Friday, January 31, 2014

MAKALAH HEPATITIS




BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.      Pengertian
Hepatitis akut adalah penyakit infeksi sistemik yang menimbulkan peradangan dan nekrosis dari sel-sel hati.

2.      Anatomi Fisiologi
a.      Anatomi
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr, atau 2,5 % berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak oleh struktur sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fissura segmentalis kanan yang tidak terlihat di luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan lipatan peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan kapsul glisson, yang meliputi seluruh permukaan organ ; kapsula ini pada hilus atau porta hepatis di permukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, dan saluran empedu.
Struktur mikroskopik :
Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang dinamakan lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ (gambar). Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperti kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kuffer. Sel kuffer merupakan sistem monosit-makrofag yang lebih banyak daripada yang terdapat dalam hati, jadi hati merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatica yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang sangat kecil yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan di tengah-tengah lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit dieksresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama makin besar, hingga menjadi saluran empedu yang besar (duktus koledokus).
Vena porta menerima aliran darah dari saluran limpa dan pankreas. Darah vena porta ini berbeda dengan darah vena lain karena :
-          Tekanan sedikit lebih tinggi.
-          Oksigen lebih tinggi, karena aliran darah di daerah splanknikus ini relatif lebih banyak.
-          Mengandung lebih banyak zat makanan.
-          Mengandung lebih banyak sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan.
Volume total darah yang melalui hati 100 – 1500 ml tiap menit dan dialirkan melalui vena hepatica kanan dan kiri yang mengosongkannya ke vena kava inverior.
b.      Fungsi Hati
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh.
Dari berbagai fungsi tersebut diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa fungsi dasar hati adalah :
1.)    Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.
2.)    Fungsi metabolik
3.)    Fungsi pertahanan tubuh
4.)    Fungsi vaskular hati

Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu

Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan, kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.

Fungsi Metabolik

Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.

Fungsi Pertahanan Tubuh

Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dimana yang berperanan penting adalah sel kuffer yang berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis dan juga menghasilkan immunolobulin.

Fungsi Vaskuler Hati

Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu dari arteria hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial ini akan masuk dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit.
3.      Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional darah dari hepar disebut lobule karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar. Pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang rusak dibuang dari tubuh oleh respon imune digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya sebagian besar oleh pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal 
4.      Etiologi
a.       Virus.
b.      Bakteri (salmonella typhi).
c.       Obat-obatan.
d.      Racun (hepatotoxic).
e.       Alcohol.

5.      Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid) dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).
Hepatitis virus A     :   RNA
Hepatitis virus B     :   DNA
Hepatitis virus C     :   RNA
Hepatitis virus D     :   RNA
Hepatitis virus E     :   RNA

6.      Manifestasi Klinik
Terdapat tiga stadium :
a.       Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4 – 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih coklat.
b.      Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah, tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri tekan.
 c.       Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua. Karena penyebab yang biasa berbeda.

7.      Penularan

HVA
HVB
HVC
HVD
HVE






Penularan
Fekal oral

Parenteral
Darah
Saliva
Seksual
Darah
Saliva
Darah
Fekal oral

Resiko penularan untuk HVA yaitu : sanitasi buruk, institusi yang ramai seperti rumah perawatan, rumah sakit jiwa, jasa boga, terinfeksi. Sedangkan resiko penularan HVB aktivitas homoseksual, memiliki banyak pasangan seksual, memakai obat-obatan melalui suntikan intravena, hemodialisis kronik, pekerja sosial di bidang kesehatan, transfusi darah (sekarang sudah jarang karena ada pemeriksaan rutin).


8.      Pencegahan
Karena terbatasnya pengobatan hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan diataranya sebagai berikut :
a.       Kini tersedia globulin imun HBV tertinggi (HBIG) dan vaksin untuk pencegahan dan pengobatan HBV, utamanya bagi petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi misalnya pada hemodialisis, transfusi tukar dan terapi parenteral perlu sangat hati-hati dalam menangani peralatan parenteral tersebut.
b.      Hindari kontak langsung dengan barang yang terkontaminasi virus hepatitis akut.
c.       Pelihara personal hygiene dan lingkungan.
d.      Gunakan alat-alat disposible untuk suntik.
e.       Alat-alat yang terkontaminasi disterilkan.

9.      Penatalaksanaan
a.       Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim.
b.      Diet TKTP, pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah.
c.       Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
d.      Terapi sesuai instruksi dokter.
e.       Jaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
f.       Alat-alat makan disterilkan.
g.      Alat-alat tenun sebelum dicuci direndam dahulu dengan antiseptik.

10.  Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (picce meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.

11.  Pemeriksaan Diagnostik
a.       Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
b.      Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi.
c.       Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
d.      Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler
e.       Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f.       Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintetis protrombin akibat kerusakan sel hati.
g.      Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktus biliaris.

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pada sub bab ini penulis akan menguraikan tentang proses keperawatan sebagai dasar dari pelayanan profesional.
Proses perawatan adalah metode pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah dan melaksanakan serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan tersebut. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan digunakan suatu pendekatan proses perawatan yang terdiri dari langkah-langkah ilmiah yaitu pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang kesemuanya saling berkesinambungan dan dalam prakteknya dilaksanakan pada semua tingkat usia dengan berbagai kondisi.
  1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tehap pertama dari proses keperawatan, dimana data dikumpulkan.
Pada klien dengan kelainan hati dapat ditemukan keluhan sebagai berikut :
a.       Data subyektif
Data subyektif adalah apa yang dilaporkan, diyakini atau dirasakan pasien.
Penjelasan klien mengenai keluhan atau gejala dan perjalanan penyakit merupakan data yang sangat berguna bagi perawat dalam merencanakan pada klien dengan penyakit hati.
Diantara gejala-gejala potensial dapat terlihat sebagai berikut :
-          Anoreksia.
-          Malaise.
-          Mual dan muntah.
-          Sakit kepala.
-          Keluhan nyeri pada abdomen kanan atas.
-          Keluhan nyeri sendi.
-          Perubahan suasana hati (ansieti).
-          Riwayat penggunaan obat-obatan.
-          Riwayat terpapar secara tidak sengaja pada jarum atau instrument yang terkontaminasi.
b.      Data obyektif
Data obyektif adalah apa yang diobservasi, contohnya tanda-tanda vital, tingkah laku, pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh dibutuhkan selama perawatan pasien dengan disfungsi hati dapat memburuk dengan cepat. Ada beberapa faktor yang menekan fungsi hati yang perlu diobservasi.
-          Berat badan.
-          Tanda-tanda vital.
-          Intake dan output.
-          Penampilan umum seperti : massa otot, warna kulit, dan sclera.
-          Status mental.
-          Suara pernafasan dan usaha pernafasan.
-          Abdomen, termasuk lingkar perut.
-          Ekstremitas edema.
-          Warna urine dan faeces.
-          Perubahan suhu tubuh intermitten, mitten, dan continue.
-          Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas.
-          Teraba splenomegali (9 sampai 13 cm), terasa keras, tajam, permukaan licin.
-          Area pembesaran pekak limpa.

Test Diagnostik

Beberapa tes diagnostik untuk menentukan luas dan seriusnya penyakit hati seperti :
-          SGOT, SGPT, alkali fosfatase bilirubin serum (meningkat).
-          Biopsi hati.
-          Foto abdomen, endoskopi, scan hati dan ultrasonografi.

  1. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Tahap kedua dari proses keperawatan sering disebut juga sebagai analisis, dan juga identifikasi masalah atau diagnosa keperawatan.
Lebih spesifik, identifikasi masalah adalah suatu proses analisis data dengan menggunakan penentuan diagnosa atau suatu bentuk penilaian klinik dimana pertimbangan, keputusan dan kesimpulan dibuat tentang makna dari data yang sudah dikumpulkan dalam upaya untuk menentukan apakah ada atau tidak intervensi keperawatan yang diperlukan.
Analisis adalah proses pemeriksaan dan mengkategorikan informasi untuk mendapatkan sebuah kesimpulan tentang kebutuhan pasien.
Jadi analisa data pada pasien dengan disfungsi hati dan pasien dengan kasus lain tidak ada perubahan.
Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit hati antara lain :
a.       Intolerans aktivitas berhubungan dengan keletihan atau kelemasan sekunder terhadap infeksi.
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan sekunder terhadap anoreksia, muntah, perubahan absorbsi usus.
c.       Ansietas berhubungan dengan proses penyakit, perawatan di rumah sakit dan isolasi.
d.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penularan serta penatalaksanaan perawatan.
e.       Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang diakibatkan karena muntah, demam, diare.
f.       Resiko terhadap perubahan perlindungan/resiko injury berhubungan dengan profil darah atau koagulasi abnormal.
g.      Resiko terhadap kerusakan integritas jaringan kulit yang berhubungan dengan ikterik dan pruritus.

  1. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan dimana tujuan/hasil ditentukan dan intervensi dipilih.
Rencana perawatan adalah bukti tertulis dari tahap dua dan tahap tiga proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah/kebutuhan pasien, tujuan, hasil perawatan dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah/kebutuhan pasien.
Dari beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada pasien penyakit hati dapat dilakukan intervensi sebagai berikut :
a.       Diagnosa intolerans aktivitas.
Intervensi :
-          Pertahankan tirah baring dengan lingkungan yang tenang ; bantu klien dalam mencari posisi yang nyaman.
-          Bantuk dan ajarkan klien untuk berbalik setiap 2 jam dan nafas dalam setiap ½ jam.
 -          Ubah posisi dengan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
-          Berikan aktivitas yang menghibur.
-          Bantu dengan dan ajarkan latihan rentang gerak pasif atau aktif sementara pasien di tempat tidur.
-          Koordinasikan perawatan untuk memberikan waktu istirahat yang direncakan.
-          Ambulasi dengan memberikan bantuan.
-          Kaji respon terhadap peningkatan aktivitas.
-          Berikan support terhadap kemajuan mencapai ketidaktergantungan.
b.      Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Intervensi :
-          Kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan berikan diet lunak, pemantauan pemasukan protein, lemak dan karbohidrat.
-          Berikan makanan dalam jumlah kecil, sering, disajikan dengan menarik.
-          Perbanyak cairan sampai 2500 ml/24 jam kecuali terdapat kontra indikasi ; masukan jus buah dan makanan yang  mengandung karbonat karena makanan tersebut mudah dicerna.
-          Timbang BB klien setiap hari pada waktu yang sama dengan pakaian dan alat penimbang yang sama.
-          Lakukan perawatan oral, terutama sebelum makan.
-          Pantau glukosa darah.
c.       Diagnosa ansietas
Intervensi :
-          Berikan dorongan dan sediakan waktu untuk mengkomunikasikan rasa takut serta masalah.
-          Pertegas keterangan dokter tentang proses penyakit dan rasional pengobatan.
-          Jelaskan tujuan prosedur isolasi pada pasien dan atau orang terdekat.
-          Kaji pola koping saat ini dan bersikap mendukung dan mengerti.
-          Berikan dorongan untuk berkomunikasi dengan orang terdekat.
-          Hindari tentang membuat penilaian tentang gaya hidup pasien.
-          Kenakan pakaian yang berwarna cerah (biru, merah) untuk mengaburkan ikterik.
d.      Diagnosa kurang pengetahuan.
Intervensi :
-          Berikan dan bicarakan instruksi diet tertulis tentang jumlah protein, karbohidrat, dan lemak yang diperbolehkan ; jangan minum alkohol selama 1 tahun.
-          Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan ; hindari mengangkat berat badan, latihan yang melelahkan dan olahraga kontak badan, latihan sampai batas toleransi dan perbanyak istirahat dan tidur.
-          Jelaskan sifat infeksi dan perlunya menghindari menginfeksi yang lainnya sampai hasil pemeriksaan laboratorium sampai menunjukkan hasil normal : pentingnya untuk tidak mendonorkan darah dan menghindari orang lain yang mengalami infeksi terutama ISPA.
-          Berikan informasi tentang rehabilitasi obat-obatan bila diperlukan.
-          Tekankan pentingnya untuk mengikuti perawatan tindak lanjut selama 1 tahun.
-    Pemeriksaan laboratorium teratur sesuai dengan pesanan perawatan tindak lanjut dengan dokter.
-          Diskusikan gejala kekambuhan yang harus dilaporkan kepada dokter.
e.       Diagnosa resiko kurangnya volume cairan.
Intervensi :
-          Pertahankan puasa bila muntah dan atau anoreksia menetap.
-          Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit.
-          Kaji terhadap tanda dehidrasi ; turgor kulit, nadi dst.
-          Ukur masukan dan haluaran setiap 8 jam.
-          Pantau warna faeces dan urine, konsistensi dan frekuensi defekasi.
-          Pantau terhadap asites, peningkatan ikterik, dan disorientasi mental.
-          Pantau tanda-tanda vital.
f.       Diagnosa resiko terhadap perubahan perlindungan/resiko injury.
Intervensi :
-          Kaji terhadap tanda perdarahan : membran mukosa, sisi suntikan, emesis, faeces.
-          Pantau pemeriksaan koagulasi.
-          Gunakan jarum berdiameter kecil untuk suntikan dan berikan tekanan lebih lama : tukar letak suntikan.
-          Evaluasi efektivitas pemberian vitamin K.
g.      Diagnosa resiko terhadap kerusakan integritas kulit.
Intervensi :
-          Lakukan perawatan kulit dengan sering : hindari sabun atau penggunaan sabun yang banyak busanya.
-          Berikan mandi pancuran : oleskan lotion.
-          Lakukan gosok punggung dan ganti posisi dengan sering.
-          Berikan dorongan untuk memotong kuku pendek atau gunakan sarung tangan.
h.      Diagnosa resiko infeksi.
Intervensi :
-          Tekankan dan jelaskan tingkat kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh untuk mencegah penularan pada orang lain.
-          Pastikan bahwa semua kontak dilindungi terhadap hepatitis.
-          Batasi pengunjung dengan infeksi : terutama ISPA.
-          Berikan diet nutrisi dengan cairan sampai 2000 ml/24 jam.
 4. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan
Agar impelementasi pelaksanaan ini dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama dilakukan adalah mengidentifikasi prioritas perawatan pasien. Kemudian, bila perawatan telah dilaksanakan, langkah selanjutnya adalah memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian dengan menggunakan data, dilakukan evaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.
Implementasi pada pasien dengan hepatitis tidak ada perbedaan dengan implementasi pada kasus yang lainnya.

  1. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses perawatan. Proses yang kontinu yang penting untuk menjamim kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, yang dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektivan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan hasil yang telah dicapai klien seperti di bawah ini :
-          Tanda-tanda dan gejala kembali normal.
-          Istirahat cukup dan nutrisi kembali adekuat.
-          Klien mengetahui proses penyakitnya.
-          Komplikasi tidak terjadi.
-          Kecemasan dapat teratasi.
-          Transmisi infeksi dapat dicegah.
Pada tahap evaluasi ini juga sangat berkaitan erat dengan tujuan dari perencanaan tindakan yang akan diberikan kepada klien.
Unknown Web Developer

No comments:

Post a Comment