Wednesday, February 5, 2014

KONSEP MEDIS - MASA NIFAS



KONSEP MEDIS - MASA NIFAS


A.  PENGERTIAN
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu :    6 – 8 minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
  1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
  2. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
  3. Remute Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahun.
Dalam masa nifas, alat-alat genetali interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktsi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.

B.  INVOLUSI ALAT-ALAT KANDUNGAN
  1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Involusio

Tinggi Fundus Uterus


Berat Uterus

Bayi lahir
Plasenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba diatas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
100 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
  1.  Bekas implantasi palsenta: plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm., dan akhirnya pulih.
  2. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
  3. Rasa sakit yang disebut after pain,  (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit.
  4. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Ø  Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Ø  Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
Ø  Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7 – 14 pasca persalinan.
Ø  Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
Ø  Lochia statis : lochia tidak lancar keluarnya.
  1. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, terkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil, setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
  2. Ligamen – ligamen : ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun.
  3. Endometrium :
      Perubahan yang terdapat pada endometrium adalah timbulnya trombosis
     degenerasi dan nekrosis terutama di tempat implantasi plasenta :
Ø  Pada hari pertama tebalnya 2 – 5 mm, permukaan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Ø  Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian-bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian besar endometrium terlepas.
Ø  Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan  waktu 2 – 3 minggu.
C.  HEMOKONSENTRASI
ada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai “shunt” antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan, “shunt” akan hilang dengan tiba-tiba volume darah pada ibu relatif bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti semula.

D.  LAKTASI
Perubahan-perubahan yang terjadi pada kedua mammae antara lain sebagai berikut
  1. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolis mammae dan lemak.
  2. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
  3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae. Pembuluh-pembuluh vena berdilatsi dan tampak dengan jelas.
  4. Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain hormon laktogenik (prolaktin) yang akan menyebabkan kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu.
 Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum, selain pengaruh hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu sendiri.

E.  PERUBAHAN LAIN SAAT NIFAS
  1. After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu selama 2 – 3 hari postpartum. Perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit ibupun timbul bila terdapat sisa-sisa dan selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah di dalam kavum uteri.
  2. Vital Sign :
      Suhu  :
-      saat partus lebih 37,20C
-      sesudah partus naik + 0,50C
-      12 jam pertama suhu kembali normal
             Nadi :
-      60 – 80 x/mnt
-      Segera setelah partus bradikardi
            Tekanan darah :
-      TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam
            Vital sign setelah kelahiran anak :
            Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :L
           Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 380C (100,4F0)
    Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
         Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
     Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari perdarahan, bagaimana tanda terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis.

  1. Sistem Muskuloskeletal ibu y6ang terjadi selama kehamilan merupak kebalikan dari puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan hipermobilisasi dan tulang-tulang, perubahan pusat gravitasi pada ibu disebabkan karena membesarnya uterus. Stabilisasi tulang-tulang komlit 6 -8 minggu setelah kelahiran.
  2. Sistem Integumen Cloasma pada kehamilan kadang-kadang menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi pada areola dan linea ligra mungkin tidak susut hilang secara sempurna setelah kelahiran beberapa wanita akan mempunyai kelebihan pigmen pada daerah tersebut secara menetap. Bagian tanda pada dada, abdomen, pinggul dan paha mungkin menghilang, tapi kadang-kadang tidak.

F.  ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA POST PARTUM
Fase-fase transisi :
o   Fase antisipasi kehamilan :
      Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi pekerjaan dalam keluarga.
o   Fase bulan madu (periode post partum)
      Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga    yang    baru.
Menurut Rubin, fase adaptsi ibu meliputi :
1.      Taking In
-          Dependet
-          Pasif
-          Fokus pada diri sendiri
-          Perlu tidur dan makan
2.      Taking Hold
-          Dependent
-          Independent
-          Fokus melibatkan bayi
-          Melakukan perawatan diri sendiri
-          Waktu yang baik untuk penyuluhan
-          Dapat menerima tanggungjawab
3.      Letting Go
-          independence pada peran yang baru
-          letting go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama persalinan.

            Adaptasi psikologis ayah :
1.      Respon ayah :
-          Bangga dan takut memegang bayi.
-          Diekspresikan secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan pesta dengan teman-teman.
-          Pada waktu immediately ; kelihatan lelah dan mengantuk.
-          Bila ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam merawat bayinya.
2.      Psikologis ayah :
Tergantung keterlibatan selama proses kelahiran berlangsung. Biasanya ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya. Bila ada masalah dengan bayinya dan harus dirawat terpisah dengan ibunya, maka ayah merupakan sumber informasi bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini ayah sering merasa khawatir tentang keadaan istri dan anaknya.
Ayah juga dapat mengalami post partum blue karena masalah keuangan keluarga, merasa tidak yakin akan kemampuannya sebagai orang tua dan kesulitan beradaptasi terhadap perubahan hubungan dengan istrinya.
3.      Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga menimbulkan adanya perubahan-perubahan paeran dan hubungan di dalam keluarga tersebut. Umpamanya anak yang lebih besar sekarang menjadi kakak, orang tua menjadi kakek, suami-istri harus saling membagi perhatian karena tuntutan dan ketergantungan bayi dalam memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga yang dapat membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal sesulit bila tidak ada yang membantu.
Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah melahirkan, dimana ibu harus merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan tugas rumah tangga, maka perawat bidan bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu sebelum melahirkan.
4.      Cara adaptsi Sibling :
ö        Ajak saudara kandung jenguk ke rumah sakit
ö        Telepon
ö        Waktu pulang ; ayah memegang bayi, ibu memegang peranan dalam siling
ö        Sibling merawat boneka, ibu merawat bayi
ö        Jangan mengurangi waktu
ö        Beri hadiah dari bayi untuk sibling
ö        Anjurkan pengunjung untuk menegur sibling

G.  PERAWATAN PASCA PERSALINAN
  1. Mobilisasi, karena lelah sehabis bersalin, ibu harus diistirahatkan tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis, tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari keempat dan kelima sudah diperbolehkan pulang.
  2. diet : makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan sayur-sayuran dan buah-buahan.
  3. Miksi : hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dalam spasme otot iritasi sfingter ani selama persalinan, juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita hamil sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
  4. Defekasi : buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras, dapat diberikan obat laksans peroral, atau per rektal, jika belum bisa lakukan klisma.
  5. Perawatan payudara (mamma) ; perawatan payudara dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemah tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya, bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan :
-   membebat payudara
-   memberi obat estrogen untuk supresi LH. Seperti tablet lynoral dan parlodel.
  1. Laktasi untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan.
  2. Cuti hamil dan bersalin ; menurut UU bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah bersalin.
  3. Pemeriksaan pasca persalinan
      Pemeriksaan post natal antara lain :
a)      Pemeriksaan umum ; TD, nadi, keluhan dan sebagainya
b)      Keadaan umum ; suhu badan, selera makan dan lain-lain
c)      Payudara ; ASI, putting susu
d)     Dinding perut ; perineum, kandung kemih dan rektum
e)      Sekret yang keluar; lochia, flour albus
f)       Keadaan alat-alat kandungan
  1. Nasehat untuk ibu post partum
a)      Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
b)      Sebaiknya bayi disusui
c)      Kerjakan gimnastik setelah bersalin
d)     Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak
e)      Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.
  
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
 →        Pengkajian data dasar klien
            Kontinuasi progresif dari dasar data untuk tahap I.V
        Aktivitas istirahat
            Insomnia mungkin teramati
        Sirkualsi
            Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
        Integritas ego
            Peka rangsang, takut menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3
            hari setelah melahirkan
       Eliminasi
            Diuresis diantara hari ke-2 dan hari ke-5
        Makanan / cairan
            Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3
        Nyeri / ketidak-nyamanan
            Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
            ke-5 post partum
        Seksualitas
v  Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
v  Lochia rubra berlanjut sampai hari ke-2 & 3 berlanjut menjadi lochia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal ; rukemben, versus ambulsi berdiri) dan aktivitas (misalnya menyusui)
v  Payudara memproduksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai
  
PRIORITAS KEPERAWATAN

  1. Meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan umum
  2. Mencegah komplikasi
  3. Mendukung ikatan keluarga
  4. Memberikan informasi dan pedoman antisipasi
     Tujuan pulang :
  1. Kebutuhan fisiologis / psikologis dipenuhi
  2. Komplikasi dicegah / teratasi
  3. Ikatan keluarga dimulai
  4. Kebutuhan pasca partum dipahami
          Diagnosa keperawatan
1)   Nyeri (akut) ketidak-nyamanan
-   Dapat dihubungkan dengan trauma mekanis, ecioma/pembesaran jaringan atau distensi, efek hormonal.
-   Kemungkinan dibuktikan oleh : melaporkan kram (after pain), sakit kepala, ketidak-nyamanan perineal, dan nyeri tekan payudara, perilaku melindungi/distraksi, wajah menunjukkan nyeri.
-   Hasil yang diharapakan : mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidak-nyamanan dengan tepat. Mengungkapkan kurangnya ketidak-nyamanan.
      Intervensi dan Rasional
a)    Tentukan adanya lokasi dan sifat ketidak-nyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran
      R/ mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
b)   Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan lokal, eksudat purulen atau kehilangan perlekatan jahitan (rujuk pada DK : infeksi, risiko tinggi terhadap
      R/ dapat menunjukkan trauma pada jaringan perineal dan atau terjadinya
      kompliksi yang memerlukan evalusi / intervensi lanjut.
c)    Beri kompres es pada perineum, 24 jam pertama setelah kelahiran, selama 15 menit.
      memberi anastesi lokal. Meningkatkan vasokonstriksi dan mengurangi edema dan vasodilatsi
d)   Berikan kompres panas lembab (misalnya rendam duduk/bak mandi) diantara 1000 dan 1050F (380C sampai 43,20C) selama 20 menit, 3 sampai 4 hari setelah 24 jam pertama.
      Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi
pada jaringan, menurunkan edema dan menaikkan penyembuhan.
e)    Anjurkan untuk duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi.
      R/ penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stress dan tekanan langsung pada perineum.                  
f)    Inspeksi payudara dan jaringan putting ; kaji adanya pembesaran dan puting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam pasca partum, payudara harus lunak dan tidak perih, dan puting susu harus bebas dari pecah-pecah atau area kemerahan.
g)   Anjurkan menggunakan bra penyokong
      R/ mengangkat payudara, mengakibatkan posisi lebih nyaman.

KOLABORASI
         Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2-3 minggu, kaji hipertensi pada klien; tetap bersama klien selama ambulasi pertama. Berikan informasi tentang kemungkinan membengkaknya kembali payudara atau kongesti bila penggunaan obat dihentikan.
R/ bekerja untuk menekan sekresi prolaktin, namun merupakan reseptor agonis dopamin dan dapat menyebabkan hipotensi berat.
         Berikan analgesik 30-60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui, berikan analgesik setiap 3-4 jam selama pembesaran payudara dan afterpain.
         R/ memberikan kenyamanan khususnya selama laktasi, bila afterpain paling hebat karena pelepasan oksitosin
         Berikan spesifik anastetik, salep topikal, dan kompres wite hitel untuk perineum bila dibutuhkan.
         R/ meningkatkan kenyamanan lokal.
         Bantu sesuai dengan kebutuhan dengan infeksi salin atau pemberian “blood paten” pada sisi punksi aural. Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
R/ efektif untuk menghilangkan sakit kepala spinal berat. Prosedur blood patch mempunyai keberhasilan 90%-100% ; menciptakan bekuan darah yang menghasilkan tekanan dan menyegel kebocoran.
2)     Menyusui (tergantung apakah ibu bayi menunjukkan kepuasan atau ketidakpuasan dengan pengalaman menyusui)
         Dapat berhubungan dengan ; tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
         Kemungkinan dibuktikan oleh : ungkapan ibu akan tingkat kepuasan, observasi proses menyusui, respon/penambahan BB.
         Hasil yang diharapkan : klien akan mendemonstrasikan teknih menyusui, mengungkapkan pemahaman tentang proses/situasi menyusui, menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu lain dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
         Intervensi dan Rasional
a)    Kaji pengetahuan dengan : tingkat pengetahuan, pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
   R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perawatan.
b)   Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan/keluarga.
   R/ mempunyai dukungan yang cukup meningkat kesempatan untuk pengalaman menyusi dengan berhasil. Sikap dan komentar negatif mempengaruhi upaya-upaya dan dapat menyebabkan klien menolak mencoba untuk menyusui.
c)    Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui, perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
   R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan lamanya menyusui
d)   Kaji putting klien ; anjurkan klien melihat putting sehabis menyusui
   R/ identifikasi dan intervensi dini dapat mencegah/membatasi terjadinya luka atau pecah putting yang dapat merusak proses menyusui.

KOLABORASI
         Rujuk klien pada kelompok pendukung; misalnya posyandu
         R/ memberikan bantuan terus-menerus untuk meningkatkan kesuksesan hasil
         Identifikasi sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi misalnya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
R/ pelayanan ini mendukung pembinaan ASI melalui pendidikan klien dan nutrisional.
3)   Cedera, risiko tinggi terhadap
         Faktor risiko dapat meliputi : biokimia, fungsi regulator, efek-efek anastesi, tromboembolisme
         Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda gejala untuk menegakkan diagnosa aktual)
         Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan pelaku untuk menurunkan faktor-faktor risiko/melindungi diri. Bebas dari komplikasi.
         Intervensi dan Rasional
a)    Tinjau ulang kadar Hb darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan. Catat tanda-tanda anemia.
     R/ anemia adalah kehilangan darah mempredesposisikan sinkope klien karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak
b)   Biarkan klien duduk dilantai atau kursi kursi dengan kepala diantara kaki atau berbaring pada posisi datar bila ia merasa pusing.
     R/ membantu mempertahankan atau meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke otak
c)    Berikan kompres panas lokal : meningkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit
     R/ merangsang sirkulasi dan menurunkan penumpukan pada vena di ekstremitas bawah, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan

KOLABORASI        
         Beri MgSO­­4 melalui pompa infus, sesuai indikasi
         R/ membantu matikan kepekaan serebral pada adanya titik atau eklamsia
         Berikan kaos kaki penyokong atau balutan elastis untuk kaki bila risiko-risiko ada atau gejala-gejala flebitis ada.
         R/ menurunkan statis vena melalui aliran balik vena
         Berikan anti koagulan : evaluasi faktor-faktor koagulasi dan perhatikan tanda-tanda kegagalan pembekuan
R/ meskipun biasanya tidak diperlukan, anti koagulan dapat mencegah terjadinya trombus lebih lanjut.
4)   Infeksi, risiko tinggi terhadap
         Faktor risiko dapat meliputi : trauma jaringan/kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif, peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi
         Kemungkinan dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnosa aktual)
         Hasil yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan risiko atau menaikkan penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak febris dan mempunyai aliran lochia dan karakter normal.
         Intervensi dan Rasional
a)    Kaji catatan pranatal dan antenatal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, hemoragi dan tertahannya plasenta
R/ membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat mengganggu penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena infeksi.
b)   Pantau suhu dan nadi secara rutin den sesuai dengan indikasi, catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
R/ kenaikan suhu sampai 100F (38,30C) dalam 24 jam pertama sangat menandakan infeksi.
c)    Evaluasi kondisi puting ; perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin payudara.
      R/ terjadinya fissura pecah-pecah pada putting menimbulkan potensial risiko terkena mastitis.
5)   Eliminasi urin, perubahan
         Dapat dihubungkan dengan ; efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek anastesi
         Kemungkinan dibuktikan oleh ; peningkatan pengisian/distensi kandung kemih, perubahan pada jumlah/frekuensi berkemih.
         Hasil yang diharapkan klien akan ; berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah kelahiran. Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih
         Intervensi dan Rasional
a)    Palpasi kandungan kemih, pantau tinggi fundus uteri dan lokasi serta jumlah aliran lochia
      R/ aliran plasma ginjal yang menaikkan 25% - 50% selama periode pranatal, tetap tinggi pada periode pertama pasca partum, mengakibatkan peningkatan pengisian kandung kemih.
b)   Perhatikan edema laserasi/episiotomi dan jenis anatesi yang digunakan
      R/ trauma kandung kemih atau uretra, atau edema dapat mengganggu berkemih, anatesi dapat mengganggu sensasi penuh pada kantong kemih
c)    Tes urin terhadap albumin dan aseton
      R/ proses katalitik dihubungkan dengan involusi uterus dapat mengakibatkan protemuria (+) pada : 2 hari pertama pasca partum.

KOLABORASI
         Kateterisasi, dengan kateter lurus atau indwelling, sesuai indikasi
         R/ mungkin perlu untuk mengurangi distensi kandung kemih untuk memungkinkan involusi uterus, dan mencegah anatomi kandung kemih karena distensi berlebihan.
         Dapatkan spesimen urin dengan menggunakan teknik penampungan yang bersih atau kateterisasi.
         R/ adanya bakteri atau kultur dan sensitifitas positif adalah diagnosis ISK.