Friday, January 31, 2014

APPENDENITIS




BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN


A.    Konsep Dasar Medis

1.      Pengertian
a.       Apendisitis merupakan suatu peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding appendiks, yang merupakan penyakit bedah mayor (Price Sylvia A dan Wilson Lorraine M, 1994).
b.      Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis. Jenis yang akut merupakan penyebab yang umum dari abdomen akut (Junaidi Purnawan, 1996).
2.      Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor predisposisi yaitu:
a.       Ostruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi oleh karena :
1.)    Hipertrofi dari folikel limpoid.
2.)    Adanya faecolit dalam lumen appendiks.
3.)    Adanya benda asing, seperti biji-bijian, cacing usus (askariasis).
4.)    Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
5.)    Tumor.
b.      Infeksi kuman dari kolon (E. Coli, E. Hystolitica, Streptococcus.

3.      Anatomi Dan Fisiologi
Appendiks vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang pada manusia fungsinya tidak diketahui. Apendiks merupakan tabung panjang sempit (sekitar 6 sampai 9 cm). Pada apendiks ini terdapat arteria apendikularis yang merupakan end entry.
Pada posisinya yang normal, apendiks terletak pada dinding abdomen, dibawah titik Mc. Burney. Titik Mc. Burney ditentukan dengan menarik garis dari Spina Iliaka Anterior Superior kanan ke umbilicus. Titik tengah garis ini merupakan tempat pangkal apendiks.
Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis).
4.      Patofisiologi
Apendiks, terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal. Menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif. Nyeri abdomen bawah dan tengah yang samar – samar, tumpul, difus. Distensi mendadak dapat menyebabkan pristaltik dengan kram. Tekanan vena berlebihan dan aliran darah arteriol kedalam menyebabkan kongesti vaskuler apendiks, dengan refleks mual. Pembendungan merangsang peradangan peritoneum dengan pergeseran atau nyeri yang lebih hebat ke kuadran kanan bawah. Gangguan mukosa memungkinkan invasi bakteri dan selanjutnya timbul demam, takikardia, lekositosis. Dengan distensi yang makin progresif terjadi perforasi.
Appendiks ®Penyumbatan ® Inflamasi ® Peningkatan tekanan intraluminal
                        -  Fekolit             -  Demam               -  Nyeri
                        -  Tumor              -  Takikardia          -  Kram
                        -  Benda asing    -  Leukositosis       -  Mual
                        -  Cacing usus (askariasis)
                                                                                 Perforasi.
5.      Manifestasi Klinik
a.       Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
b.      Nyeri tekan lokal pada titik MC Burney, bila dilakukan tekanan.
c.       Nyeri tekan lepas (hasil dari nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai.
d.      Terkadang terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks.
e.       Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyrei dan nyeri  tekan dapat terasa di daerah kembali. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal, nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum, nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
f.       Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan.
g.      Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksal menyebabkan nyeri terasa di kuadran menjadi lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk (Suzanne C Smeltzer, 2000).
6.      Diagnostik test
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a.       Pemeriksaan laboratorium
1.)    Lekosit meningkat di atas 10.000/mm3. Peningkatan sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi leukosit lebih tinggi lagi.
2.)    Netrofil sampai 75%.
3.)    Urinalisasi : Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
b.      Pemeriksaan radiology.
Pada foto abdomen dapat menyatakan adanya pengerasan material pada apendiks (fekolit) ileus terlokalisir.
c.       Pemeriksaan Ultrasound.
Dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi.
d.      Laparaskopy
Berguna untuk kasus meragukan.
7.      Penatalaksanaan
Sekali diagnosis apendisitis ditegakkan, penderita disiapkan untuk menjalani pembedahan dan apendiks dengan segera dibuang setiap saat, siang atau malam. Bila pembedahan dilakukan sebelum ruptur atau tanda – tanda komplikasi dan penderita dikeluarkan dari rumah sakit dalam beberapa hari.
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
8.      Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70 C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri abdomen yang kontinyu.
9.      Diagnosa banding
-         Adenitis mesenterik akut
-         Gastroenteritis meckul
-         Ileitis
-         Ulkus pentik perforasi, dll.

B.     Appendictomy

1.      Appendictomy adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks dilakukan secara mungkin untuk menurunkan resiko perforasi (Suzanne C Smeltzer, 2000)
2.      Tindakan pasca operatif.
Pasien ditempatkan pada posisi semi fowler, posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. Biasanya sulfat morfin diberikan untuk menghilangkan nyeri. Cairan perral biasanya diberikan bila klien dapat mentoleransi. Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara IV. Makanan dapat diberikan sesuai keinginan pada hari pembedahan bila dapat ditoleransi.
Apabila appendoktomi tidak mengalami komplikasi, pasien dapat dipulangkan pada hari itu juga bila suhu dalam batas normal dan area operasi terasa nyaman. Penyuluhan saat pulang untuk pasien dan keluarga sangat penting. Pasien diinstruksikan untuk membuat janji untuk menemui ahli bedah yang akan mengangkat jahitan antara hari ke- 5 dan ke- 7. perawatan insisi dan pedoman aktivitas didiskusikan. Aktivitas normal biasanya dapat dilakukan dalam 2 – 4 minggu.
Apabila terdapat kemungkinan peritonitis, drain, dibiarkan di tempat insisi. Pasien yang beresiko terhadap komplikasi dipertahankan di rumah sakit selama beberapa hari dan dipantau dengan ketat terhadap adanya tanda-tanda obstruksi usus atau haemoragi sekunder. Abses sekunder dapat terbentuk di pelvis, di bawah diafragma, atau di hati yang menyebabkan peningkatan subu dan frekuensi nadi, serta peningkatan pada jumlah leukosit.
Apabila pasien siap untuk pulang, pasien dan keluarga dapat diajarkan untuk merawat luka dan melakukan penggantian balutan dan irigasi sesuai program perawat kesehatan di rumah mungkin diperlukan untuk membantu perawatan ini dan memantau pasien terhadap adanya komplikasi dan penyembuhan luka.

C.    Konsep Dasar Keperawatan

Langkah asuhan keperawatan sebagai berikut :
1.      Data-data pengkajian pasien post operasi :
a.       Aktivitas/istirahat
      Gejala : malaise  
b.      Sirkulasi
          Tanda : takikardia 
c.       Eliminasi
           Gejala  : Konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang)
          Tanda  : Distensi abdomen, nyeri tekan, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. 
d.      Makanan/cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah.
e.    Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau nampak dalam, keluhan berbagai rasa nyeri/atau gejala tidak jelas.
Tanda  : Perilaku berhati-hati : berbaring ke samping atau terlentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
f.       Kemananan
Tanda : Demam (biasanya rendah)
g.      Pernafasan
Tanda : takipneu, pernafasan dangkal
h.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh : pielitis akut, batuk urethra,
salpingitis akut, ileitis regional.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 4,2 hari.
Rencana pemulangan : Membutuhkan bantuan sedikit dalam transporasi, tugas pemeliharaan rumah. 
2.      Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah
a.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi bedah.
b.      Resiko menurunnya volume cairan berhubungan dengan mual, muntah dan puasa.
c.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan.
d.     Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.      Perencanaan
a.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, insisi bedah ditandai dengan :
-          Adanya luka operasi.
-          Terpasang kateter.
-          Terpasang infus.
Tujuan    :  Klien akan terhidar dari infeksi dengan kriteria : tidak nampak adanya tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1)      Observasi tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya nyeri abdomen.
Rasional :
Sebagai indicator dalam mengetahui tanda-tanda infeksi dan memudahkan dalam memberikan tindakan.
2)      Berikan tindakan aseptik dan antiseptik.
Rasional :
Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
3)      Perhatikan self care klien serta lingkungannya.
Rasional :
Mencegah timbulnya mikroorganisme.
4)      Ganti verband tiap hari secara aseptic.
Rasional :
Tidak memberikan kesempatan untuk berkembang biaknya mikroorganisme.
5)      Kolaborasi medis untuk pemberian antibiotika.
Rasional :
Golongan obat antibiotika dapat membunuh mikroorganisme penyebab infeksi.
b.      Resiko menurunnya volume cairan berhubunan dengan mual, muntah, dan puasa, ditandai dengan :
-          Bibir kering.
-          Mulut pecah-pecah.
-          Tekanan darah menurun.
-          Nadi cepat.
-          Mual dan muntah.
-          Keringat dingin.
-          Rasa haus.
Tujuan    :  Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan kriteria :
-          Tekanan darah normal.
-          Bibir tidak kering.
-          Nadi normal.
-          Klien tidak mengeluh haus.
-          Intake dan out put seimbang.
Intervensi :
1)      Observasi tanda-tanda vital
Rasional :
Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler.
2)      Monitor turgor kulit.
Rasional :
Indikator keadekuatan sirkulasi perifer.
3)      Catat intake dan out put.
Rasional :
Untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh yang dibutuhkan untuk metabolisme perhari.
4)      Observasi temperatur dan membran mukosa.
Rasional :
Membran mukosa yang kering merupakan indicator dari dehidrasi.
5)      Berikan perawatan mulut seiring dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir.
Rasional :
Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah – pecah.

6)      Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Rasional :
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh secara cepat.
c.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan, ditandai dengan :
-          Klien mengeluh nyeri perut kanan bawah.
-          Ekspresi wajah meringis.
-          Ada luka incisi.
Tujuan       :  Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
-          Klien tidak mengeluh nyeri.
-          Ekspresi wajah ceria.
-          Luka incisi cepat sembuh
Intervensi :
1)      Kaji tingkat nyeri.
Rasional :
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indicator secara dini untuk memberikan tindakan selanjutnya.
2)      Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.
Rasional :
Gravitasi melokalisasi eksudah inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
3)      Ajarkan tehnik relaksasi.
Rasional :
Dengan tehnik relaksasi suplay O2 lebih adekuat sehingga tidak terjadi metabolisme anaerob.
4)      Lakukan tehnik gate control.
Rasional :
Dengan tehnik gate control dapat menghambat nyeri, sehingga nyeri tidak dipersepsikan.
5)      Kolaborasi medis untuk pemberian analgetika.
Rasional :
Golongan obat analgetika dapat menghambat nyeri sehingga tidak sampai ke otak, dan nyeri tidak dipersepsikan.
d.     Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, ditandai dengan :
-          Klien merasa takut.
-          Klien merasa cemas.
Tujuan    :  Klien akan memahami/mengetahui tentang proses penyakitnya, dengan kriteria :
-          Klien tidak merasa takut dan cemas.
Intervensi :
1)      Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional :
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat kecemasan yang dialami klien, dan memudahkan dalam memberikan intervensi selanjutnya.
2)      Berikan penjelasan klien dan keluarga tentang proses penyakitnya.
Rasional :
Klien dan keluarga mengerti tentang proses penyakitnya sehingga cemas berkurang.
3)      Berikan support kepada klien dan keluarga.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dalam menjalani proses pengobatan.

4.      Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan yang sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.
Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi, sebagaimana perawat melaksanakan fungsinya sebagai independen, interdependen, dan dependen.

5.      Evaluasi
Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.)    Kekurangan volume cairan tidak terjadi.
2.)    Nyeri teratasi atau berkurang.
3.)    Infeksi tidak terjadi.
4.)    Klien mengerti tentang proses penyakitnya.
Unknown Web Developer

1 comment: