Tuesday, January 7, 2014

Makalah DM Diabetes Melitus


BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (Brunner & Suddarth, 2000 Hal. 1220)
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6 % menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia. Di Amerika Serikat, orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika memiliki angka insidens diabetes yang lebih tinggi dari pada penduduk kulit putih. Sebagian penduduk asli Amerika, seperti suku Pima, mempunyai angka diabetes dewasa sebesar 20 % hingga 50 %.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Menurut catatan medik  RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Dari 3240 penderita penyakit dalam , jumlah penderita Diabetes Mellitus yang dirawat pada bulan Januari sampai Desember 2002 sebanyak 264 orang (8,1%) dengan Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) sebanyak 9 orang (3, 40 %).
Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil penentuan kasus, penulis mengangkat kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. U dengan Diabetes Mellitus Tipe I di Ruang Perawatan Interna Atas Perjan RS. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar” dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.


B.     Batasan Masalah
Pada penulisan karya tulis ini, penulis membatasi ruang lingkup masalah hanya pada asuhan keperawatan yang diberikan pada satu klien yang dirawat di Ruang Interna Atas RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar  dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Mellitus Type I, mulai tanggal 31 Maret s.d 1 April 2003.
Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kasus Diabetes Mellitus sangatlah penting, karena itulah sehingga penulis membatasi masalah hanya pada asuhan keperawatan klien Tn. U dengan Diabetes Mellitus yang dirawat di Ruang Interna Atas Atas RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar  selama dua hari.
C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
memperoleh informasi atau gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk memperoleh gambaran tentang pengkajian fisik pada pasien Diabetes Mellitus.
b.      Untuk memperoleh gambaran tentang diagnosa perawatan dan rencana keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
c.       Dapat melakukan tindakan perawatan pada pasien Diabetes Mellitus.

d.      Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan evaluasi keperawatan pada klien dengan  Diabetes Mellitus.
e.       Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus secara benar dan baik.
D.    Manfaat Penulisan
1.      Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Politeknik Kesehatan Program Studi Keperawatan Tidung  Kelas Khusus Keperawatan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
2.      Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 
3.      Bahan bacaan.
E.     Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah :
1.      Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari literatur-lliteratur yang ada relevansinya dengan karya tulis ini antara lain buku dan catatan kuliah.
2.      Studi Kasus
a.       Wawancara
Untuk mendapatkan data lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada klien, dilakukan dengan cara auto anamnese dan allo anamnese
 b.      Observasi
Melakukan observasi langsung kepada pasien Diabetes Mellitus dan juga mengamati perubahan yang terjadi pada klien.
3.      Studi Dokumenter
Data-data yang didapat dari status klien di ruangan catatan perawatan, instruksi dokter dan tim kesehatan lainnya.

F.     Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membagi dalam lima bab, yaitu :
BAB        I         :   Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB        II       :   Tinjauan teoritis meliputi :
Konsep dasar medis yang terdiri dari : Pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gambaran klinik, penatalaksanaan, komplikasi.
Konsep dasar keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian data, perencanaan, tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi.
BAB        III      :   Tinjauan kasus
Membahas asuhan keperawatan pada klien Tn. U yang dirawat di ruang Interna Atas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
BAB        IV      :   Pembahasan
Menguraikan tentang kesenjangan antara teori dan praktek keperawatan yang telah dilaksanakan pada kasus yang telah ditentukan.
BAB        V       :   Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan : Merupakan rumusan dari seluruh karya tulis ini.
Saran : Merupakan tanggapan dan hal-hal yang dirumuskan berdasarkan kesimpulan.










BAB  I

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

A.    Konsep Dasar Medik

1.      Pengertian Diabetes Mellitus
a.       Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
b.      Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
c.       Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
d.      Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).


2.      Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, berfungsi mengekskresi insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a.       Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b.      Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c.       Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a.       Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b.      Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a.       Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
1.)    Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
2.)    Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3.)    Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.
b.      Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon
1).    Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a.)    Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.
b.)    Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c.)    Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang saraf simpatis untuk meningkatkan pelepasan glukosa ke dalam darah. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.)    Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.)    Mengurangi konsentrasi gula darah
c.)    Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.


2).    Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
3.      Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a.       Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.      Faktor non genetik
1.)    Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2.)    Nutrisi
a.)    Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)    Malnutrisi protein
c.)    Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)    Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)    Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

4.      Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a.       Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.      Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)    Non obesitas
2.)    Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c.       Diabetes Mellitus type lain
1.)    Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2.)    Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)    Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
5.      Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
6.      Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a.       Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
b.      Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c.       Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
d.      Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.

e.       Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7.      Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.
8.      Komplikasi
a.       Akut
1.)    Hypoglikemia
2.)    Ketoasidosis
3.)    Diabetik
b.      Kronik
1.)    Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

2.)    Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)    Neuropati diabetic.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1.      Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.



Hal yang perlu dikaji pada klien dengan Diabetes Mellitus :
a.       Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.      Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.       Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.      Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.       Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.       Nyeri
Pembengkakan perut,  meringis.
g.      Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.      Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i.        Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :
a.       Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.



3.      Rencana Keperawatan
a.       Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)    Pantau tanda-tanda vital.
Rasional      :   Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)    Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional      :   Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)    Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional      :   Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)    Timbang berat badan setiap hari.
Rasional      :   Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)    Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional      :   Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi teratasi dengan kriteria :
-          Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
-          Menunjukkan tingkat energi biasanya
-          Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)    Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional      :   Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)    Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional      :   Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)    Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional      :   Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)    Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional      :   Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.)    Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional      :   Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi dengan kriteria :
-          Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
-          Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).    Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional      :   Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).    Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional      :   Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).    Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional      :   Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4).    Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional      :   Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).    Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional      :   Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.      Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori dengan kriteria :
-          Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
-          Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)    Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional      :   Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)    Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional      :   Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)    Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional      :   Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)    Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional      :   Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan : Kelelahan berkurang/hilang dengan kriteria :
-          Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
-          Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)    Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional      :   Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)    Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional      :   Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)    Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional      :   Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)    Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional      :   Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan : Perasaan ketidakberdayaan klien dapat berkurang/hilang dengan kriteria :
-          Mengakui perasaan putus asa
-          Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
-          Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi :
1.)    Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional      :   Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)    Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional      :   Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)    Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional      :   Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)    Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional      :   Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat dengan kriteria :
-          Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
-          Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
-          Dengan benar melakukan prosedur yang perlu  dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)    Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional      :   Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)    Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional      :   Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)    Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional      :   Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.)    Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional      :   Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.


4.      Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-menerus guna perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan, antara lain sumber-sumber yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang utama) :
a.       Melaksanakan prosedur keperawatan
b.      Melakukan observasi
c.       Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
d.      Melaksanakan program pengobatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah ditetapkan.

5.      Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :
a.       Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?
b.      Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?
c.       Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?
d.      Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?
e.       Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f.       Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?
g.      Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?











BAB  IV

PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis akan mengemukakan kesenjangan antara teori dengan data yang didapatkan pada tinjauan kasus yang telah diuraikan sebelumnya baik dari segi medis maupun konsep keperawatannya.
Dalam asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. U dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes Mellitus, juga ditemukan beberapa kesenjangan. Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, maka penulis membahas sebagai berikut :
A.    Pengkajian
Berdasarkan teori yang ada, data yang umumnya didapatkan pada klien dengan Diabetes Mellitus antara lain poliuria, polipagia, polidipsi, berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Sedangkan pada penatalaksanaan kasus, data yang penulis dapatkan antara lain rasa sakit pada lengan akibat luka pada punggung tangan kanan dan lengan kanan, kurang minat terhadap makanan, penurunan berat badan, porsi makan tidak dihabiskan. Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah tidak ditemukannya keadaan polipagia, polidipsi, dan poliuria. Hal ini disebabkan karena kadar gula darah sudah menurun setelah mengkonsumsi obat-obatan selama ± 20 hari di rumah sakit ditandai kadar gula hasil pemeriksaan terakhir 183 mg/dl dan pembatasan intake.
B.     Diagnosa Keperawatan
Pada klien Diabetes Mellitus, diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut teori ada 7 antara lain:
1.      Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2.      Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
4.      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
5.      Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
6.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
7.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.
Sedangkan pada kasus, penulis menemukan 5 diagnosa keperawatan yaitu :
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada tangan.
2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tindakan infasif.
4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi
5.      Resiko terjadinya infeksi sekunder berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan ketidakmampuan pasien dalam perawatan luka.
Kesenjangan yang penulis dapatkan meliputi :
Ada 4 diagnosa yang ada dalam teori tidak ditemukan dalam kasus nyata yaitu  :
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik tidak ditemukan karena diuresis osmotik biasanya disebabkan karena peningkatan kadar gula yang berlebihan sehingga meningkatkan diuresis, sedangkan pada kasus kadar glukosa darah sudah terkontrol.
2.      Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa, insulin, dan atau elektrolit tidak ditegakkan karena klien sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan serta kontrol gula darah.
3.      Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik tidak ditegakkan oleh penulis karena diagnosa gangguan aktifitas fisik sudah mencakup diagnosa ini.
4.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain tidak diangkat karena klien menderita Diabetes Mellitus belum lama sehingga tingkat ketergantungan klien masih kurang.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus nyata tetapi tidak ada dalam teori yaitu :
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada tangan. Diagnosa ini muncul akibat luka yang dialami klien pada tangan kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
2.      Intolerans aktifitas ditegakkan karena diagnosa tersebut didukung oleh ungkapan klien tidak dapat melakukan aktifitas, luka pada tangan kanan, terpasang infus pada tangan kiri dan aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
C.    Perencanaan
Pada perencanan keperawatan dari ketiga diagnosa yang diangkat, kesenjangan yang ada antara teori dengan perencanaan keperawatan yang disusun sebagai berikut :
1.      Pada diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada tangan dan intolerans aktivitas berhubungan dengan tindakan invasif, dalam perencanaannya dibuat sesuai dengan pengetahuan penulis dan kebiasaan rumah sakit serta kebutuhan klien. Hal ini karena diagnosa ini tidak ditemukan dalam tinjauan teoritis.
2.      Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, intervensi timbang berat badan setiap hari tidak dimasukkan dalam perencanaan asuhan keperawatan karena waktu yang diberikan kepada penulis cukup singkat sehingga hasil pengukuran berat badan hari I dan hari II menurut penulis tidak dapat berubah secara cepat, sehingga pengukuran berat badan hanya dilakukan satukali pada saat pengkajian. Disamping itu intervensi anjurkan pasien makan dalam posisi tegak dan berikan perawatan mulut sebelum makan direncanakan pada kasus meskipun tidak terdapat dalam teori. Hal ini disebabkan karena dalam penyusunan rencana keperawatan penulis juga harus memperhatikan kebutuhan klien.
3.      Pada diagnosa kurang pengetahuan, tidak didapatkan kesenjangan dalam penyusunannya.

D.    Pelaksanaan
Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang terdapat dalam perencanaan keperawatan semuanya dapat dilaksanakan  dengan baik, hal ini disebabkan karena klien dan keluarga kooperatif terhadap setiap tindakan yang dilakukan dan partisipasi aktif dari petugas ruangan.

E.     Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi meliputi hasil dan proses pada kasus ini menunjang adanya kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi oleh klien/keluarga.
Pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagai metode pemecahan masalah, pada evaluasi setelah dirawat selama dua hari yaitu sejak tanggal 31 Maret 2003 s.d 1 April 2003 menunjukkan dari 5 diagnosa yang ditegakkan oleh penulis, dua diagnosa keperawatan yang dapat teratasi/tidak terjadi yaitu kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan serta resiko terjadi infeksi sekunder. Kedua diagnosa ini dapat teratasi setelah klien mendapatkan penyuluhan tentang Diabetes Mellitus dan klien diberi kesempatan untuk mempertanyakan hal – hal yang ingin diketahuinya dan tidak terjadi resiko akibat penanganan luka yang adekuat ditandai dengan tidak nampak adanya pus pada luka.
Sedangkan 3 diagnosa keperawatan belum dapat diatasi. Diagnosa tersebut tidak dapat diatasi dan penyebabnya dapat dilihat pada gambaran berikut :
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada tangan. Diagnosa ini belum dapat diatasi karena proses penyembuhan luka yang memerlukan waktu yang cukup lama terlebih lagi pada penderita Diabetes Mellitus yang memerlukan pengawasan kadar gula darah untuk dapat mempercepat proses penyembuhannya sedangkan waktu yang diberikan kepada penulis sangat singkat.
2.      Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia. Diagnosa ini belum dapat diatasi karena gangguan pemenuhan nutrisi merupakan masalah yang cukup kompleks sehingga dalam waktu yang singkat tidak dapat dicapai sesuai dengan hasil yang diharapkan, namun pun demikian pemenuhan nutrisi pada kasus penulis sudah menunjukkan tanda – tanda kearah perbaikan dibuktikan dengan klien mengatakan minat untuk makan sudah mulai meningkat dan porsi yang diberikan sudah dihabiskan 1 porsi.
3.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tindakan invasif. Hal ini belum dapat diatasi disebabkan karena ulkus klien yang belum sembuh, infus yang masih terpasang, serta keadaan kelemahan yang dialami oleh hampir semua penderita Diabetes Mellitus yang telah menjalani perawatan lama di rumah sakit.
Untuk diagnosa keperawatan yang belum teratasi, penulis menyampaikan rencana keperawatan pada perawat ruangan Interna Atas RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, sehingga tindakan yang direncanakan dapat diteruskan untuk menunjang kesembuhan klien.














BAB  V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menyelesaikan studi kasus pada klien Tn. U dengan gangguan sistem endokrin ; Diabetes Mellitus di ruang Interna Lontara II Atas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dengan bertitik tolak pada pembahasan bab sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

A.  Kesimpulan

1.        Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
2.        Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi antara pasien satu dengan yang lain. Pada umumnya data dan gejala yang ditemukan timbul sebagai akibat terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam sel.
3.        Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan hal yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga pendidikan kesehatan mengenai penyakit tersebut.

B.     Saran-saran

1.      Untuk klien dan keluarga
Setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta komplikasi yang ada maka klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan kontrol diet, aktifitas yang seefektif mungkin untuk mencegah terjadinya peningkatan gula darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.
2.      Untuk petugas di ruangan
Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan klien, perawat dan tim kesehatan lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, dapat membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
3.      Untuk masa yang akan datang, penulis menyarankan jika memungkinkan bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi waktu lebih lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.









DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges, E. Marylinn, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.

__________________, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC, Jakarta.

Engram, Barbara, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Guyton and Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.

Long, C. Barbara, 1996, Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan Padjajaran Bandung.

Purmoharjo, Hotma, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.

Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, 1995, Patofisiologi, Edisi IV, EGC. Jakarta.

Tjokronegoro, Arjatmo, Hendra Utama,1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.

Unknown Web Developer

1 comment: