin ikut kubur ibunya.
e.Hartoyo Andangjaya
(Angkatan ’66)
RAKYAT
Rakyat adalah kita
Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja
Di bumi di tanah tercinta
Jutaan tangan mengayu bersama
Membuka hutan ilalang menjadi lading-ladang berbunga
Mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
Menaikan layer menebar jala
Meraba kelam di tambang logam dan batu bara
Rakyat ialah tangan yang bekerja
Rakyat ialah kita
Otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angha
Yang selalu berkata dua adalah dua
Yang bergerak disimpang-siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka
Rakyat ialah kita
Beragam suara di langit tanah air tercinta
Suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
Suara kecapi di pegunungan jelita
Suara boning mengembang di pendapa
Suara kecak di muka pura
Suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suaraberaneka
Rakyat ialah kita
Puisi kaya makna di wajah semesta
Di darat
Hariyang berkeringat
Gunung batu berwarna cokelat
Di laut
Angina yang menyapu kabut
Awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta
Rakyat ialah kita
Darah di tubuh bangsa
Debar sepanjang masa
f. Emha Ainun Najib (Dekade 70-80-an)
PUISI JALANAN
Hendaklah puisiku lahir dari jalanan
Dari desah nafas para pengemis
gelandangan
Jangan dari gedung-gedung besar
Dan lampu gemerlapan
Para pengemis yang lapar
Langsung menjadi milik Tuhan
Sebab rintihan mereka
Tak lagi bisa mengharukan
para pengemis menyeret langkahnya
para pengemis batuk-batuk
darah dan hatinya menggumpal
luka jiwanya amat dalam mengental
Hendaklah puisiku anyir
Seperti bau mulut mereka
Yang terdampar di trotoar
Yang terusir dan terkapar
Para pengemis tak ikut memiliki
kehidupan
Mereka mengintai nasib orang yang
dijumpainya
Tetap jaman telah kebal
Terhadap derita mereka yang kekal
Hendaklah puisi-puisiku
Bisa menjadi persembahan yang
menolongku
Agar mereka menerimaku menjadi
sahabat
Dan memaafkan segala kelalaianku
Tang banyak dilupakan orang ialah
Tuhan
Para gelandangan dan korban-korban
kehidupan
Aku ingin menjadi karib mereka
Agar bisa belajar segala hal yang
fana
g.Ahmadun Yossi Herfanda (Sastra
Mutakhir)
SEMBAHYANG RUMPUTAN
Aku, rumputan
Tak pernah lupa sembahyan
Inna Sholati wa nusuki
Wa mahyaaya wammati
Lillahi robbiol’lamin
Topan melanda padang ilalang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
Dan akarku yang mengurat di bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi
Tebanglah aku
Aku segera tumbuh sebagai rumput baru
Bakarlah daun-daunku
Akan bertunas melebihi yang dulu
Aku, rerumputan
Kekasih Tuhan
Di kota-kota disisihkan
Alam memeliharaku subur di hutan
Aku rerumputan
Tak lupa sembahyang
Inna Sholati wa nusuki
Wa mahyaaya wamammati
Lillahi robbial’lamin
Pada kaming dan kerbau
Daun-daun hijau kuberikan
Pada bumi akar-akar kupertahankan
Agar tiadak kehilangan akar keberadaan
Di bumi terendah aku berada
Tapi zikirku menggemadi
Langit dan cakrawala:
Lailaha illallah
Muhammadorrasulullah
Aku rerumputan
Kekasih Tuhan
Segala gerakanku
Adalah sembahyang
BAB IX
ISTILAH-ISTILAH
YANG BERKAITAN DENGAN PERISTIWA
SASTRA SECARA KRONOLOGIS
DAN TREN SASTRA MUTAKHIR
1. Balai Pustaka, ditengarai
sebagai penerbit buku sastra pertama di Indonesia
2. Ankatan Balai Pustaka, nama yang diberikan kepada pengarang yang muncul pada tahun
20-an.
3. Angkatan Pujangga Baru, nama yang diberikan kepada pengarang pada tahun 30-an
4. Pujangga Baru, nama
majalah terbitan Pustaka Rakyat
5. Angkatan ’45, nama
yang diberikan kepada sastrawan yang muncul pada tahun 40-an
6. Surat Kepercayaan Gelanggang, merupaka pernyataan sikap para seniman Indonesia yang
tergabung dalam “Gelanggang Seniman Merdeka”
7. Polemic Kebudayaan I, merupakan udul sebuah buku yang diedit oleh Achdiat
Kartamihardja, terbit pertama kali pada tahun 1948.
8. Plemik Kebudayaan II, serangkaian polemic yang terjadi pada tahun 30-an
9. Angkatan Terbaru, nama yang diberikan kepada pengarang yang aktif ditahun 50-an.
10. Generasi Kisah, nama yang diberikan kepada pengarang yang karanganya dipublikasikan pada
majalah Kisah dan aktif pada tahun 60-an.
11. Generasi Horison, nama yang diberikan kepada sastrawan tang intelek yang terkenal dengan
antologi puisinya Simphoni dan
kumcerpen Kejantanan di Sumbing.
12. Angkatan Manifes, istilah yang berdimensi kebudayaan’
13. Krisis sastra. Kelesuan
pada sastra Indonesia.
14. Lekra,
singkatan dari Lembaga Kebudayaan Rakyat
15. Lesbumi , singkatan
dari lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia, merupakanorganisasi kebudayaan
di bawah ormas Nahdlatul Ulama.
16. LKN, singkatan
dari Lembaga Kebudayaan Nasional, di bawah Partai Nasional Indonesia.
17. Angkatan ’66, nama
yang diberikan kepada sastrawan yang muncul pada angkatan ’66.
18. Heboh Sastra, peristiwa
dalam sastra yang merupakan reaksi atas cerpen Langit Makin Mendung.
19. Pengadilan Puisi(1974),Merupakan peristiwa”Pemberontakan”terhadap dunia perpuisian
Indonesia.
20. Yayasan Buku Utama,adalah nama yayasan yang memberikan hadiah untuk buku terbaik setiap
tahun, termasuk buku sastra.
21. Puisi Mbeling,merupakan
nama ruangan puisi dalam majalah Aktuil yang terbit di Bandung (1972-1978) dan
sekaligus sebutan untuk puisi-puisi yang dimuat dalam ruangan ini.
22. Pusat Bahasa,dulu
di sebut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) adalah sebuah lembaga di
bawah naungan Depertemen Pendidikan Nasional RI yang bertugas memmbina dan
mengembangkan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.
23. Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin,merupakan sebuah pusat dokumentasi sastra yang
terletak dalam kompleks Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki, didirikan pada
tanggal 28 Juni 1976 di Jakarta, dan diresmikan oleh Gubernur DKI Ali
Sadikin,30 Mei 1977.
24. Angkatan ’70,nama
yang diberikan kepada sastrawan-sastrawati yang muncul sekitar tahun70 an.
25. Kredo Puisi,merupakan
sikap dan konsep Sutarji Calzoum Bachri dalam penilisan puisi-puisinya dan
Kredo pertama kali di muat dalam majalah Harison, Desember 1974.
26. Angkatan 2000,nama
ini diberikan Korrie Layun Rampan pada sejumlah pengaran dan penyair yang telah
melahirkan wawasan estetik baru pada tahun 90-an.
No comments:
Post a Comment