HEPATOMA
- Anatomi dan fisiologi
Hati merupakan kelenjar
terbesar dalam tubuh. Rata-rata sekitar 1500 gram atau 2,5 % berat badan pada
orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lemak yang dicetak oleh
strukturnya.
Permukaan superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah
kanan diafragma dan sebagian kubah kiri.Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal,
lambung, pankreas dan usus. Terdapat dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus
kanan dibagi menjadi segmen anterior posterior bila dilihat dari luar Lobus kiri menjadi segmen medial lateral oleh ligamentum
palsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum palsiforme berjalan dari
hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaannya diliputi oleh peritoneum
viseral kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung
pada diafragma.
Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong hati. Di bawah peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan Kapsula Gillson yang meliputi seluruh organ dan pada hillus atau porta hepatis pada permukaan inferior, ia melanjutkan diri ke dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika dan saluran empedu.
a.
Struktur mikroskopik.
Setiap lobus hati dibagi
menjadi struktur-struktur dinamakan lobulus, yang merupakan unit mikroskopik
dan fungsional organ. Setiap lobus merupakan bentuk heksagonal yang terdiri
atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengeliling
vena sentralis.
Di antara lempengan sel hati terdapat
kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan
arteri hepatika. Sinusoid tidak seperti kapiler lain dibatasi oleh sel
fagositik atau sel kupffer.
Sel kupffer merupakan sistem
monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing
lain dalam darah. Hanya sum-sum tulang yang mempunyai massa sel
monosit-makrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati
merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan
agen toksik.Selain cabang-cabang vena porta dan
arteri hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hati juga terdapat
saluran empedu. Saluran empedu intralobular membentuk kapiler empedu sebagai
unit kecil dinamakan kanakuli (tidak nampak), berjalan di tengah-tengah
lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit diekskresi dalam
kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu makin lama makin besar hingga
menjadi saluran empedu yang besar (duktus koleduktus).
b.
Sirkulasi
Hati mempunyai dua
sirkulasi ; dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta dan dari aorta
melalui arteri hepatika. Sekitar satu pertiga darah yang masuk adalah darah
arteri dan sekitar dua pertiga adalah darah venosa dari vena porta.
Volume total darah yang melewati hati
setiap menit adalah 1500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri,
yang mengosongkan ke vena kava inferior.Vena porta bersifat aneh karena
terletak di antara dua daerah kapiler ; satu dalam hati dan lainnya dalam
saluran cerna. Waktu masuk ke hati, vena
porta bercabang-cabang yang mengadakan kontak dengan melingkari lobulus hati.
Cabang-cabang ini kemudian mempercabangkan vena interlobaris yang berjalan di
antara lobulus-lobulus.
Vena ini membentuk sinusoid yang
berjalan di antara lempengan hepatosit dan bermuara dalam vena sentralis. Vena
sentralis dari beberapa lobulus membentuk vena sub lobaris, yang selanjutnya
bersatu membentuk vena hepatika juga mengosongkan darahnya dalam sinusoid,
sehingga terjadi campuran darah arteria dari arteri hepatika dan darah venos
dari vena porta.
Pada obstruksi aliran darah ke
hati, darah porta dapat mengalami shord sekitar hati ke sistem
vena sistemik.
c.
Fungsi hati
Fungsi dasar hati dapat
dibagi menjadi tiga :
1.)
Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan menyaring darah.
2.)
Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian
besar sistem metabolisme tubuh.
3.)
Fungsi sekresi dan eksresi yang berperan membentuk
empedu yang mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
Fungsi tersebut dijelaskan secara lebih mendetail sebagai berikut :
1.)
Fungsi sistem vaskuler hepar.
Aliran darah melalui hati kira-kira 1100 ml
darah mengalir dari vena porta ke sinusoid hati setiap menit, dan tambahan
sekitar 350 ml lagi mengalir ke sinusoid dari arteri hepatika, dengan total
rata-rata 1450 ml/menit. Jumlah ini sekitar 29 % dari sisa curah jantung,
hampir satu pertiga dari aliran darah total tubuh.
-
Fungsi penyimpanan hati
Karena hati merupakan suatu organ yang dapat diperluas,
sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah
normal hati, meliputi yang di dalam vena hati, adalah 450 ml, atau hampir 10 %
dari total volume tubuh. Bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan
tekanan balik dalam hati meluas dan oleh karena itu 0,5 – 1 liter cadangan
darah kadang-kadang di simpan dalam vena hepatika dan sinus hepatika.
Jadi, sebenarnya hati adalah suatu organ yang besar, dapat
meluas, dan organ venosa yang mampu bekerja sebagai suatu tempat penampungan
darah berlebihan dan mampu mensuplay darah ekstra di saat kekurangan volume
darah.
-
Fungsi pembersih/penyaring darah hati (sistem makrofag
hepatik).
Darah yang melalui kapiler usus mengangkut banyak bakteri
dari usus. Sesungguhnya suatu contoh dari vena porta sebelum masuk ke hati
hampir selalu menumbuhkan kuman basillus colon biila dibiarkan, sedangkan
pertumbuhan basillus colon dari darah dalam sirkulasi sistemik sangat jarang
sekali. Film kecepatan tinggi yang khsusus mengenai kerja sel kupffer, makrofag
pagositik besar yang membatasi sinus venosus hati, menunjukkan bahwa sel-sel
ini dapat membersihkan darah sangat efisien sewaktu darah melewati sinus bila
satu bakteri berhubungan sementara dengan sel kupffer, dalam waktu kurang dari
0,1 detik bakteri akan menembus sel kupffer dan menetap permanen di dalam
sampai bakteri tersebut dicernakan. Mungkin tidak lebih 1 % bakteri yang masuk
ke vena porta dari usus berhasil melewati ke dalam sirkulasi sistemik.
2.)
Fungsi metabolik hati
-
Metabolisme karbohidrat.
Dalam metabolisme karbohidrat, hepar melakukan fungsi
spesifik berikut ini :
a.)
Menyimpang glikogen.
b.)
Mengubah galaktosa dan frukotosa menjadi glukosa.
c.)
Glukoneogenesis.
d.)
Membentuk banyak senyawa kimia penting dari hasil
perantara metabolisme karbohidrat.
Hati terutama penting untuk mempertahankan glukosa darah
normal. Misalnya, penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan
glukosa dari darah menyimpannya dan kemudian mengembalikannya kembali ke darah
bila konsentrasi gula darah mulai turun terlalu rendah. Fungsi ini disebut
fungsi penyangga glukosa dari hati.
Glukoneogenesis dalam hati juga berfungsi mempertahankan
konsentrasi normal glukosa darah karena glukoneogenesis hanya terjadi secara
bermakna apabila konsentrasi glukosa darah mulai menurun di bawah normal. Pada
keadaan demikian, sejumlah besar asam amino dan gliserol dari trigliserida
diubah menjadi glukosa, dengan demikian turut memberikan jalan lain untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang relatif normal.
-
Metabolisme lemak
Walaupun beberapa metabolisme lemak dapat terjadi di semua
sel tubuh, aspek metabolisme lemak tertentu terutama terjadi di hati. Beberapa
fungsi spesifik hati dalam metabolisme lemak :
a.)
Kecepatan oksidasi beta asam lemak yang sangat cepat
untuk mensuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain.
b.)
Pembentukan sebagian besar lipoprotein.
c.)
Pembentukan sebagian besar kolesterol dan fosfolipid.
d.)
Pengubahan sejumlah besar karbohidrat dan protein
menjadi lemak.
-
Metabolisme protein
Beberapa fungsi hati dalam metabolisme protein adalah :
a.)
Deaminasi asam amino.
b.)
Pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan
tubuh.
c.)
Pembentukan protein plasma.
d.)
Interkonversi asam amino yang berbeda demikian juga
dengan ikatan penting lainnya untuk proses metabolisme tubuh.
Deaminasi asam amino dibutuhkan sebelum asam amino dapat
dipergunakan untuk energi atau sebelum asam amino dapat diubah menjadi
karbohidrat atau lemak. Sejumlah kecil deaminasi dapat terjadi dalam jaringan
tubuh lain, terutama ginjal tetapi persentase deaminasi yang terjadi di luar
hati sangat kecil.
Pembentukan ureum oleh hati mengeluarkan amonia dari cairan
tubuh. Sejumlah besar amonia dibentuk melalui proses deaminasi dan jumlahnya
masih ditambah oleh pembentukan bakteri dalam usus secara kontinyu dan kemudian
diabsorbsi ke dalam darah. Oleh karena itu, bila hati tidak berfungsi membentuk
ureum, konsentrasi amonia plasma meningkat dengan cepat dan menimbulkan
hepatikum dan kematian.
Pada dasarnya semua protein plasma kecuali gamma globulin
dibentuk oleh sel hati. Sel hati menghasilkan kira-kira 90 % dari semua protein
plasma.
Hati juga mampu untuk membentuk asam amino tertentu juga
membentuk senyawa penting kimia lain dari asam amino. Misalnya, yang disebut
asam amino non essensial dapat disintetis semuanya dalam hati.
-
Fungsi metabolik hati yang lain
Hepar mempunyai kecenderungan tertentu untuk menyimpan
vitamin, vitamin tunggal yang paling banyak disimpan dalam hati adalah vitamin
A, tetapi sejumlah besar vitamin D dan vitamin B12 juga disimpan
secara normal. Jumlah vitamin A yang cukup dapat disimpan selama 10 bulan untuk
mencegah kekurangan vitamin A. Vitamin D dalam jumlah yang cukup dapat disimpan
untuk mencegah defesiensi selama 3 – 4 bulan, dan vitamin B12 yang
cukup dapat disimpan untuk bertahan paling sedikit satu tahun dan mungkin
beberapa tahun.
Hepar membentuk sebagian besar zat-zat darah yang dipakai
untuk proses koagulasi. Zat–zat tersebut adalah fibrinogen, protrombin,
globulin akselerator, faktor VII, dan beberapa faktor koagulasi penting lain.
Vitamin K dibutuhkan oleh proses metabolisme hati, untuk
membentuk protrombin dan faktor VII, IX ,dan X.
Fungsi hati yang lain penyimpanan besi kecuali besi dalam
hemoglobin darah, sebagian besar besi di dalam tubuh biasanya disimpan di hati
dalam bentuk ferritin.
-
Fungsi sekresi dan eksresi
Medium kimia yang aktif mempunyai kemampuan dalam detoksikasi
atau ekskresi berbagai obat-obatan, meliputi sulfonamid, penicillin,
ampicillin, dan eritromisin ke dalam empedu.
Dengan cara yang sama beberapa hormon yang disekresi oleh
kelenjar endokrin disekresi atau dihambat secara kimia oleh hati, meliputi
tiroksin dan terutama semua hormon steroid seperti estrogen, kortisol dan
aldosteron.
Zat lain yang disekresi oleh hati adalah kalsium. Hati adalah
salah satu jalan utama untuk eksresi kalsium dari tubuh dan merupakan sekresi
pertama oleh hati ke dalam empedu dan kemudian diangkut ke usus dan hilang
dalam faeces.
Akhirnya dari berbagai fungsi hati salah satu adalah untuk
mensekresi empedu, normalnya antara 600 – 1200 ml/hari. empedu melakukan dua
fungsi penting yaitu : pertama, empedu memainkan peranan penting dalam
pencernaan dan absorbsi lemak, bukan akibat enzim apapun dalam empedu yang
menyebabkan pencernaan lemak tetapi karena asam empedu dalam empedu yang
melakukan dua hal :
-
Asam empedu membantu mengemulsi partikel-partikel lemak
yang besar dalam makanan menjadi banyak bentuk partikel kecil yang dapat
diserang oleh enzim lipase yang disekresi dalam getah pankreas.
-
Asam empedu membantu transport dan absorbsi produk
akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui membran mukosa intestinal.
Fungsi empedu yang kedua adalah empedu
bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan yang
penting dari darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin suatu produk akhir dari
penghancuran hemoglobin, dan kolesterol yang dibentuk oleh sel-sel hati.
2.
Defenisi/Pengertian Hepatoma
Hepatoma adalah Karsinoma Hepato Seluler (KHS) adalah
merupakan tumor ganas hati primer yang paling sering ditemukan dibandingkan
dengan tumor ganas primer hati lainnya seperi Limfoma Maligna, Fibrosarkoma dan
Hemangiendotilioma. (Ilmu Penyakit Dalam FKUI Edisi III Hal.
310).
3.
Patologi
Karsinoma hepatoseluler
merupakan 89 % dari semua karsinoma hati primer. Gambaran makroskopis dibagi
menjadi 3 macam, yaitu bentuk masif unifokal, bentuk noduler multifokal, dan
bentuk diffus dengan pertumbuhan infiltrat.
Jenis noduler multifokal paling sering didapat. Bentuk ini
menunjukkan gambaran dungkul yang banyak tersebar di hati, berwarna keruh
kekuningan, dan biasanya terdapat satu nodul yang lebih besar dari yang lain.
Bentuk masif unifokal juga banyak didapat berupa tumor yang
mungkin berukuran besar, menempati salah satu lobus. Jenis ini kadang
menyebabkan perdarahan karena pecahnya simpai tumor, sehingga menimbulkan
perdarahan dalam rongga perut. Bentuk diffus yang jarang didapat sukar
dibedakan dengan gambaran sirosis makronoduler.
Gambaran mikroskopik karsinoma hepatoseluler kebanyakan
berbentuk trabekuler atau sinusoid.
Bentuk lain sperti pseudoglanduler atau asiner, jarang ditemukan. Bentuk
fibrola lamelar biasanya ditemukan pada penderita muda dan tidak berhubungan
dengan sirosis.
Pada karsinoma hepatoseluler selain faal hati yang terganggu,
tumor dapat memproduksi substansi-substansi yang mengakibatkan peningkatan
kadar hemoglobin, kolesterol, kalsium dan alfa feto protein yang disebut
sebagai manifestasi para neoplasma.
4.
Klasifikasi
Karsinoma
hati primer dibedakan atas :
a.
Karsinoma yang berasal dari :
-
Sel-sel hati yang disebut karsinoma hepato seluller.
-
Sel-sel saluran empedu disebut karsinoma
kolangioseluller.
-
Campuran kedua sel tersebut disebut kolangio hepatoma.
b.
Karsinoma yang berasal dari jaringan ikat :
-
Fibrosarkoma
-
Limfoma maligna
-
Leiomiosarkoma
Menurut MC Kew, 1982 karsinoma hati primer dibagi menjadi :
·
Karsinoma yang berasal dari epitelial
-
Karsinoma hepatoselullar
-
Kolangiokarsinoma
-
Kistadenokarsinoma biliaris
-
Karsinoma squamosa
-
Karsinopma mukoepidermoid
·
Karsinoma yang berasal dari mesenkim
-
Hemangiosarkoma
-
Fibrosarkoma
-
Leiomiosarkoma
-
leliomioblastoma
·
Karsinoma bentuk campuran
-
Hepatoblastoma
-
Karsinosarkoma
Secara makroskopis dibedakan atas :
1.)
Tipe masif : biasanya di lobus kanan, batas tegas, dapat
disertai nodul-nodul kecil disekitar massa tumor, bisa dengan atau tanpa
sirosis.
2.)
Tipe Nodular : terdapat nodul-nodul tumor dengan ukuran
yang bervariasi tersebar di seluruh hati.
3.)
Tipe Diffus : secara makroskopis sukar ditentukan daerah
massa tumor.
Walaupun karsinoma hati primer banyak jenisnya, tapi yang paling sering
ditemukan di Indonesia adalah karsinoma hepatoseluller dan karsinoma
kolangioselullar. Hal ini sama dengan yang didapatkan di Afrika sub Sahara,
Asia Timur Jauh dan Asia Tenggara
5.
Penyebaran
-
Intrahepatik : Metastasis dalam hati bisa banyak atau dalam
satu lobus. Penyebaran melalui pembuluh darah, karena sel-sel tumor berbatasan
dengan ruang vaskuler, yang dipanetrasinya. Permeasi limfatik dan infiltrasi
langsung juga terjadi.
-
Ekstrahpatik : Keterlibatan vena porta atau hepatika kecil
atau besar atau vena kava bisa terlibat. Metastasis juga telah ditemukan dalam
varises esophagus, bahkan jika ada sklerosis. Metastasis paru bisa timbul
dengan jalur ini. Emboli tumor menyebabkan trombosis pulmonalis. Penyebaran
sistemik menyebabkan penimbunan di tempat lain, tetapi terutama dalam tulang.
kelenjar limfe regional pada porta hepatis sering terlihat seperti rantai
cervicalis dan mediastinalis dapat juga diinfiltrasi.
-
Histologi metastasis : Tumor sekunder bisa meniru tepat struktur
yang primer, bahkan membentuk empedu. Tetapi kadang-kadang jenis berbeda luas.
Empedu dalam glikogen dalam sel-sel metastasis menggambarkan primer hati.
6.
Manifestasi klinik
a.
Keluhan
Pada awal penyakit
kadang-kadang tidak ada keluhan, atau keluhannya samar-samar, sehingga pasien
tidak sadar sampai pada suatu saat tumor sudah besar. Kebanyakan pasien datang
ke dokter sudah dalam keadaan lanjut, dengan ukuran tumor yang sudah besar.
Keluhan yang sering dirasakan adalah
adanya perasaan sakit atau nyeri yang sifatnya tumpul dan tidak terus menerus,
terasa penuh di perut kanan atas, tidak ada nafsu makan, karena perut selalu
terasa kenyang sehingga berat badan menurun secara drastis.
Pasien merasakan adanya pembengkakan
perut kanan atas atau daerah epigastrium, kadang-kadang ada keluhan seperti
peritonisis lokal atau diffus dalam keadaan seperti itu perlu dipikirkan adanya
perdarahan intra abdominal.
b.
Gejala klinis
Gejala klinis bervariasi
pada umumnya dibedakan atas 6 tipe :
1.)
Klasik : Ditandai dengan malaise, anoreksia, berat
badan menurun, perut terasa penuh, nyeri epigastrium, hati membesar, berbenjol-benjol,
asites.
2.)
Demam : Gejala utama demam menggigil, perasaan lemah,
nyeri perut kanan atas. Hal ini timbul oleh karena nekrosis sentral tumor atau
perdarahan.
3.)
Abdomen akut : Mula-mula tidak bergejala, kemudian tiba-tiba
terjadi nyeri perut hebat, mual, muntah, tekanan darah menurun sampai terjadi
renjatan. Biasanya hal ini terjadi karena adanya perdarahan tumor.
4.)
Ikterus : Tumor memberi gejala ikterus obstruktif
5.) Metastatik : Tanda metastatik pada tulang, kadang-kadang
tanpa teraba massa tumor di hati.
6.) Tersamar : Ditemukan secara kebetulan pada laparatomi
dan pada pemeriksaan lain.
Kebanyakan pasien KHS disertai dengan sirosis hati sebagai
penyakit dasarnya. Sering pasien pada awalnya mengeluh sakit daerah epigastrium
seperti pada keluhan sakit lambung, dan perabaan perut kanan atas, pembesaran
hati dengan konsistensi keras, berbenjol.
Gejala yang dijumpai bergantung pada keadaan pasien pada waktu
datang ke dokter. Seperti dikatakan di atas pada tahap awal biasanya tidak ada
keluhan dan gejala yang khas tapi kalau sudah sampai pada stadium lanjut baru
teraba hati membesar dan konsistensi keras, sering paling banyak ditemukan di
samping adanya asites, ikterus, pembesaran limfe, dan bising arteri.
7.
Pemeriksaan penunjang/diagnostik test
Untuk menegakkan diagnosis
KHS selain anamnesis, pemeriksaan fisis diperlukan beberapa pemeriksaan
tambahan antara lain :
a.
Ultrasonografi
Ultrasonografi merupakan suatu pemeriksaan
pencitraan yang banyak dipakai untuk mendiagnosis tumor hati. Pemeriksaan
ultrasonografi adalah sejenis pemeriksaan yang tidak invasif, aman, tidak
memberikan efek samping kepada pasien dan pemeriksa, dapat dilakukan setiap
saat serta ketepatannya tinggi.
Gambaran ultrasonografi pada KHS bervariasi,
seperti yang dilaporkan oleh beberapa peneliti antara lain : Shinagawa, dkk,
pada KHS diameter kecil pada umumnya hipoekoid, batas jelas, dengan parenkim
sekitarnya atau terlihat adanya rim sonolusen pada KHS diameter besar adalah
hiperekoid.
Pada KHS primer : nodul gema berdensitas
rendah homogen atau heterogen, berbatas tegas disertai bayangan samping
berbentuk pita bebas gema dan ditemukan trombus dalam vena porta terutama pada
KHS lanjut. Pada KHS sekunder nodul dengan diameter kecil gema berdensitas tinggi dikelilingi oleh gema
berdensitas rendah sehingga berbentuk seperti mata sapi, sedangkan nodul
berdiameter besar gema berdensitas tinggi yang disertai daerah bebas gema di
daerah sentralnya dan gambaran gema kasar heterogen yang diffus tanpa disertai
tanda-tanda trombus dalam vena porta.
Kesulitan yang timbul dengan pemeriksaan ini
ialah pada pasien-pasien KHS yang disertai dengan sirosis dan disertai asites
masif.
b.
CT- Scan dan angiografi
Kedua jenis pemeriksaan ini dapat mendeteksi
tumor hati dengan diameter 2 cm dengan diameter kontras lipiodol yang
disuntikkan ke dalam arteri hepatika, lipiodol ini dapat masuk ke dalam nodul
KHS melalui arteri hepatika. Kemudian juga dilaksanakan pemeriksaan
arteriografi dan diikuti dengan pemeriksaan CT scan, maka ketepatan diagnosis
karsinoma hati akan lebih tinggi.
c.
Laboratorium
1.)
Uji faal hati
KHS dapat menyebabkan obstruksi saluran empedu atau
merusak sel-sel hati akibat penekanan oleh massa tumor atau invasi sel-sel
tumor sehingga terjadi gangguan faal hati. Gangguan faal hati tersebut antara
lain peningkatan SGOT dan SGPT, posfatase alkali, laktat dehidrogenase dan
peningkatan alfa – L fukosidase. Gangguan faal hati tersebut hanya memberi
petunjuk kemungkinan adanya KHS tapi tidak spesifik sebagai petanda tumor.
2.)
Fosfatase alkali
Ditemukan pada banyak jaringan dengan konsentrasi tertinggi
berturut-turut pada hati tulang, mukosa usus, dan plasenta. Fosfatase alkali
merupakan suatu grup enzim yang mempercepat hidrolisis fosfat organik dengan
melepaskan fosfat organik. Spesifisitas fosfatase alkali dapat ditentukan
dengan jalan Bend protein, inaktivasi dengan pemanasan dan pengukuran enzim V
nukleotidase dan gamma glutamin transpeptidase.
Fosfatase alkali pada KHS keadaannya meningkat, mekanisme
kenaikan ini belum jelas. Menurut Viranuvatti “Kenaikan ini disebabkan
penekanan tumor terhadap jaringan hati sekitarnya, sehingga terjadi regurgitasi
ke dalam darah.
3.)
Transaminase
Enzim SGOT dan SGPT terdapat dalam sel-sel alat tubuh,
misalnya SGOT terbanyak berturut-turut pada otot jantung, hati, otot corak,
sedangkan SGPT juga ditemukan dalam sel berbagai jaringan tubuh tetapi sumber
utama adalah sel-sel hati. Kenaikan enzim ini disebabkan oleh karena enzim yang
lepas akibat nekrosis atau karena enzim yang bocor dari sel. Enzim SGOT
sebagian besar terikat dalam organel dan sebagian kecil dalam sitoplasma,
sebaliknya enzim SGPT sebagian besar terikat dalam sitoplasma sehingga kalau
terjadi kerusakan dalam membran sel-sel hati maka penaikan SGPT lebih menonjol.
4.)
Paraneoplastik.
a.)
Eritrositosis
Patogenesis eritrositosis pada KHS belum
jelas. Eritropoetin diduga diproduksi dan disekresi oleh tumor. Tapi teori ini
tidak dapat menjelaskan mengapa pada sejumlah kasus tidak ditemukan adanya
eritropoetin jaringan. Beberapa teori lain menerangkan terjadinya eritrositosis
antara lain karena tumor memproduksi sejumlah besar globulin yang berinteraksi
dengan erithropoesies stimulating factor sehingga produksi eritropoetin
meningkat. Hipoksia sel hati merangsang ginjal untuk membuat eritropoetin.
b.)
Hiperkalsemia
Kalsium dalam tubuh ditemukan terbanyak
dalam tulang (98 %) selebihnya terdapat dalam sel dan cairan di luar sel
termasuk plasma. Hiperkalsemia didapatkan pada 0,1 – 0,6 % populasi umum dengan
penyebab terbanyak adalah hiperparatiroidisme dan tumor ganas termasuk KHS.
Mekanisme terajadinya hiperkalsemia pada KHS diperkirakan
karena terjadi peningkatan resorbsi tulang oleh sebab kerusakan langsung pada
tulang akibat metastasis atau melalui jalur peningkatan berbagai hormon antara
lain : paratiroid like substance, prostaglandin dan osteoklastik aktivating
factor.
c.)
Hiperkolesterolemia
Terlihat adanya hubungan antara KHS dan
hiperkolesterolemia, hal ini dimungkinkan karena peningkatan sintesis
kolesterol oleh tumor. Hal ini karena hilangnya mekanisme umpan balik negatif.
Kemungkinan lain disebabkan oleh adanya cacad pada pengambilan kilo mikron
remnant oleh karena kurangnya reseptor pada permukaaan membran sel dan
kerusakan pada pengikatan intraseluler dari kolesterol.
Pada KHS peningkatan kolesterol sebagian
disebabkan oleh obstruksi biliaris. Pada keadaan ini ditemukan suatu
lipoprotein yang densitasnya sama dengan LDL dan disebut sebagai lipoprotein X.
d.)
Alfa feto protein
Alfa feto protein (AFP) adalah suatu glikogen
protein dengan berat molekul kira-kira 70.000 pada manusia AFP mulai terdeteksi
pada fetus umur 6 sampai 7 minggu kehamilan dan memuncak pada minggu ke 13.
pada bayi baru lahir kadarnya antara 10.000 – 100.000 mg/ml, kemudian menurun
sampai kadarnya sama dengan orang dewasa sesudah 250 – 300 hari kelahiran.
AFP pada KHS diduga oleh karena sel-sel hati
mengalami differensiasi seperti sel hati pada masa janin. Di Indonesia batas
normal AFP adalah < 15 gr/ml.
Saat ini AFP pertanda tumor yang baik untuk
KHS dan banyak dipakai untuk pemeriksaan penyaring KSH terutama pada golongan
resiko tinggi.
d.
Biopsi hati dengan jarum
Konfirmasi histologis sangat penting jika
lesi desak ruang kecil telah dideteksi dengan USG atau CT Scan. Jika mungkin
jarum biopsi harus diarahkan ke dalam lesi dibawah kendali pembuatan gambar.
Ada kemungkinan biopsi akan mempercepat penyebaran sepanjang jarum, tetapi
sangat jarang aspirasi jarum halus yang menggunakan jarum ukuran 22 di
heparinisasi memberikan bahan contoh sitologi yang akan mendiagnosis KHS
bediferensiasi sedang dan buruk, tetapi sulit diagnosis citologi tumor
berdiferensiasi baik.
8.
Diagnosis Banding
Massa yang besar di daerah kanan atas tidak selalu merupakan
tumor primer hati, mungkin juga metastasis. Keadaan lain yang serupa tumor
antara lain abses, hematoma dan kista hati.
9.
Pencegahan
Jika infeksi hepatitis B dapat dikendalikan dengan vaksin,
maka insidens KHS akan turun di seluruh dunia, tetapi terutama dalam area
prevalensi pembawa hepatitis B yang tinggi.
Metode pertanian yang lebih baik serta perbaikan penyimpanan
dan transport serealia akan mengurangi mikontaminasi oleh mitotoksin.
10. Pengobatan
KHS pada umumnya sukar diobati baik dengan operasi maupun
sitostatika, sebab biasanya pasien datang pada stadium lanjut dan sudah terjadi
metastasis ke organ-organ sekitarnya.
a.
Kemoterapi
Obat-obat sitostatik bukan merupakan pengobatan yang efektif pada KHS.
Yang banyak digunakan adalah 5 Fluorourasil (5 FU) dan adriamisin yang
diberikan secara intravena dengan memasang selang-selang poliethylen melalui
arteri femoralis. Obat sitostatik tersebut disuntikkan secara teratur setiap
minggu namun hasilnya kurang memberikan harapan.
b.
Radiasi
Pada umumnya tidak banyak perannya, sebab KHS tidak sensitif terhadap
radiasi dan sel hati yang normal sangat peka terhadap radiasi.
c.
Embolisasi
Akhir-akhir ini dikembangkan suatu cara embolisasi trans
kateter arteri hepatik (TAE : Transcatheter Hepatic Arteri Embolization). Cara
ini merupakan pilihan pada pasien-pasien yang tidak mungkin dilakukan operasi
yaitu dengan cara menyuntikkan gel-foam melalui arteri hepatika. Jaringan tumor
yang mendapat aliran darah dari arteri tersebut akan mati oleh karena tidak
mendapat suplai makanan.
Cara ini tidak boleh dilakukan atau kalau ada trombus
vena porta oleh tumor, oleh karena terjadi kehilangan suplai darah total dan
terjadi kegagalan hati dengan cepat.
Penyuntikan alkohol : cara ini akan disebut Percutaneous
Alcohol Injection (PAI) yaitu penyuntikan alkohol etanol langsung ke dalam
tumor dengan tuntunan ultrasonografi.
d.
Pembedahan
Seperti pada tumor ganas lainnya, pengobatan terbaik
adalah dengan pembedahan.
Pembedahan berhasil kalau tumor relatif kecil dan hanya
pada satu lobus. Di samping itu keberhasilan pembedahan dipengaruhi oleh
faktor-faktor misalnya lokasi tumor, besarnya tumor, obstruksi vena porta
intra-hepatik oleh invasi tumor, adanya nodul-nodul metastasis, tidak terdapat
tanda-tanda sirosis.
e.
Immunoterapi
Pertumbuhan kanker bisa dihubungkan kemampuan yang
mengandung tumor untuk menyusun respon immune adekuat bagi lisis sel-sel tumor
dalam jumlah yang mencakupi. Respon immunologi bisa dirangsang oleh sel
pembunuh diaktivasi limfokin (LAK) yang dihasilkan dengan mengobati sel
mononuklear pasien dengan gamma interleukin 2. Kemudian tumor ini dilisis.
f.
Transplantasi hati
Ini jarang digunakan karena hasilnya tidak terlalu
memuaskan. Jika pasien bertahap hidup terhadap pembedahan, maka biasanya
terjadi kekambuhan dan metastasis serta ia bisa diperkuat oleh immunosupressi
yang diperlukan untuk mencegah rejeksi.
g.
Prognosis
Pada umumnya prognosis KHS adalah jelek. Tanpa
pengobatan biasanya terjadi kematian kurang dari satu tahun sejak keluhan
pertama. Pada stadium dini yang dilakukan pembedahan dan diikuti dengan
pemberian sitostatika, umur pasien dapat diperpanjang antara 4 – 6 tahun, sebaliknya
pasien KHS stadium lanjut mempunyai massa hidup yang lebih pendek.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Pada dasarnya secara teoritis asuhan keperawatan pada
hepatoma tidak ada, namun melihat gambaran klinik pada hepatoma sama dengan
sirosis hepatis maka penulis mengangkat konsep dasar asuhan keperawatan sirosis
hepatis pada kasus ini. Konsep asuhan keperawatan pada hepatoma adalah sebagai
berikut :
1.
Tahap pengkajian
a.
Riwayat kesehatan :
Riwayat penggunaan alkohol yang lama, penyakit hati
karena alkohol, riwayat penyakit kandung empedu, trauma pada hati, perdarahan
saluran makanan bagian atas, perdarahan yang disebabkan oleh varises esofagus,
penggunaan obat-obat yang mempengaruhi fungsi hati.
b.
Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan,
kelelahan, terlalu lelah.
Tanda : Letargi, penurunan massa
otot/tonus.
c.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat
GJK kronis, perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati).
Tanda : Disritmia, bunyi jantung
ekstra (S3, S4), DVJ : Vena abdomen distensi.
d.
Eliminasi
Gejala : Flatus.
Tanda : Distensi abdomen
(hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/tak adanya bising usus, faeces
warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.
e.
Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna, mual/muntah.
Tanda : Penurunan berat badan
atau peningkatan (cairan), penggunaan jaringan, edema umum pada jaringan, kulit
kering, turgor buruk, ikterik : angioma spider, nafas berbau/foetor hepatikus,
perdarahan gusi.
f.
Neurosensori
Gejala : Orang
terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental.
Tanda : Perubahan mental,
bingung halusinasi, koma, bicara lambat/tak jelas, asterik (ensefalofati
hepatik).
g.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri
tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer.
Tanda : Prilaku
berhati-hati/distraksi, fokus pada diri sendiri.
h.
Pernafasan
Gejala : Dispnea.
Tanda : Takipnea, pernafasan
dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru terbatas (asites), hipoksia.
i.
Keamanan
Gejala : Pruritus.
Tanda : Demam (lebih umum pada
sirosis alkoholik), ikterik, ekimosis, petekie, angioma spider/telengiekstasis,
eritema palmar.
j.
Seksualitas
Gejala : Gangguan
menstruasi, impoten.
Tanda : Atrofi testis,
ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan diet tidak adekuat, ketidakmampuan untuk memproses/mencerna makanan.
b.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, retensi natrium.
c. Resiko tinggi terhadap gangguan integritas kulit
berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
d. Resiko tinggi terhadap pola nafas tak efektif
berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ; asites.
e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
gangguan faktor pembekuan ; gangguan absorbsi vitamin K.
f.
Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir
berhubungan dengan peningkatan serum amonia ; perubahan proses fisiologis.
g. Gangguan harga diri/citra tubuh berhubungan dengan
perubahan biofisika/gangguan penampilan fisik ; pribadi rentan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan
interpretasi ; ketidakbiasaan terhadap sumber informasi.
3.
Intervensi
a.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet tidak adekuat ; ketidakmampuan
memproses/mencerna makanan.
Tujuan : Peningkatan berat badan, nilai laboratorium
normal, tak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
·
Rencana tindakan :
1.)
Ukur masukan nutrisi.
Rasional : Memberikan
informasi tentang kebutuhan pemasukan/defesiensi.
2.)
Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Sebagai
indikator langsung status nutrisi.
3.)
Bantu dan dorong pasien untuk makan ; jelaskan alasan
tipe diet rasional ; diet penting untuk penyembuhan.
4.)
Berikan makan sedikit dan sering.
Rasional : Buruknya
toleransi terhadap makanan mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen.
5.)
Batasi masukan kafein, makanan berbumbu dan yang
mengandung gas.
No comments:
Post a Comment