BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan upaya
kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya peningkatan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu
diperhatikan dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini
perawat melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara
menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam proses pertumbuhan dan
pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang
menyerang kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita
diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika
serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya
(Brunner & Suddarth, 2000 Hal. 1220)
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia.
Diantara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6 % menderita diabetes
tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia. Di Amerika
Serikat, orang Hispanik, Negro dan sebagian penduduk asli Amerika memiliki
angka insidens diabetes yang lebih tinggi dari pada penduduk kulit putih.
Sebagian penduduk asli Amerika, seperti suku Pima, mempunyai angka diabetes
dewasa sebesar 20 % hingga 50 %.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem
dan merupakan suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus yang datang
ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Menurut catatan medik RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Dari
3240 penderita penyakit dalam , jumlah penderita Diabetes Mellitus yang dirawat
pada bulan Januari sampai Desember 2002 sebanyak 264 orang (8,1%) dengan
Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) sebanyak 9 orang (3, 40 %).
Berdasarkan hal tersebut diatas dan hasil penentuan
kasus, penulis mengangkat kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.
U dengan Diabetes Mellitus Tipe I di Ruang Perawatan Interna Atas Perjan RS.
DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar” dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
B.
Batasan Masalah
Pada penulisan karya tulis ini, penulis membatasi
ruang lingkup masalah hanya pada asuhan keperawatan yang diberikan pada satu
klien yang dirawat di Ruang Interna Atas RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar dengan gangguan sistem endokrin
: Diabetes Mellitus Type I, mulai tanggal 31 Maret s.d 1 April 2003.
Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kasus
Diabetes Mellitus sangatlah penting, karena itulah sehingga penulis membatasi
masalah hanya pada asuhan keperawatan klien Tn. U dengan Diabetes Mellitus yang
dirawat di Ruang Interna Atas Atas RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama dua hari.
C.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
memperoleh informasi atau gambaran nyata tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk memperoleh gambaran tentang pengkajian fisik pada
pasien Diabetes Mellitus.
b.
Untuk memperoleh gambaran tentang diagnosa perawatan
dan rencana keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
c.
Dapat melakukan tindakan perawatan pada pasien Diabetes
Mellitus.
d.
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan evaluasi
keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus.
e.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien Diabetes
Mellitus secara benar dan baik.
D.
Manfaat Penulisan
1. Sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Politeknik Kesehatan
Program Studi Keperawatan Tidung Kelas
Khusus Keperawatan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
2.
Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khususnya
di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar
3.
Bahan bacaan.
E.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis
ini adalah :
1.
Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari literatur-lliteratur yang
ada relevansinya dengan karya tulis ini antara lain buku dan catatan kuliah.
2.
Studi Kasus
a.
Wawancara
Untuk mendapatkan data lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada
klien, dilakukan dengan cara auto anamnese dan allo anamnese
b.
Observasi
Melakukan observasi langsung kepada pasien Diabetes Mellitus dan juga
mengamati perubahan yang terjadi pada klien.
3.
Studi Dokumenter
Data-data yang didapat dari status klien di ruangan
catatan perawatan, instruksi dokter dan tim kesehatan lainnya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam
penyusunan karya tulis ini, penulis membagi dalam lima bab, yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis meliputi :
Konsep dasar medis yang terdiri dari : Pengertian,
anatomi dan fisiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gambaran klinik,
penatalaksanaan, komplikasi.
Konsep dasar keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian
data, perencanaan, tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan
evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus
Membahas asuhan keperawatan pada klien Tn. U yang dirawat
di ruang Interna Atas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Menguraikan tentang kesenjangan antara teori dan praktek
keperawatan yang telah dilaksanakan pada kasus yang telah ditentukan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan : Merupakan rumusan dari seluruh
karya tulis ini.
Saran : Merupakan tanggapan dan hal-hal
yang dirumuskan berdasarkan kesimpulan.
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
A. Konsep Dasar Medik
1.
Pengertian Diabetes Mellitus
a.
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks
yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis
(Barbara C. Long, 1996).
b.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia
yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat
(Brunner dan Sudarta, 1999).
c.
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol (WHO).
d.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang
ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 –
6 % (John MF Adam).
2.
Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya
sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100
gram. Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan
ekornya menyentuh kelenjar lympe, berfungsi mengekskresi insulin dan glikogen
ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a.
Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar
terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b.
Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu
letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c.
Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan
yang sebenarnya menyentuh lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a.
Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b.
Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya
keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel
utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan
struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa
mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka,
yaitu :
a.
Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula
yang membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim
dari pancreas adalah :
1.)
Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau
maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian
dijadikan monosakarida.
2.)
Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida
kemudian menjadi asam amino.
3.)
Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi
asam lemak dan gliserol gliserin.
b.
Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi
membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang
tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glukagon
1).
Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.
Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh
ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a.)
Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu
meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat
sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam
hati dengan bentuk glikogen.
b.)
Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa
darah normal.
c.)
Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang
rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang saraf simpatis untuk
meningkatkan pelepasan glukosa ke dalam darah. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih
lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.)
Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.)
Mengurangi konsentrasi gula darah
c.)
Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2).
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh
sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam
darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan
terdiri dari 29 rantai asam amino.
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi
glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon
dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat
menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah
pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat
memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap
hypoglikemia.
3.
Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita
mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang
menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang
mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap
penyebab yaitu :
a.
Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan
keluarga yang menderita Diabetes Mellitus mencapai 5, 33 % bila dibandingkan
dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.
Faktor non genetik
1.)
Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2.)
Nutrisi
a.)
Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap
insulin.
b.)
Malnutrisi protein
c.)
Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya
pankreatitis.
3.)
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)
Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
4.
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi
beberapa type yaitu :
a.
Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen
Diabetes Mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes
(JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya
ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda
dapat disebabkan karena keturunan.
b.
Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes
Mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD)
terbagi dua yaitu :
1.)
Non obesitas
2.)
Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel
beta pancreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun)
atau anak dengan obesitas.
c.
Diabetes Mellitus type lain
1.)
Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas,
kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2.)
Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara
lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan
asam hidotinik
3.)
Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi
glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan
glukosa ke fetus.
5.
Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan
dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2)
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi
pada Diabetes Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine
penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan
filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam
jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus
yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
6.
Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus
sebagai berikut :
Pada
tahap awal sering ditemukan :
a.
Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh
banyak kencing.
b.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c.
Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar).
d.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein.
e.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7.
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes
Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi
acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia
akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan
intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien
mengatasi kondisi ini.
8.
Komplikasi
a.
Akut
1.)
Hypoglikemia
2.)
Ketoasidosis
3.)
Diabetik
b.
Kronik
1.)
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.)
Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati
diabetik, nefropati diabetic.
3.)
Neuropati diabetic.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan
keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan
yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif
untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana
sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
endokrin.
1.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi
: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan
masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal
yang perlu dikaji pada klien dengan Diabetes Mellitus :
a.
Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b.
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c.
Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.
Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.
Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.
Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.
Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.
Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.
Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering
terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien Diabetes Mellitus yaitu :
a.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
b.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
3.
Rencana Keperawatan
a.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran
urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia
dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa.
Rasional : Merupakan
indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)
Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan
perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
4.)
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan
hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.)
Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe
dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons
pasien secara individual.
b.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi teratasi dengan kriteria :
-
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
-
Menunjukkan tingkat energi biasanya
-
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi
kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji
pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)
Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika
makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama
ini dapat diupayakan setelah pulang.
4.)
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan
rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.
5.)
Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai
indikasi.
Rasional : Insulin
reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
c.
Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi dengan kriteria :
-
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
-
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).
Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien
mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).
Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci
tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah
timbulnya infeksi silang.
3).
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
4).
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi
perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko
terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).
Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam.
Rasional : Membantu
dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
d.
Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan persepsi sensori dengan kriteria :
-
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
-
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)
Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai
dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)
Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan
kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)
Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin,
dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu
memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
orientasi pada lingkungannya.
4.)
Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau
kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati
perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan
gangguan keseimbangan.
e.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
Tujuan : Kelelahan berkurang/hilang dengan kriteria :
-
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
-
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan
dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2.)
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat
yang cukup.
Rasional : Mencegah
kelelahan yang berlebihan.
3.)
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan
kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi.
f.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan : Perasaan ketidakberdayaan klien dapat berkurang/hilang dengan
kriteria :
-
Mengakui perasaan putus asa
-
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
-
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan
secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)
Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan
perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara
keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi
area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)
Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan
yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri
dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin
mengganggu kemampuan koping.
3.)
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)
Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta
dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan
perasaan kontrol terhadap situasi.
g.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
keselahan interpretasi informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien meningkat dengan kriteria :
-
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
-
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
-
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)
Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai
dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian
dalam proses belajar.
2.)
Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya
hidup.
3.)
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan
tinggi serat.
Rasional : Kesadaran
tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan
makan/mentaati program.
4.)
Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara
teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu
untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana
keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien sesuai
dengan rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat menerapkan
keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain,
yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat memberikan asuhan
keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-menerus guna
perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.
Beberapa faktor dapat
mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan, antara lain sumber-sumber
yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana
asuhan keperawatan dilakukan.
Pelaksanaan tindakan
keperawatan pasien (empat tindakan yang utama) :
a.
Melaksanakan prosedur keperawatan
b.
Melakukan observasi
c.
Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
d.
Melaksanakan program pengobatan.
Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan berdasarkan standar asuhan
keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah ditetapkan.
5.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus
adalah :
a.
Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat
?
b.
Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang
diinginkan ?
c.
Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan
kadar glukosa ?
d.
Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?
e.
Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi
dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f.
Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu
merencanakan perawatannnya sendiri ?
g.
Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit ?
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan mengemukakan kesenjangan antara teori dengan
data yang didapatkan pada tinjauan kasus yang telah diuraikan sebelumnya baik
dari segi medis maupun konsep keperawatannya.
Dalam asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. U dengan gangguan sistem
endokrin akibat Diabetes Mellitus, juga ditemukan beberapa kesenjangan. Untuk
memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, maka penulis membahas
sebagai berikut :
A.
Pengkajian
Berdasarkan teori yang ada, data yang umumnya
didapatkan pada klien dengan Diabetes Mellitus antara lain poliuria, polipagia,
polidipsi, berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Sedangkan
pada penatalaksanaan kasus, data yang penulis dapatkan antara lain rasa sakit
pada lengan akibat luka pada punggung tangan kanan dan lengan kanan, kurang
minat terhadap makanan, penurunan berat badan, porsi makan tidak dihabiskan.
Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah tidak ditemukannya keadaan polipagia,
polidipsi, dan poliuria. Hal ini disebabkan karena kadar gula darah sudah
menurun setelah mengkonsumsi obat-obatan selama ± 20 hari di rumah sakit
ditandai kadar gula hasil pemeriksaan terakhir 183 mg/dl dan pembatasan intake.
B.
Diagnosa Keperawatan
Pada klien Diabetes Mellitus, diagnosa keperawatan
yang sering muncul menurut teori ada 7 antara lain:
1.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
2.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral.
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
4.
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
5.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
6.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
7.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan
interpretasi informasi.
Sedangkan pada kasus, penulis menemukan 5 diagnosa
keperawatan yaitu :
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus
pada tangan.
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tindakan
infasif.
4.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan
tindakan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi
5.
Resiko terjadinya infeksi sekunder berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan dan ketidakmampuan pasien dalam perawatan luka.
Kesenjangan yang penulis dapatkan meliputi :
Ada 4 diagnosa yang ada dalam teori tidak ditemukan
dalam kasus nyata yaitu :
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis
osmotik tidak ditemukan karena diuresis osmotik biasanya disebabkan karena
peningkatan kadar gula yang berlebihan sehingga meningkatkan diuresis,
sedangkan pada kasus kadar glukosa darah sudah terkontrol.
2.
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa, insulin, dan atau elektrolit
tidak ditegakkan karena klien sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan serta
kontrol gula darah.
3.
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik tidak ditegakkan oleh penulis karena diagnosa gangguan aktifitas
fisik sudah mencakup diagnosa ini.
4.
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain
tidak diangkat karena klien menderita Diabetes Mellitus belum lama sehingga
tingkat ketergantungan klien masih kurang.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam
kasus nyata tetapi tidak ada dalam teori yaitu :
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada tangan. Diagnosa ini muncul
akibat luka yang dialami klien pada tangan kanan setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas.
2. Intolerans
aktifitas ditegakkan karena diagnosa tersebut didukung oleh ungkapan klien
tidak dapat melakukan aktifitas, luka pada tangan kanan, terpasang infus pada
tangan kiri dan aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
C.
Perencanaan
Pada perencanan keperawatan dari ketiga diagnosa
yang diangkat, kesenjangan yang ada antara teori dengan perencanaan keperawatan
yang disusun sebagai berikut :
1.
Pada diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan ulkus pada tangan dan intolerans aktivitas berhubungan dengan tindakan
invasif, dalam perencanaannya dibuat sesuai dengan pengetahuan penulis dan
kebiasaan rumah sakit serta kebutuhan klien. Hal ini karena diagnosa ini tidak
ditemukan dalam tinjauan teoritis.
2.
Pada diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan
dengan anoreksia, intervensi timbang berat badan setiap hari tidak dimasukkan
dalam perencanaan asuhan keperawatan karena waktu yang diberikan kepada penulis
cukup singkat sehingga hasil pengukuran berat badan hari I dan hari II menurut
penulis tidak dapat berubah secara cepat, sehingga pengukuran berat badan hanya
dilakukan satukali pada saat pengkajian. Disamping itu intervensi anjurkan
pasien makan dalam posisi tegak dan berikan perawatan mulut sebelum makan
direncanakan pada kasus meskipun tidak terdapat dalam teori. Hal ini disebabkan
karena dalam penyusunan rencana keperawatan penulis juga harus memperhatikan
kebutuhan klien.
3.
Pada diagnosa kurang pengetahuan, tidak didapatkan
kesenjangan dalam penyusunannya.
D.
Pelaksanaan
Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang
dilakukan selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat terlebih dahulu.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang terdapat dalam perencanaan keperawatan
semuanya dapat dilaksanakan dengan baik,
hal ini disebabkan karena klien dan keluarga kooperatif terhadap setiap
tindakan yang dilakukan dan partisipasi aktif dari petugas ruangan.
E. Evaluasi
Evaluasi
merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi meliputi hasil
dan proses pada kasus ini menunjang adanya kemajuan atau keberhasilan dari
masalah yang dihadapi oleh klien/keluarga.
Pada
kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagai
metode pemecahan masalah, pada evaluasi setelah dirawat selama dua hari yaitu
sejak tanggal 31 Maret 2003 s.d 1 April 2003 menunjukkan dari 5 diagnosa yang
ditegakkan oleh penulis, dua diagnosa keperawatan yang dapat teratasi/tidak
terjadi yaitu kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
serta resiko terjadi infeksi sekunder. Kedua diagnosa ini dapat teratasi
setelah klien mendapatkan penyuluhan tentang Diabetes Mellitus dan klien diberi
kesempatan untuk mempertanyakan hal – hal yang ingin diketahuinya dan tidak
terjadi resiko akibat penanganan luka yang adekuat ditandai dengan tidak nampak
adanya pus pada luka.
Sedangkan 3 diagnosa keperawatan belum dapat
diatasi. Diagnosa tersebut tidak dapat diatasi dan penyebabnya dapat dilihat
pada gambaran berikut :
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan ulkus pada tangan. Diagnosa ini belum
dapat diatasi karena proses penyembuhan luka yang memerlukan waktu yang cukup
lama terlebih lagi pada penderita Diabetes Mellitus yang memerlukan pengawasan
kadar gula darah untuk dapat mempercepat proses penyembuhannya sedangkan waktu
yang diberikan kepada penulis sangat singkat.
2. Gangguan
pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia. Diagnosa ini belum dapat diatasi
karena gangguan pemenuhan nutrisi merupakan masalah yang cukup kompleks
sehingga dalam waktu yang singkat tidak dapat dicapai sesuai dengan hasil yang
diharapkan, namun pun demikian pemenuhan nutrisi pada kasus penulis sudah
menunjukkan tanda – tanda kearah perbaikan dibuktikan dengan klien mengatakan
minat untuk makan sudah mulai meningkat dan porsi yang diberikan sudah
dihabiskan 1 porsi.
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan tindakan invasif. Hal ini belum dapat diatasi
disebabkan karena ulkus klien yang belum sembuh, infus yang masih terpasang,
serta keadaan kelemahan yang dialami oleh hampir semua penderita Diabetes
Mellitus yang telah menjalani perawatan lama di rumah sakit.
Untuk diagnosa keperawatan yang belum teratasi,
penulis menyampaikan rencana keperawatan pada perawat ruangan Interna Atas RS.
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, sehingga tindakan yang direncanakan dapat
diteruskan untuk menunjang kesembuhan klien.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
Setelah menyelesaikan studi kasus pada klien Tn. U dengan gangguan sistem
endokrin ; Diabetes Mellitus di ruang Interna Lontara II Atas Perjan RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, dengan bertitik tolak pada pembahasan bab
sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran-saran sebagai
berikut :
A. Kesimpulan
1.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang
menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
2.
Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat
memberikan hasil bervariasi antara pasien satu dengan yang lain. Pada umumnya
data dan gejala yang ditemukan timbul sebagai akibat terjadinya kekurangan
insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam sel.
3.
Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari
diet, yang merupakan hal yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat,
obat-obatan dan juga pendidikan kesehatan mengenai penyakit tersebut.
B. Saran-saran
1.
Untuk klien dan keluarga
Setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta komplikasi
yang ada maka klien perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan
kontrol diet, aktifitas yang seefektif mungkin untuk mencegah terjadinya
peningkatan gula darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal
ini.
2.
Untuk petugas di ruangan
Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan klien, perawat dan tim kesehatan lain dalam melaksanakan asuhan
keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, dapat
membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
3.
Untuk masa yang akan datang, penulis menyarankan jika
memungkinkan bahwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya
tulis ini perlu diberi waktu lebih lama agar memudahkan dalam melakukan
evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges,
E. Marylinn, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Endokrin, EGC Jakarta.
__________________,
2000, Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC, Jakarta.
Engram,
Barbara, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.
Guyton
and Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.
Long,
C. Barbara, 1996, Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni
Pendidikan Padjajaran Bandung.
Purmoharjo,
Hotma, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC,
Jakarta.
Price,
A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, 1995, Patofisiologi, Edisi IV,
EGC. Jakarta.
Tjokronegoro,
Arjatmo, Hendra Utama,1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi
III, EGC. Jakarta.
Cara Menyembuhkan Penyakit Sipilis Herbal
ReplyDeleteCara Herbal Mengobati Sipilis
Cara Paling Herbal Untuk Mengobati Sipilis
Cara Yang Herbal Untuk Menyembuhkan Penyakit Sipilis
Cara Pengobatan Sipilis yang Herbal